Chereads / SAHABAT BAYANGAN / Chapter 2 - Cerita 2

Chapter 2 - Cerita 2

e

"jadi anak itu cantik, kupikir dia hanya biasa.. bukannya dia kurus dan tak ada indahnya?" gabriel seperti berpikir.  Frans sangat muak mendengar perkataan bosnya, ingin rasanya dia muntah tapi setelah dia memperhatikan lagi sepertinya bosnya tidak sedang bercanda.

"bos becandanya sangat lucu.." gabriel menatap frans bingung dia belum sadar juga

"aku tidak sedang bercanda frans, aku kebetulan punya hutang dengan gadis itu makanya aku ingin dia berada dekatku supaya aku bisa membantunya.." gabriel terlihat serius

"tak ada dalam bayanganku untuk menyukai gadis itu, lagi pula dia punya seseorang yang dia sukai.." tambah gabriel lagi. Frans terdiam sesaat memandangi bosnya dengan perasaan tak percaya.

" bos mengenalnya? tapi tetap saja bos, gadis itu tak bisa menjadi sekretarismu.. aku masih sedikit ragu dengan niat baikmu.. dan juga, kalau dia menjadi sekretarismu.. bagaimana dengan aku? Apakah bos dengan tersirat menyuruhku untuk berhenti?" tanya frans dia juga telah kembali serius.

"bukan begitu frans, aku tak pernah ingin menggantimu dengan yang lain, mungkin aku bisa berganti pacar tapi tidak denganmu.. aku hanya ingin... ya setidaknya dia bisa membantumukan.." kata gabriel.

"bos, kita belum terlalu mengenal gadis ini, apakah bos yakin? Aku sih senang saja, karena yang ku tahu dia gadis yang pinter dan mudah diajarkan, tapi bagaimana kalau dia ternyata orang suruhan ibu tirimu, itu sama saja kita memberikan kesempatan pada musuh untuk menyerangmu.. tapi semua terserah padamu.."

"bukan, aku yakin dia bukan orangnya ibu tiriku.. aku bisa menjaminnya, dan soal kesetiaan kupikir dia orang yang sangat setia.." gabriel menyatukan kedua tangannya dan menopang dagunya menatap frans.

"baiklah semua terserah bos.. kalau bos sudah memutuskan seperti itu aku pasti mendukung, secapatnya aku akan menemui HRD dan membicarakan ini.." kata frans.

" terima kasih frans, tapi jangan lupa tugasmu untuk mencari tahu siapa dalang dibalik percobaan pembunuhanku itu, itu prioritasmu!!"gabriel kembali menatap tajam frans, setelah itu dia kembali bekerja memeriksa semua berkas yang ada dimejanya.

"kenapa sia?.. bukankah pemandangan sore ini begitu indah, kau lihat warna langit saat matahari mulai tenggelam itu, begitu indah kan?" kata aldo, dengan suara yang begitu bahagia sebahagia suasana hatinya, hari ini dia begitu senang karena berhasil mengajak grasia untuk datang kerestoran favoritnya dan menghabiskan sore itu menikmati pemandangan matahari terbenam. Dua bulan terakhir ini sejak mereka bertemu dirumah sakit, aldo telah mengejar grasia dan ingin menjadikan grasia pacarnya. awal mereka bertemu ketika teman-teman mereka yang sedang reuni mengajak aldo untuk datang mengunjungi ibu grasia dirumah sakit, saat aldo melihat grasia waktu itu, dia jadi terpesona dan jatuh cinta padanya, dan sejak itu pula aldo selalu mengajak grasia jalan termasuk datang ketempat ini tapi grasia  selalu menolaknya, alasan grasia menolak karena katanya dikantornya banyak kerjaan, dan juga setelah selesai bekerja grasia harus langsung kerumah sakit untuk menjaga ibunya yang sedang sakit.

Grasia melirik aldo, berharap sedikit terpengaruh dengan suasana hati aldo, tapi ketampanan dan kebahagiaan aldo saat itu tak bisa membuatnya melupakan masalah yang baru diterimanya.  sebenarnya hari ini grasia pulang cepat bukan karena ingin kencan dengan aldo,tapi karena tadi dikantor setelah selesai makan siang manager HRD memanggilnya dan mengatakan padanya kalau bos kedua mereka menginginkan dia menjadi sekretarisnya. Rasanya musibah kembali datang menimpahnya. kali ini kata manager HRDnya dia dipromosikan, tapi bagi grasia dia seakan masuk sebuah terowongan gelap yang tak tahu ujungnya. menjadi 'sekretaris bos' pekerjaan yang tak pernah dibayangkannya, walau hati kecilnya berkata hal itu bukanlah masalah, pekerjaan itu bisa dia pelajari dan dia yakin dia bisa menyesuaikan dengan secepatnya, tapi ada hal lain yang membuatnya enggan untuk menjadi sekretaris yaitu 'bosnya'. laki-laki yang akan menjadi bosnya itu terkenal suka gonta-ganti perempuan, dan juga katanya sangat tegas dan disiplin. grasia takut bosnya akan macam-macam, juga dia takut tak diijinkan pergi apabila pihak rumah sakit memanggilnya secara tiba-tiba menyangkut kondisi kesehatan ibunya. dia dilema, kalau menolak kemungkinan akan dikeluarkan dari perusahaan sedangkan dia sangat memerlukan gajinya untuk membayar biaya rumah sakit ibunya. rasa galaunya tak bisa hilang begitu saja, dengan sedih dia membenamkan wajahnya kekedua telapak tangannya.

"grasia ada apa?..grasiaa.." suara aldo begitu lembut memanggilnya dan membuatnya sadar, melihat kekwatir di mata aldo, grasia coba tersenyum.

"nggak apa-apa do, aku hanya kepikiran ibuku yang lagi sakit.." jawab grasia bohong, walaupun bukan seratus persen bohong, tapi dia belum berniat menceritakan kegalauannya pada aldo.

"ya sudah kalau begitu lebih baik kita segera memesan makan malam kita dan setelah selesai makan aku akan mengantarmu kerumah sakit.." kata aldo, dia menggenggam lembut tangan grasia. Grasia memandang wajah tampan aldo, dulu wajah itu selalu datang dimimpi-mimpi indahnya. sosok aldo stevano yang gagah dan jago main basket dulu adalah orang yang selalu dikagumi dan disukai oleh grasia, jantungnya selalu berdebar kencang saat dekat idolanya itu tapi sekarang entah kenapa rasa itu telah hilang. dia memang masih tetap mengagumi dan menyukai aldo tapi tidak seperti dulu yang begitu tergila-gila, apakah mungkin karena sekarang aldo yang mengejarnya sehingga sukanya pada aldo jadi berkurang, entahlah.. yang pasti grasia telah berjanji pada dirinya untuk tidak menyakiti aldo dengan penolakan.

Dirumah sakit grasia tersenyum memandang pemandangan didepan matanya, aldo sedang bergurau dengan ibunya sambil menyuapinya juice buah, setelah hampir tiga bulan dirawat ibunya kini semakin sehat, dia telah sadar dan mulai bicara walaupun baru beberapa kata tapi semakin jelas yang dikatakannya, grasia bahagia melihat pemandangan itu, dan semakin dia meyakinkan dirinya kalau aldo adalah laki-laki yang baik.  

Setelah aldo pulang dan ibunya tidur, grasia ingat untuk bercerita dengan sahabatnya kak adel tentang masalahnya hari ini, dia terlalu terbiasa menceritakan masalahnya pada kak adel.

[kak.. apa kabar?.. hari ini aku lagi bingung kak, aku ditawari untuk menjadi sekretaris salah satu direktur diperusahaan tempat aku bekerja] tulis grasia

[harusnya aku senang sih kak, soalnya dengan jadi sekretaris gajiku naik dua kali lipat, tapi pendidikan dan pengalaman kerjaku bukan sekretaris.. dan juga mimpiku untuk jadi notaris semakin jauh..] tulis grasia lagi, disana grasia melihat kak adel sedang menulis.

[cobalah dulu, hitung-hitung buat bantu biaya pengobatan ibumu.. nanti kalau ibu sudah sembuh baru kau mengejar cita-citamu, waktumu masih panjang dek] tulis adel, grasia menarik nafas dalam benar juga yang dikatakan kak adel, tapi dia teringat sesuatu.

[tapi ada yang lain kak yang aku takut dengan menjadi sekretaris, bosku itu orangnya suka gonta-ganti perempuan, aku takut dia mempermainkanku, seperti dicerita-cerita novel kak] tulis grasia cepat, lama baru kak adel menbalas, dia beberapa kali menghapus pesannya.

[kenapa kau berpikir dia akan mengganggumu? Apakah dia tidak profesional?] tanya adel

[kalau dari cerita orang-orang katanya dia sangat profesional bahkan sangat tegas dan disiplin kak, itu juga sih yang membuatku takut kak, aku kadang tiba-tiba harus ke rumah sakit, bagaimana kalau dia marah dan menjadikan itu alasannya menggangguku]

[kalau begitu sebelum mulai bekerja dengannya kau harus mengatakan secara jujur pada bosmu tentang ibu, dan lihat apa tanggapannya, soal dia macam-macam kau bisa merekam tingkah kurang ajarnya] tulis adel, grasia sedikit lega setelah membaca pesan, kak adel memang selalu bisa diandalkan.