Semalam setelah menemukan penginapan, kedua pengembara itu beristirahat dan membicarakan sesuatu. Mereka berdiskusi terkait percakapan Fuguel dan Aran mengenai penawaran kerja. Albert menentang Fuguel untuk mengambil pekerjaan itu. Anak itu tidak ingin mereka terlibat lebih jauh dengan orang asing yang tidak diketahui asal-usulnya. Lagi pula mereka harus segera bertemu dengan Iriel untuk mendapatkan informasi lembah terlarang. Tak ada waktu untuk terlibat dalam perayaan. Hanya saja, pria berkuncir itu sepertinya memiliki pendapat lain.
"Aku bilang aku tidak setuju …," tandas anak itu seraya memasukkan sendok berisi makanan ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanan itu sebelum melanjutkan perkataan. "… kau benar-benar tidak seperti biasanya. Bukannya orang yang selama ini menghindari kontak dengan orang asing adalah kau," jelas Albert. Kali ini ia memasukkan roti hangat ke dalam mulutnya sebelum menenggak habis air yang ia pegang.
"Mengapa kau bersikeras?" Tanya anak itu seraya mengerutkan kening setelah menghabiskan sarapan pagi.
Fuguel mendengus kemudian menyeruput kopi panas di cangkir yang ia pegang. "Apakah menurutmu orang yang menyerang kita waktu itu bandit biasa?"
"Bukan," jawab anak itu singkat. Ia kemudian memalingkan wajah. "Jika itu yang kau khawatirkan, aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Sebelumnya kau hampir saja mati."
Albert menunduk dan mencengkeram gelas yang ia pegang. Anak itu tahu betul bahwa terakhir kali kondisinya cukup buruk ketika berhadapan dengan orang-orang kerajaan. Tak ada kalimat yang dapat membalas ucapan pria berkuncir di hadapannya.
"Mereka adalah orang-orang yang kuat, seharusnya kita aman bersama mereka." Pria itu lalu meletakkan cangkir di atas meja. "Mereka akan berangkat ke ibu kota siang ini. Mereka menunggu kita hingga waktunya tiba," tambahnya.
"Bagaimana dengan bertemu Iriel?"
"Kita tunggu kabar darinya dan meminta bertemu di ibu kota."
Tentu saja Albert tidak senang dengan keputusan itu. Tapi setelah dipikir-pikir mungkin itulah keputusan terbaik saat ini. Meski Rurall merupakan negeri yang luas. Tetapi tidak ada jaminan orang-orang yang mencoba menangkap Albert tidak akan menemukan mereka di sana. Bersama dengan orang-orang Mithyst, setidaknya memberikan sedikit rasa aman.
"Silakan!" Seorang pelayan muncul membawa makanan penutup.
"Kau masih akan makan?" Fuguel menatap tajam anak itu.
"Ugh, tampaknya aku memesan terlalu banyak."
Albert dan Fuguel meninggalkan penginapan sebelum matahari berada tepat di atas kepala. Mereka berjalan melewati perkampungan yang tampak sepi. Hampir tidak ada satu pun orang yang terlihat berlalu lalang di sana.
Saat melewati jalan yang tertutupi salju, mereka merasakan sesuatu yang ganjil. Ada perasaan seolah mereka ditatap dari kejauhan. Tetapi di permukaan tidak ada tanda-tanda seperti itu sama sekali.
"Aneh," ucap anak itu.
Pada akhirnya, Albert dan Fuguel mengabaikan hal tersebut dan bergegas. Hal itu juga tidak berarti bahwa mereka sedang dibuntuti. Perasaan yang mereka rasakan tidak lebih dari sekadar tatapan kewaspadaan terhadap orang asing. Karena itu, terlalu memikirkannya juga tidak akan menghasilkan apapun.
Rencananya, mereka akan menemui kelompok Mithyst di perbatasan kota seberang. Di sana mereka akan langsung berangkat menuju ibu kota. Seharusnya seperti itu tetapi sesuatu sepertinya telah terjadi. Hanya Roxanne dan Julia yang terlihat di sana.
"Selamat datang Tuan Fuguel dan Tuan Albert," sambut Julia dengan senyum hangat.
"Wah … kalian datang lebih awal."
"Di mana yang lain?" Tanya Albert.
"Mereka sudah berangkat lebih dulu," jawab Julia, gadis berambut lurus di bawah telinga.
"Apa terjadi sesuatu?"
Julia kemudian menjelaskan, Mithyst mendadak mendapat urusan sehingga mereka harus pergi lebih dulu. Roxanne dan Julia diutus untuk menunggu Fuguel dan Albert jika kedua orang itu memutuskan untuk ikut ke ibu kota. Karena keduanya telah muncul, mereka akan berangkat saat kereta mereka datang menjemput.
Hampir selama dua jam mereka menunggu kendaraan itu. Sedikit lebih lama lagi, Roxanne sepertinya akan meledak. Untungnya benda beroda itu datang di saat ia masih mencoba untuk bersabar. Keempat orang tersebut kemudian bergegas dan berangkat menuju tempat perayaan akan berlangsung.
"Pekerjaan apa tepatnya yang kalian tawarkan untuk Fuga?" Tanya anak berambut ikal hitam itu.
"Hmm … mudahnya dia akan membantu persiapan dan menjaga agar tidak ada keributan selama acara berlangsung," jawab Roxanne.
"Kau tidak perlu khawatir, kami juga menyiapkan pekerjaan untukmu," jelas gadis yang tingginya setara telinga Albert.
Mereka duduk bersila di dalam kereta seraya menatap panorama. Sesekali berbincang, sesekali beristirahat, perjalanan berlangsung hampir seharian penuh. Saat matahari berikutnya, mereka akhirnya sampai di ibu kota, Folois.
"Wow!" Anak itu terperangah melihat pemandangan di Kota Folois. Sangat berbeda saat mereka berada di perbatasan.
"Sekali lagi kami ucapkan …," Julia merentangkan kedua tangannya. "Selamat datang di Folois, Ibu Kota Rurall."
Serbuk berwarna-warni bertebaran dan memberikan aroma yang khas, harum tapi tidak menyengat. Pepohonan dengan dedaunan yang lebat tertata rapi menyisir jalan setapak. Beragam jenis hewan yang berjalan beriringan dengan manusia, mulai dari kelinci, tupai, musang, serigala, kura-kura, ular, elang, burung murai, dan lainnya. Sebuah definisi sesungguhnya dari makhluk hidup yang hidup berdampingan.
"Kemana perginya musim dingin?" Tanya Albert.
"Musim dingin tidak akan menyentuh Folois," jawab Julia dengan senyum merekah yang terpatri di wajahnya.
Negeri para peri. Sebuah negeri yang kini diceritakan kepada anak-anak layaknya sebuah dongeng. Meski keberadaannya tidak lagi berjaya seperti dahulu kala, tapi negeri itu adalah negeri yang kokoh. Saat ini, penduduk yang tinggal di Rurall merupakan suku tertua di dunia. Tentu saja, karena penduduk Rurall bukan hanya manusia tetapi termasuk makhluk mitologis. Hanya saja seiring berjalannya waktu, kesuburan tanah negeri itu kian memudar. Makhluk mitologis yang dahulu jumlahnya melebihi manusia kini terancam punah. Meski begitu, siapa pun yang baru menginjakkan kaki di Folois akan terkagum-kagum dibuatnya.
"Kesenjangan yang cukup mencolok."
Mendengar ucapan pria tanpa ekspresi itu, kedua perempuan di hadapannya menunjukkan senyum kecut. Mereka tidak membalas ucapan Fuguel dan beranjak begitu saja dari kereta.
~