Chereads / SAHABAT BAYANGAN / Chapter 1 - Cerita 1

SAHABAT BAYANGAN

Linda_Mamuaja
  • 21
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 34.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Cerita 1

PROLOG.

3 BULAN SEBELUMNYA.

Kesialan itu terkadang datang secara beruntun tanpa kita bisa menolaknya, demikian juga yang dialami oleh grasia dominica, gadis muda berumur 25 tahun, beberapa hari setelah dia bertengkar dengan bosnya yang memperlakukan anak buah dengan semena-mena, datang kabar dari kota tempat orangtuanya tinggal kalau ayahnya yang sangat dia sayang meninggal dunia dan berlanjut juga dengan ibunya jatuh sakit karena syok dan belum sadarkan diri dirumah sakit, walaupun dia menerima uang pesangon dari perusahaan tempat ayahnya bekerja dan juga bantuan dana dari keluarga orang tuanya tapi karena grasia anak tunggal semua urusan harus dia kerjakan sendiri, dan disinilah dia setelah menyelesaikan urusan pemakaman ayahnya dia harus menjaga ibunya dirumah sakit, sedih dan sangat kelelahan.

Hampir jam 12 malam grasia masih belum bisa tidur, sedih dan kwatir dengan masa depannya, dia gelisah dan susah tidur walaupun tubuhnya sangat kelelahan. Disaat itu dia teringat dengan teman kontrakannya yang adalah sahabat dan sudah dianggap sebagai kakak sendiri oleh grasia, adel namanya mereka bertemu saat grasia baru mulai kuliah dan sedang mencari tempat tinggal, karena ayahnya hanyalah buruh pabrik makanya grasia yang ingin kuliah hukum hanya bisa kuliah di daerah dan mendapatkan beasiswa. Adel yang waktu itu juga baru mulai bekerja disebuah restoran sedang mencari kontrakan, dan disanalah mereka bertemu kemudian memutuskan patungan untuk menyewa flat kecil dengan dua kamar. Dan ternyata hampir delapan tahun mereka telah tinggal bersama tanpa pertengkaran, mereka berdua sangat harmonis dan akur, saling membantu dan menghibur, suka dan duka telah mereka lewati bersama. Di saat grasia menerima masalah dan musibah ini adellah tempatnya mengeluh dan bercerita, malam itu juga grasia ingin menelpon adel, tapi dia kwatir pembicaraan mereka akan mengganggu tetangga kontrakan mereka, dan akhirnya grasia memutuskan untuk mengirim pesan saja.

[kak lagi ngapain?] tulis grasia, agak lama grasia menunggu balasan dari adel

[udah tidur ya kak? Aku nggak bisa tidur kak, pusing mikirin apa yang akan terjadi besok..] tulis grasia lagi, dia sangat berharap adel membalas pesannya, setahu grasia jam segitu adel belum lama pulang dari restoran tempatnya bekerja, jadi grasia berpikir mungkin adel masih dikamar mandi atau lagi dijalan, jadi dia masih berharap adel akan membalas pesannya itu.

[kak, mungkin aku nggak bisa pulang lagi kekontrakan disana, ibuku disini nggak bisa ditinggal] tulis grasia lagi, tapi adel belum juga membalas pesannya.

[kak kalau aku nggak bisa pulang, aku bisa minta tolong kakak untuk mengirimkan semua barang-barangku kan?] grasia masih tetap menulis pesan berharap adel membalasnya.

[bisa nanti ku kirim, tapi sebentar dek kau tahu alamat rumah kita?] adel akhirnya membalas pesan grasia, tapi jawabannya membuat grasia sedikit bingung, kenapa adel bertanya alamat rumah mereka?

[kak adel nggak sedang bercandakan, bagaimana kak adel bisa lupa alamat kontrakan kita?] grasia mengungkapkan rasa bingungnya.

[bukan begitu dek, aku hanya agak sakit kepala dan harus memesan taksi, direstoran tadi ada masalah yang berat dan aku malas berpikir alamat kita, nanti besok aku cerita] balas adel, sebenarnya grasia masih ragu, dia tak ingin menulis alamat mereka tapi dia juga kwatir kalau benar adel sakit maka akan semakin sakit, dan diapun langsung menuliskan alamat mereka, dan mengakhiri pembicaraan mereka.

[ya sudah kak, semoga kakak cepat sembuh, jangan lupa besok cerita yang lengkap ya] tulis grasia mengakhiri pembicaraan mereka, dan berdoa semoga itu bukan penipu, dan semakin susahlah dia untuk tidur.

Besoknya grasia mendapat pesan dari adel, bercerita tentang apa yang terjadi direstoran seperti yang dijanjikannya, dan adel juga meminta maaf pada grasia karena adel tak bisa menerima telpon langsung dari grasia karena sedang sibuk persiapan menjadi koki utama di restoran cabang, grasia sungguh bahagia mendengar cerita adel itu, walapun sebenarnya dia sedikit merasa aneh dengan cara bercerita adel yang sekarang tapi dia hanya menyimpan kecurigaannya itu didalam hatinya, sampai dia menerima semua barang-barangnya yang dikirimkan adel, ternyata adel benar mengirimkan semua barangnya tanpa satupun yang hilang, secara otomatis keraguan dan kecurigaan grasia pada edel langsung hilang. Dan mereka kembali menjalin hubungan persahabatan mereka seperti biasa, walau grasia tak bisa lagi menelponnya secara langsung.

SAAT SEKARANG

Pagi itu Gabriel Bonaventura akhirnya kembali masuk kantor setelah dua bulan lebih dia hanya bekerja dari rumah, walaupun dia masih sedikit kwatir untuk kembali masuk kantor karena orang dibalik layar percobaan pembunuhan dirinya tiga bulan yang lalu itu belum ditemukan, tapi sepertinya dia punya urusan mendesak yang membuatnya harus datang ke kantor. Didalam ruangannya dia segera memanggil sekretarisnya.

"selamat datang kembali bos" kata sekretaris gabriel, namanya frans laki-laki itu berumur pertengahan tiga puluhan, dan dia adalah orang yang sangat dipercayai gabriel, dia telah menjadi pengawal dan mentor gabriel sejak dia masih kuliah, dan setelah gabriel mulai bekerja diperusahaan keluarganya, laki-laki itu bertugas menjadi sekretaris dan asisten gabriel.

"bagaimana hasilnya?" gabriel bertanya, dia memandang frans dengan wajah yang agak kurang senang.

"mereka masih sementara bekerja mencari info bos.." jawab frans, walau gabriel tak menjelaskan maksud pertanyaannya tapi frans telah mengetahui maksud pertanyaannya.

"Dan Kau Masih Mempercayai Mereka? Ini Sudah Tiga Bulan Sejak Kejadian Itu frans.., Kerja Mereka Begitu Lambat.." geram gabriel, dia menatap tajam sekretarisnya.

"ini bukan masalah mudah bos.. jika kita ingin menuduh seseorang kita harus punya bukti yang kuat, sedangkan orang yang mencoba membunuh bos itu dia sangat profesional dan tak mau mengaku siapa yang menyuruhnya, sekarang dia didalam penjara, jadi agak susah untuk mendapatkan informasi dari orang itu.." jawab frans dengan tenang, dia tak terpengaruh oleh kemarahan bosnya.

"dari polisi juga tak banyak yang bisa didapat, mereka terlalu mempercayai pengakuan pembunuh itu.." tambah frans, dia balas menatap bosnya. Kepala gabriel berdenyut sakit, dia teringat lagi kejadian ketika dia harus berusaha menyelamatkan dirinya dari pembunuh itu.

"aku bosan terkurung dirumah frans.." suara dingin gabriel seakan membuat ruangan gabriel itu semakin dingin.

"untuk sementara tak ada alternatif lain selain bos harus selalu dikawal..kita tak bisa menambah orang, ibu tiri bos bisa curiga.." kata frans menenangkan bosnya, dia paling tahu kebiasaan bosnya yang lebih suka bepergian sendirian, sejak dulu hal itu terkadang membuat frans jadi susah. Mendengar perkataan frans itu gabriel menarik nafasnya kasar karena kesal tapi dia tak bisa membantah perkataan sekretarisnya itu.

"ya sudah.. tapi ingat aku tetap ingin hasil yang maksimal.." kata gabriel setelah diam berpikir sebentar.

"baik bos.." dan frans berniat meninggalkan bosnya sendiri.

"aku belum menyuruhmu pergi frans, masih ada yang ingin aku tanyakan.." kata gabriel melihat gelagat sekretarisnya itu.

"kalau masalah proyek aku akan segera mengambil semua datanya.." kata frans, tapi dia menyadari bukan itu yang dimaksud bosnya.

"proyek itu bisa menunggu.., aku hanya ingin tahu dengan pegawai baru diperusahaan kita, namanya grasia Dominica, aku ingin dia menjadi sekretarisku.." kata gabriel, frans mengangkat salah satu alisnya dan sedikit tersenyum, dia sudah menduga hal ini akan terjadi, tapi tak berpikir kalau secepat ini bosnya mengetahui tentang pegawai baru yang cantik itu.

"bos.. latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja pegawai ini bukan untuk menjadi sekretaris, saat ini dia ditempatkan di bagian legal, kalau bos tertarik padanya hanya karena dia cantik, ibu tiri bos pasti tak akan menyetujuinya.." kata frans.

"jadi anak itu cantik, kupikir dia hanya biasa.. bukannya dia kurus dan tak ada indahnya?" gabriel seperti berpikir.