Chereads / SAHABAT BAYANGAN / Chapter 12 - Cerita 12

Chapter 12 - Cerita 12

Saat itu gabriel yang sedang menelpon jadi terhenti saat melihat juwita.

"mam, nanti kutelpon lagi ya.." kata gabriel pada penelponnya yang ternyata adalah ibunya. kemudian dia menelpon frans.

"kau sedang menelpon tante ya? Sampaikan salamku untuk beliau..." kata juwita ketika dia mendengar siapa yang ditelpon gabriel,  dan dia langsung duduk disofa yang ada diruangannya gabriel.

"ayo duduk disini, aku ingin melihat lukamu dan juga ada yang ingin aku ceritakan padamu.." kata juwita lagi, sambil menepuk tempat duduk disampingnya, meminta gabriel untuk duduk disana, tapi gabriel mengabaikan wanita itu.

"frans, dimana grasia? Dan kenapa kalian membiarkan wanita penggoda ini masuk keruanganku?" kata gabriel kesal.

"maaf bos tadi aku sedang membuat kopi, grasia.. juga sepertinya lagi pergi," kata frans, dia mencari grasia didekatnya tapi sepertinya sedang pergi.

"cari dia dan suru keruanganku" perintah gabriel

"baik bos" frans menutup telponnya, dan dengan segera dia mencari keberadaan grasia.

"gabriel sayang.., ayo duduk.., ada info yang penting yang ingin aku sampaikan, ini soal pembunuhmu yang didaerah itu.." kata juwita, dia tersenyum karena dia yakin hal itu akan menarik perhatian gabriel, dan benar saja, gabriel langsung menatapnya.

"apa maksudmu? Apa yang kau ketahui dengan pembunuh itu?" kata gabriel serius dan menatap juwita tajam. Ditatap seperti itu tak membuat juwita takut, dia bahkan semakin ingin menggoda gabriel.

"makanya ayo duduk sini sayang.. aku ingin memelukmu.." kata juwita menggoda.

"siapa yang memberimu informasi! Di mana orang itu?" tanya gabriel mengabaikan penggilan juwita.

"ada deh.. dia salah seorang yang aku kenal dari daerah..ayo sini... aku janji akan menceritakan semuanya padamu, tapi kau harus duduk disini dulu sayang.." kata juwita masih dengan gayanya yang manja dan menggoda.

"Di Jawab Juwita. Aku Tidak Sedang Main-Main Denganmu Sekarang!!" geram gabriel kesal. Tapi tiba-tiba pintu ruangan gabriel terbuka dan grasia masuk,

"sayang ada apa? Kenapa kau marah-marah.." kata grasia dan langsung datang mendekat pada gabriel, mendengar itu gabriel yang mulai marah karena juwita, jadi menatap grasia sedikit takjub, dia tak melepaskan tatapannya pada grasia sampai gadis itu berdiri disampingnya.

" sudah, jangan marah lagi sayang.. semua hal bisa dibicarakan dengan baik—baik kan.." kata grasia lagi, dia menggandeng tangan kanan gabriel dan membelainya dengan lembut, gabriel yang diperlakukan seperti itu tak sedikitpun keberatan, dia justru menyukai itu, dia tersenyum dan tak berhenti menatap grasia. Berbeda dengan juwita, wanita itu langsung marah dan menatap benci pada grasia. Sebenarnya grasia tak pernah terpikir untuk melakukan itu, tapi tadi disaat dia keluar dari kamar mandi, frans sedikit marah karena grasia membiarkan wanita yang paling dibenci gabriel masuk keruangannya, makanya frans menyuruh grasia masuk keruangan gabriel dan bertingkah seolah pacar gabriel, untuk mengusir wanita itu pergi. grasia yang bingung terpaksa melakukan apa yang dikatakan frans, dan bergerak menurut kata hatinya saja.

"Eh Cewek Murahan..Kau Pikir Aku Akan Percaya Gabriel Akan Pacaran Dengan Sekretarisnya?!" kata juwita marah, dia tahu betul gabriel benci ibu tirinya yang adalah seorang sekretaris.

"sayang sepertinya dia tak percaya.." dan grasia menarik kemeja gabriel agar dia bisa mencium pipi gabriel. Gabriel yang menyadari apa yang akan dilakukan grasia tersenyum nakal.

"grasia kau sedang main api sayang.." bisik gabriel ditelinga grasia, dan saat grasia mencium pipinya gabriel langsung memegang wajah grasia dan mencium bibirnya. Grasia ingin mendorong gabriel, tapi dia ingat kalau juwita sedang melihat mereka, dan juga bibir gabriel yang terasa begitu lembut dan nikmat seperti membakar api didalam dirinya, jantungnya mulai berdebar tak karuan. Sedangkan Gabriel dia tak pernah membayangkan seumur hidupnya akan merasakan rasa mendamba dan hasrat yang seperti ini, yang dirasakannya saat ini sangat menakjubkan. Mereka berdua terlena dengan rasa itu. juwita yang awalnya tak percaya tapi begitu melihat betapa mesrah dan panasnya ciuman mereka itu, akhirnya pergi dengan kemarahan yang memuncak, dengan kasar dia membanting pintu.

BRUUUK!! Bunyi suara pintu yang dibanting itu membuat gabriel dan grasia jadi sadar, grasia langsung mundur dan menjauh, dia jadi salah tingkah.

"maafkan aku pak gabriel, aku tak bermaksud.." grasia tak menyelesaikan perkataannya dia langsung berlari keluar.

"mama tadi menelpon katanya hpmu ketinggalan, ibumu perlu bicara " kata gabriel cepat sebelum grasia keluar dari ruaangannya. dan gabriel tersenyum lebar melihat kepergian grasia itu, dia begitu puas dan bahagia. Masih sedang tersenyum bahagia ketika dia memanggil frans.

"apa yang terjadi bos?" tanya frans bingung, kenapa setelah juwita pergi, grasia langsung berlari kekamar mandi, sedangkan bosnya tersenyum bahagia.

"tadi juwita mengatakan kalau dia punya info tentang pembunuh yang didaerah itu, kau cari tahu siapa orang dekat juwita yang didaerah yang punya info itu.." kata gabriel mengabaikan kebingungan frans, dia masih tersenyum bahagia.

Sepanjang hari itu kantor terasa ada pelangi dimana-mana, karena sepanjang hari senyum bahagia tak pernah hilang dari wajah gabriel.  Tapi pelangi itu hilang saat pulang kerja, gabriel yang untuk sementara tinggal dengan grasia dirumah ibunya, selalu datang dan pulang kantor bersama grasia, tapi sore itu,

"ayo pulang grasia.." ajak gabriel ketika mobil mereka telah menunggu, tapi grasia tak bergerak, dan membuat gabriel menatapnya.

"maaf pak gabriel aku punya janji, sampaikan maaf buat tante dan mama ya pak.." kata grasia, mendengar itu gabriel langsung mencari siapa yang membuat janji dengan grasia, ketika mengetahui siapa itu dengan kesal gabriel terpaksa menganggukkan kepala memberi salam dan dibalas aldo dengan sopan. hatinya sakit saat dia melihat aldo sedang menunggu grasia dengan tersenyum.

Didalam mobil wajah gabriel terlihat dingin dan marah, tadi itu rasanya dia ingin menarik grasia untuk masuk kedalam mobilnya, tapi dia sadar dia tak bisa melakukan itu, grasia bukan miliknya.

"kenapa bos.. cemburu ya?" tanya frans tersenyum pada bosnya, tapi kemudian dia diam dan tertunduk hanya bisa tertawa dalam hati, karena mendapat lirikan maut dari bosnya.