Gabriel diam menatap gadis cantik didepannya ekspresi wajahnya terlihat begitu tenang, padahal jauh dalam hatinya saat gabriel menatap grasia untuk pertama kalinya, dia merasa sangat bersalah, tapi dia tak berani mengakui kesalahannya itu dan dia bahkan berusaha menghilangkan rasa bersalahnya itu, jadi saat grasia mulai menceritakan tentang ibunya yang sedang sakit gabriel berusaha untuk tenang. Sebaliknya grasia tak bisa mengontrol dan menguasai rasa gugup dan takutnya didepan bos barunya, tapi dia tetap bercerita,
"menurutku itu bukan masalah, yang penting kalau ada sesuatu yang buruk dengan ibumu katakan dengan jujur kepada kami.. jangan jadikan itu alasanmu untuk bersantai" kata gabriel begitu tenang dan penuh wibawa.
"oh tidak pak gabriel, saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya diperusahaan ini.." suara wibawa gabriel membuat grasia semakin takut.
"oke kuharap yang kau katakan itu benar, untuk tugas dan pekerjaanmu nanti akan dijelaskan oleh frans" kata gariel, dia melirik frans sekretarisnya yang berdiri dengan tenang disamping grasia.
"terima kasih pak gabriel..kalau begitu aku mohon pamit.." kata grasia dan dia hendak keluar dari ruangan gabriel.
"sebentar grasia" sela frans, grasia yang hendak pergi jadi terhenti langkahnya, dia dan gabriel menatap frans bingung.
"itu bos, untuk menyambut grasia yang akan bekerja bersama kita, aku telah memesan restoran untuk kita makan malam bersama" kata frans, mendengar itu gabriel jadi maklum dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti, dia kemudian dengan tenang mulai memeriksa berkas diatas mejanya.
"restoran mana yang kau pesan.." tanya gabriel dengan cuek sambil tetap memeriksa berkas.
"restoran chinese food favorit bos.." jawab frans
"oow.. jangan restoran yang itu, menu disana paling banyak udang, grasia alergi udang.." kata gabriel masih tetap cuek, sedangkan dua orang yang didepannya kaget dan saling menatap.
"kau alergi udang?" tanya frans pelan pada grasia, dengan agak takut grasia mengatakan iya dengan suara yang sangat pelan, dan kepalanya yang menggangguk kata iyanya. Mendengar perkataan gabriel itu frans merasa penasaran bagaimana bosnya bisa mengetahui itu, oh mungkin dari berkas tentang grasia yang diberikan pada bosnya kemarin pikir frans, sedangkan grasia dia sangat heran bagaimana bosnya bisa tahu, padahal dari daftar riwayat hidup yang dia berikan tidak tertulis tentang alerginya, dan juga seingat grasia kali ini adalah pertemuan pertama mereka dia dan pak gabriel bahkan dengan frans juga, tapi sudahlah grasia tak berani bertanya.
"cari restoran pribumi aja, grasia suka makan ayam kecap.." kata gabriel lagi, dan kali ini grasia hampir tersedak kaget dengan perkataan bosnya, bagaimana dia bisa tahu pikir grasia sekali lagi.
"baik bos.." kata frans dengan patuh
"ya sudah kalian boleh pergi.." kata gabriel diikuti gerakan tangannya menyuruh mereka keluar. Frans dengan cekatan langsung keluar untuk memberikan pengarahan pada grasia, dia harus buru-buru karena waktu kerjanya akan banyak tersita dipakai untuk mengajarkan grasia apa kerjaannya sedangkan kerjaan frans tetap sama banyaknya, jadi dia tak mempermasalahkan apa yang dikatakan bosnya didalam.
Malam itu gabriel makan dengan tenangnya, dia tidak terlihat tertarik atau penasaran pada grasia, hanya frans yang terlibat pembicaraan dengan grasia, dia bertanya beberapa hal pada grasia, begitu juga sebaliknya grasia beberapa kali bertanya pada frans tentang masalah pekerjaan yang belum dia pahami. Selama mereka makan frans beberapa kali melirik bosnya, dia mulai ragu dengan pemikirannya kalau bosnya menyukai grasia. Grasia memang cantik bahkan tanpa perlu polesan wajahnya memang sudah cantik, tapi bosnya sejak tadi tak sekalipun melihat kearah grasia, tidak seperti sikap orang yang sedang menyukai seseorang, malahan bosnya berusaha tidak menatap grasia. Sampai saat mereka selesai makan, grasia yang meminta ijin kekamar mandi, dan sekembalinya dia dicegat seseorang yang sepertinya megenal grasia.
"sia.. grasia.." panggil orang itu, dan grasia yang mendengar namanya disebut langsung berpaling pencari siapa yang menegurnya itu.
"iya benar.. kamu grasiakan temannya adel?" tanya orang itu lagi untuk memastikan.
"iya saya grasia..grasia temannya kak adel.. apa kita saling kenal?" grasia berusaha mengingat siapa orang ini, mungkin teman kerja kak adel karena dia sepertinya bekerja direstoran ini.
"iya, kita pernah bertemu waktu aku masih kerja direstoran didaerah, aku beberapa kali pernah melihatmu datang menjemput adel, kau ingat?" kata orang itu.
"oh mungkin, tapi aku sedikit lupa dengan wajahmu.. maaf ya.." kata grasia merasa bersalah karena tak bisa mengingat orang itu, tapi kemudian wajah orang itu berubah sedih.
"aduh aku yang harusnya minta maaf karena mungkin kau akan kembali sedih saat mengingat adel, aku sudah dengar ceritanya, turut berduka cita ya grasia.." kata orang itu tulus merasa bersalah, tapi tiba-tiba dari dibelakang grasia telah berdiri gabriel wajahnya begitu tegang dan dingin menatap orang yang berbicara dengan grasia itu. grasia sempat kaget dan bingung melihat gabriel telah berdiri dibelakangnya, tapi kemudian dia tersenyum pada orang yang sedang berbicara dengannya itu.
"oh iya terima kasih ya..tapi aku sudah lebih tegar sekarang.."beberapa bulan terakhir ini grasia sering mendengar orang mengatakan turut berduka cita padanya sejak kematian ayahnya. Mungkin orang itu mendengar apa yang menimpahnya juga pikir grasia. Tapi kemudian dia kembali kaget karena dengan suara dingin menakutkan bosnya menyuruh dia pergi.
"iyo ke mobil, temani aku disana menunggu frans yang lagi kekasir.." kata gabriel dan dia langsung menarik grasia pergi dari hadapan orang yang sedang berbicara dengannya tadi, jadinya grasia hanya tersenyum merasa bersalah pada orang itu, dan pergi mengikuti bosnya.
Grasia merasa bingung dengan sikap bosnya, apakah bosnya cemburu? memang orang yang menyapanya itu seorang laki-laki muda tapi mereka tidak terlihat sedang saling menggodakan, apakah bosnya salah paham? kenapa bosnya jadi bersikap aneh kayak itu, grasia melirik bosnya bingung, di dalam mobil itu bosnya masih terlihat aneh, dia memutar tape dengan keras dan bersandar dikursinya sambil menutup mata, entah apa yang dipikirkannya. Sampai frans datang dan merasa aneh dengan sikap bosnya.
"antar grasia dulu.." kata gabriel pada frans tanpa membuka matanya.
"kamu mau diantar kemana? ke rumah atau kerumah sakit?" tanya frans tersenyum, dia merasa kasihan pada grasia, pasti gadis ini bingung dengan sikap bosnya.
"aku sebenarnya bisa naik taksi dari.." belum selesai grasia bicara frans telah memotongnya
"jangan mimpi.. dia pasti marah kalau kau lakukan itu.." kata frans pelan, hampir seperti bahasa isyarat, mereka kemudian tersenyum merasa maklum dengn bos mereka.