***
Bima tidak pergi ke kamarnya melainkan pergi ke pekarangan untuk menunggu Karina pulang bersama pria itu.
Ditemani dengan sebuah lilin yang sudah mencair setengah, Bima duduk di pekarangan, bersandar pada dinding, tidak peduli rasa lelah akibat perjalanan dan juga dingin malam serta nyamuk yang berterbangan hendak menghisap darahnya.
Suara tapak kuda membuat Bima menajamkan penglihatan. Dia mengangkat lilin dan berdiri, menemukan dua orang muda mudi yang duduk di atas kuda seperti orang yang sedang kasmaran.
Mereka melempar candaan, dan dari jarak itu, Bima bisa melihat pria itu tengah menciumi puncak kepala Karina. Membuatnya langsung menuruni anak tangga dengan cepat, bahkan tidak sempat memakai sandalnya.
"Apa-apaan ini?!"
Matanya melotot. Kepalanya mendidih, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Dua orang yang berada di atas kuda itu langsung menoleh ke arahnya dan sama-sama memasang wajah terkejut.