Dari tadi hatiku sangat gelisah sekali, aku menunggu kepulangan Ayah dari perusahaan sejak tadi. Aku hanya ingin bicara kepadanya, soal Bibi Rani dan juga soal kemarin. Begitu juga dengan Dirga, dia menyarankan untuk meminta maaf, karena sudah bersikap sangat lancang. Mungkin dipikir-pikir memang salah aku juga, terlalu sesuka hati memutuskan suatu hal.
Jarum jam terus bergerak maju dan sudah menunjukkan jam makan malam. Bersamaan juga dengan mobilnya yang masuk ke dalam perkarangan rumah, aku senang sekali akan kehadirannya. Aku langsung membukakan pintu untuknya. "Silahkan masuk Ayah," sambutku ramah tapi hanya berbalaskan anggukkan kepala.