***
"Kau sudah tampan. Jadi, pergilah sebelum telat," pinta ibu dengan senyum mengembang.
"Memangnya kapan aku tidak tampan?" tanyaku dengan nada yang sedikit ketus. Aku berjalan mengambil hadiah yang diletakkan di atas nakas, lalu memasukkannya ke dalam saku jubah.
"Kau kan bujangan brengsek yang bersinar. Sudah sana, semangat ya!" Ibu mendorongku keluar dari kamar dengan kekehan kecil. Aku merengut tak percaya dengan hal kekanak-kanakkan yang dilakukan oleh ratu satu ini.
"Ibu kenapa, sih? Berbuat seakan-akan aku sedang mencari jodoh saja."
Ku lihat ibu menggeleng dengan penuh senyuman. "Sudah. Pokoknya semangat saja! Hati-hati ya bujangan brengsek yang bersinar!"
Aku hanya tersenyum malas menatap ibu, kemudian berjalan menyusuri koridor untuk menuju kuda milikku.