45.
"Kenapa gue nyaman sama lo?" tentunya, Arasha mengatakan itu hanya di dalam hatinya. Dia tidak mungkin mengatakan itu secara langsung. Arasha tidak ingin membuat Arland semakin berharap padanya. Karena sejujurnya, meskipun hati Arasha menghangat di dekat Arland, tetap saja hati gadis berambut pirang itu milik Dylan, kakak dari pemuda yang kini berdiri di depannya.
"Kenapa Sa?" suara Arland berhasil membuat Arasha tersenyum hangat. Dia mengeratkan tangannya pada genggaman tangan Arland.
Mendapati hal tersebut, Arland menegang. Pupil matanya melebar, tidak menyangka Arasha akan membalas genggaman tangannya. Bahkan, gadis itu mengeratkannya.
"Sa…" lirih Arland nyaris terdengar. Melihat Arasha hanya tersenyum, Arland segera membalasnya. Hingga akhirnya, suara sang panitia terdengar.
"Kak Arland, silahkan…" katanya.