El rumi menyimpan dengan keras berkas yang diserahkan oleh Fiona kepadanya ke atas meja. Sampai membuat gadis itu membelalakkan matanya dengan sekejap karena perlakuan atasannya itu yang begitu menakutkan.
Jantung Fiona mulai bergemuruh kencang ketika melihat raut wajah El rumi yang seakan ingin menerkam dirinya.
"Revisi," titah El dengan wajah sangarnya.
"M-maksud Pak El apa yah? revisi gimana, Pak?" tanya Fiona yang tak mengerti. Bahkan sudah terlihat raut wajah dan nada bicara Fiona yang bergetar.
"Kamu nggak sadar atau nggak lihat kalau laporan yang kamu buat itu banyak salahnya, Fiona!" Tegas Elrumi dengan melotot tajam ke arah Fiona.
Pria itu mengusap kepalanya. "Kacau! kacau! Ini sudah kacau! Kamu nggak konsen yah dalam mengerjakannya, Fi. Sampai laporan yang kamu buat berantakan seperti itu, sebelumnya kamu nggak pernah berbuat kesalahan. Karena saya sangat percaya dengan kinerja kamu," sarkas El rumi yang memberitahu Fiona dengan nada suara yang meninggi.
Fiona hanya dapat merutukinya saja dalam hati, itu bisa terjadi mengingat pikirannya yang kalut beberapa bulan ini dengan perceraian yang menimpa rumah tangganya, bahkan ketika Reino, sang mantan suami memintanya untuk rujuk kembali.
"Sekarang kamu benerin lagi, kalau sudah benar dan rapi kamu kembali teliti secara detail. Lalu serahkan ke saya. Saya nggak mau menerima laporan yang seperti ini lagi, buat mata saya sakit tau gak. Nasib baik saya menelitinya terlebih dahulu," tutur El rumi yang tidak henti-hentinya menggertak Fiona, sampai membuat perempuan itu sedikit ketakutan.
"Bbaik Pak. Saya akan merivisi semuanya."
"Bagus, setelah selesai kamu serahkan lagi kepada saya."
Fiona mengambil kembali laporan yang sudah ia buat hampir tiga hari lamanya, tapi hasilnya tidak begitu memuaskan bahkan ia harus kena marah atasannya ini yang begitu menyebalkan.
"Kamu boleh pergi sekarang," titah El rumi kepada Fiona dengan nada suara yang sedikit pelan.
Setelah laporannya berada di dalam genggamannya, Fiona segera membalikkan tubuhnya untuk segera keluar dari ruangan atasannya ini yang hawanya seperti neraka saja baginya. Namun baru dua langkah ia melangkahkan kaki, tiba-tiba El rumi kembali memanggilnya.
"Fiona," panggil El rumi.
Dengan cepat Fiona menoleh ke arahnya agar tidak terkena masalah lagi.
"Iya Pak."
"Saya nggak tahu kamu sedang memikirkan hal apa sampai membuat kamu nggak fokus seperti ini, atau sampai mengacaukan konsentrasi kamu merekap laporan itu. Namun saya harap kamu bersikap professional dalam bekerja. Jangan masukan masalah kehidupan kamu ke dalam pekerjaan, karena itu nggak baik. Dan saya nggak mau kejadian seperti ini terulang lagi, karena baru pertama kali kamu melakukan kesalahan seperti ini," tutur Elrumi memperingatkan Fiona agar karyawannya itu bekerja dengan lebih baik dan tidak memasukan urusan pribadi ke dalam pekerjaannya.
Fiona melebarkan bibirnya ketika mendapat wejangan dari sang atasan. "Baik, Pak. Saya berjanji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Saya akan fokus pada pekerjaan saya," jawab Fiona yang harus berpura-pura tersenyum di hadapan sang atasan yang begitu menyebalkan. Padahal dalam hatinya ia begitu ingin menyumpal mulut El rumi, karena dari tadi pria itu terus saja mengomel.
"Bagus, saya suka itu. Silahkan kamu kembali bekerja," titah El rumi.
Tak lama Fiona kembali melanjutkan perjalanannya menuju luar ruangan El rumi, bagi Fiona ia harus menenangkan pikirannya terlebih dahulu mengingat kejadian tadi, kesalahan yang ia perbuat di dalam laporannya sampai harus diomeli oleh sang atasan.
Setelah kepergian Fiona, El rumi sedikit melebarkan bibirnya, padahal ia sendiri memang merasa tak tega ketika harus memarahi dan bertindak tegas kepada salah satu karyawannya itu, mengingat jika Fiona baru saja bercerai dengan Reino, mungkin hal itulah yang membuat dirinya yang tak fokus dalam bekerja. Dan Reino sendiri adalah salah satu teman baiknya pula. Sedikit banyaknya El memang sudah tahu dengan kehidupan rumah tangga keduanya yang sudah hancur. Mengenai hubungan rumah tangga Reino, salah satu temannya. El rumi memang sudah memiliki perasaan kepada Fiona sejak lama, bahkan sebelum Fiona menikah dengan temannya, Reino. Namun takdir berkehendak lain, El yang begitu mengharapakan agar ia yang menikah dengan Fiona, tapi malah Reino yang dapat menikahinya.
Dan ketika rumah tangga Reino yang sedang dilanda masalah sampai Reino menceraikan Fiona, perempuan yang begitu ia cintai. Bagi El sendiri, ia pun tak mengerti dengan jalan pikiran Reino mengapa sampai ia menceraikan Fiona, perempuan yang begitu ia cintai sejak lama. Walaupun sampai saat ini Fiona tak tahu dengan perasaan atasannya itu kepadanya, karena bagi Fiona ia sudah terlanjur mencintai mantan suami yang sudah menceraikannya. El pun memang tidak tahu dengan masalah yang dihadapi Reino, karena temannya itu tidak pernah bercerita kepadanya.
El rumi memang menjabat sebagai seorang pemimpin utama di Perusahaan milik keluarganya bernama Nagara Corp, setelah sang ayah meninggal dunia, dirinyalah yang menjadi tonggak untuk memajukan perusahaan yang sudah diamanahkan oleh sang ayah untuk ia jalankan dan memberikan kenyamanan bagi para karyawan yang bekerja di sini. Itulah prioritas utama bagi El untuk memajukan perusahaannya ini, bahkan ketika kenyataan pahit yang menderanya, sesaat perempuan yang ia cintai dalam hati harus menikah dengan pria lain dan pria tersebut yang tak lain adalah temannya sendiri. Reino Atmaja. Dan perempuan tersebut bekerja dengannya dan menjadi salah satu karyawan yang bekerja di sini, tak sedikit bagi El untuk bertemu dengan Fiona setiap harinya, sehingga terus menumbuhkan perasaan cintanya kepada Fiona. Perasaan yang tak seharusnya terajadi karena ia sudah menikah dengan temannya sendiri.
Ketika Elrumi yang sedang memikirkan kehidupan Fiona dan juga Reino, tak lama gawai yang berada di samping monitornya bergetar dan berbunyi nyaring, sebuah panggilan masuk untuknya. Bahkan suara gawainya tersebut menyadarkan El yang sedang memikirkan kehidupan orang lain, bukan kehidupan dirinya.
El menarik gawainya dan melihat nama kontak yang memanggilnya, tak lain dari teman yang sedang ia pikirkan sejak tadi.
"Reino," gumam El rumi yang langsung mengangkat panggilan dari Reino.
"Hallo, Rein ada apa?" tanya El.
"Gue mau ke kantor lo, hari ini gue mau ngomong sesuatu yang begitu penting sama lo dan pengen minta bantuan juga sam lo, El." Ujar Reino yang ingin meminta bantuan kepada El.
"Bantuan apa?" tanya El rumi yang penasaran.
"Pokoknya gue bakal jelasin ke lo setelah gue datang ke kantor lo, El. Lo lagi nggak sibuk kan?"
"Hem, nggak-nggak, gue lagi nggak terlalu sibuk kok. Lo ke sini aja," jawab El rumi.
"Yaudah kalau gitu, gue mau berangkat sekarang. Lo nggak boleh ke mana-mana," ucap Reino yang menutup sambungan teleponnya dengan El rumi.
Setelah sambungan teleponnya tertutup, El kembali menyimpan gawainya. Dan yang sedang ia pikirkan sekarang adalah hal apa yang ingin dibicarakan oleh Reino kepadanya. Bahkan Reino mengatakan jika sesuatu hal yang begitu penting dan memerlukan bantuannya. Yang ia takutkan jika bantuannya ini ada hubungannya dengan kasus perceraian antara Reino dan juga Fiona.
To Be Continued...