Chereads / Misi Membosankan / Chapter 2 - Chapter 2. Lukisan yang Terpilih

Chapter 2 - Chapter 2. Lukisan yang Terpilih

diperjalanan menaiki lift, Leonard berkomat kamit baca mantra mantra dan berdoa.

ini adalah salah satu pengalaman penjalanan terlama sepanjang hidup leon

*lantai 1

"wes ewes ewes ewes ..." (komat kamit)

*lantai 2

"wus uwus uwus uwus ..." (baca mantra)

*lantai 3

"sek esek esek esek....." (menggosokkan kedua telapan tangan)

*lantai 4

"fuuuuh....fuuuuuuuh ..." (meniup kedua telapak tangan)

*lantai 5

"amiin" (mengusap wajah dengan kedua telapak tangan)

*lantai 6

"wes ewes ewes ewes ..." (komat kamit)

*lantai 7

"wus uwus uwus uwus ..." (baca mantra)

*lantai 8

"sek esek esek esek....." (menggosokkan kedua telapan tangan)

*lantai 9

"fuuuuh....fuuuuuuuh ..." (meniup kedua telapak tangan)

*lantai 10

"amiin" (mengusap wajah dengan kedua telapak tangan)

Setelah merapalkan dua mantra doa nya, Leon kelelahan dan menghentikan doa nya, dan Ia berkata

"sudah ah, capek ... "

*lantai 11

🎶Ting tung

pintu terbuka

Begitu aneh, ketika Leon tidak merapalkan mantra, maka pintu lift akan terbuka. Hal ini membuat Leon sedikit terkejut, lalu Ia berkata

"apa? sudah kuduga, aku harus tetap berdoa hingga doaku dikabulkan "

Leon melakukan kegiatan berdoa seperti sebelumnya didalam lift, bahkan Ia melalukan lebih cepat

Seorang perempuan bercahaya, berkilau,indah memakai baju merah muncul dihadapan Leon, Ia langsung masuk ke tempat ibadah sementara Leon tanpa permisi.

"aku harus terus melakukan ritual doaku, jika tidak, lift akan berhenti" Leon berkata dalam hati

Leon pun melanjutkan doanya dengan khusuk

Dia sangat cuek terhadap perempuan itu, yang dia inginkan adalah selamat sampai lantai 15 tanpa ada gangguan, Ia melanjutkan rapalan doanya.

Tiba tiba perempuan bercahaya, berkilau, indah ini bergeser sedikit kearah pojok menjauhi diri leon, mungkin dia takut terhadap tingkah laku aneh Leon

*lantai 12

Perempuan itu merasa penasaran dan Ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada Leon.

"kak, kamu tidak apa apa? apa kamu sedang rabies? "

ketika Perempuan itu bertanya kepada leon, Leon sedikit kaget, sialnya Ia sedang proses melakukan ritual

"fuuuuuh ....fuuuuuuuh." Leon tidak sengaja mengarahkan tiupan ke arah perempuan bercahaya, berkilau, indah ini, dengan cuek Ia tetap melanjutkan ritualnya

"amiiiin"

*lantai 13

Perempuan itu terkena semburan udara Leon,

Ia pun kaget san menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, Ia lalu berteriak

"aaaaa... jorooook "

Melihat perempuan itu nampak ketakutan,

Leon pun mengeles , dan berkata

"kakak, maaf tadi ada semut merah di rambut anda"

Sontak perempuan itu segera mengibaskan rambut rambutnya, seraya berkata

"oh benarkah? terimaka kasih kalau begitu, lalu kenapa kamu seperti orang rabies? "

"oh anu kak, aku enggak tahan dingin , leherku akan merah jika aku kedinginan" Leon menjawab dengan kebohongan .

"orang aneh " perempuan itu menyauti Leon dengan nada sedikit meledek

Leon tidak menanggapi terlalu serius omongan perempuan itu, Ia hanya fokus pada ritualnya, yang ad dipikiran Leon adalah dapat selamat ke lantai 15 tanpa gangguan

*lantai 14

🎶Ting tung

pintu terbuka

dengan cepatnya perempuan iitu keluar lift dengan sedikit lari kecil

"kenapa setiap aku berhenti ritual, pintu lift terbuka?, ayo kurang satu lantai lagi. kamu pasti bisa Leonard. " Leon menyemangati dirinya . Ia melanjutkan ritual lima kali lebih cepat dari sebelumnya

*lantai 15

🎶Ting tung

pintu terbuka

Akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga,

Leon merasakan hal yang sangat bahagia, seakan akan waktu melambat , jauh lebih lambat dari sebelumnya. ibaratkan Ia ini adalah pemenang lomba maraton di garis depan.

ketika pintu lift terbuka sempurna, Leon secepat kilat berlari keluar lift dengan membusungkan dada, dan kedua tangannya mengangkat keatas. Ia mengekspresikan kegembiraannya dengan cara menyanyi dengan suara yang lantang dan keras, seakan akan Fredy Mercury merasuki Jiwanya.

"🎶 We Are The Champions, My Friends "

.

.

.

.

.

"Rasa nya aku menjadi pusat perhatian semua orang, mereka mendengarkan ku dengan penuh suka cita, apakah ini yang dirasakan Fredy Mercury? "

Leon tidak sadar bahwa sekarang Ia menjadi pusat perhatian lantai 15, tiap pasang mata orang melihat Leon, tak terkecuali. Tapi dengan cuek Leon tetap melanjutkan lantunannya.

Setelah Leon menyelesaikan bait terakhirnya, Ia bingung dan berfikir

"Kenapa semua penonton tidak ada yang tepuk tangan ataupun bersorak ? "

Aula Lantai 15 Seketika Sunyi. tapi tenang, tidak ada suara jangkriknya.

lalu terdengar suara suara laki laki ada disudut mana mana. ternyata suara itu adalah suara pembawa acara yang dimasukan kedalam Mic Sound System.

Dia berkata "Ekhm...Ekhm... Nak, yang disana... jangan merayakan juara dulu,pengumuman juara akan diadakan 30 menit lagi. "

Betapa malunya Leon, Ia pun membungkukkan badan, dan perlahan pergi mendekati tembok.

itu merupakan hari termemalukan di hidup Leon, tapi sekaligus menyenangkan terharu, bagaimana tidak, akhirnya Leon diperhatikan banyak orang meskipun sesaat.karena biasanya Leon tidak ada yang pernah memperhatikan.

diperhatikan? boro boro, kalau ada orang yang masih menganggap Ia hidup aja syukur.

setelah mengalami banyak tekanan batin, misi sebenarnya pun dimulai

Misi Utama dan Misi Urgent Leon sekarang yaitu mencari Mukhlisin yang pake Kh.

Leon pun mulai melakukan misi pencariannya, Aula nya lumayan agak besar dan banyak orang berkerumun, Hal ini menyebabkan pencarian Mukhlisin begitu sulit.

Bagaikan mencari jerami ditumpukan jarum, em sebenarnya enggak susah sih, agak gampang malahan. tetapi nyarinya di tumpukan jarum jadinya ngeselin. sama seperti mencari pak Mukhlisin di tempat ini.

Otak Leon dipaksa bekerja, Ia sudah lama tidak berfikir keras seperti ini. Sontak Leon mendapatkan ide yang brilian

"ahaa, security kan biasanya jaganya di pojok pojok, kalau di tengah ya gelandang. masa iya disini ada security njaga ditengah tengah, bwhaha"

Kebetulan aula ini berbentuk square.

Leon menelusuri aula ini dimulai dari pojok depan sebelah kanan, Ia belum menemukan pak mukhlisan, lalu Ia pun mencari di pojok belakang sebelah kanan, hasilnya sama saja. pak Mukhlisin masih asyik sembunyi.

Untuk menuju ke pojok belakang sebelah kiri, Leon wajib melewati belakang panggung. dengan sukarela Ia melewatinya, meskipun hanya kain besar hitam yang Ia temukan.

Ketika Leon sampai di pojok belakang sebelah kiri, Ia melihat sesosok yang tak asing baginya, tapi Leon terlihat asing bagi orang itu.

untuk mengobati rasa akan penasaran, Leon menghampiri orang itu dan Ia menyapa

"pak Mukhlisin??"

"oh iya nak, benar, apa apa nak?" diapun bertanya balik

Leon lantas menjawab

"Saya yang tadi dibawah pak "

"iya kenapa kamu tadi dibawah? " dia balik bertanya lagi

"lukisan yang bapak bawa tadi itu milik saya pak, saya ingin mengambilnya" Leon menjawab pertanyaan bapak Mukhlisin

"Kamu salah orang kali" dia sekarang balik menyalahkan Leon

"gimana sih bapak kok bisa lupa, " Leon tidak tau lagi harus ngomong bagaimana

Dari arah kejauhan terlihat sesosok security seolah olah ingin berkomunikasi kepada Leon, dia menghampiri ke arahnya, dengan tangan melambai lambai dan berteriak dari kejauhan

"naak, Sini..!'

Sepintas orang misterius yang melambaikan tangan kepada Leon ini terlihat seperti bapak Mukhlisin, wajah nya, bentuk tubuhnya, suaranya, pakaiannya, semua sama. bahkan menurut Leon dia yang layak seperti Bapak Mukhlisin

semakin lama , orang itu semakin mendekat. lalu dia menabok pundak Leon.

"plak... Nak, dari tadi di panggil panggil tidak menjawab" dia terlihat jengkel

Leon pun terdiam, melihat didepannya ada sosok seperti Mukhlisin, menengok ke kiri, apalagi, dia bahkan lebih mirip. Leon pun setengah ketakutan menanyakan kembali ke orang misterius yang menaboknya itu .

"pak anda siapa? "

"Kamu ini nak pura pura lupa, aku Mukhlisin yang membawa hasil lukisan mu " saut orang misterius itu

Leon dibuat kebingungan sejadi jadinya.

lalu Ia memberanikan diri untuk bertanya lagi

"lalu Mukhlisin di depanku ini siapa pak? "

Orang misterius yang mengaku Mukhlisin itu sontak menjawab sambil tertawa.

"Bwhahahahahaha, kirain apa. dia itu kembaranku. namanya Muhlisin , kan sudah saya bilang, cari Mukhlisin pake Kh!"

Dia terlihat tertawa lepas ,Ia berhasil mengelabuhi Leon.

"oh tuhan, kenapa ternyata kembar, kenapa perbedaan namanya antara H dan KH? bukannya itu sama saja ? " Leon terheran heran dan juga cukup kesal

"kamu saja yang mempersulit itu, dia dipanggil Muh, aku dipanggil Muk. itu udah beda jauh" dia sambil tertawa lagi

"Sudah lah pak, saya tidak mau lagi menyelam lebih dalam lagi kedunia kalian, ngomong ngomong. dimana lukisan saya pak?" Leon bertanya kepadanya

"oh iya nak, aku lupa tadi itu kamu saya tunggu tunggu tidak ada, tapi tenang, semua beres , sudah diatur oleh bapak. lukisanmu sudah kudaftar kan hehehe" jawab Mukhlisin

"apa didaftarkan pak ?! emang ini acara apa ? aku bukan peserta pak" lalu mata Leon tertuju ke banner di background pangung. dan Baner itu bertuliskan

"Olimpiade Nasional, Bidang Seni"

Kemudian Leon berkata kepada bapak Mukhlisin

"waduh pak, itu sebenarnya lukisan adik saya di SMP sebelah. saya mau mengantar lukisan ini, karena dia lupa membawa"

"ah nak, jarang ya anak muda jaman sekarang suka merendah , haha" Dia masih tidak percaya kepada Leon

lalu Leon dalam hati menggerutu

"ngomong sama nih Mukhlisin tidak ada selesai selesainya"

Leon pun bertanya lagi kepada bapak Mukhlisin

"pak, lukisan saya di letakkan dimana ?

"tadi aku letakkan ditengah " jawab Mukhlisin

Setelah Leon mengamati beberapa saat, karya lukisan yang dilombakan di pajang di tengah tengah aula, yang mana nanti juri berkeliling untuk menilai

kemudian Leon bergegas pergi mencari lukisan adiknya.

"ayo pak antar aku ke tempat lukisanku" Leon meminta tolong pak Mukhlisin

"oh iya mari mari nak" dia memandu Leon ketempat lukisannya berada

*ditempat lukisan tadi berada

"Loh dek, tadi lukisan kamu bapak pajang disini , tapi kok sekarang tidak ada ?" tanya bapak dengan kebingungan

"waduh pak gmana pak? adik saya bisa enggak naik kelas pak kalau lukisan itu hilang " Leon juga ikut panik

"tadi kuletakan disini, tapi lukisan yang lain tidak hilang? kenapa hanya lukisanmu saja ? " pak Mukhlisin tanya dengan keheranan

"saya juga tidak tahu pak "

🎶dengung sound sistem

"Cek, Cek. Selamat siang para peserta. tibalah saatnya yang kita nanti nantikan. Saatnya babak final olimpiade seni Indonesia, pertama - tama, kita pilih 3 nominasi terbaik dari karya kalian. Aturan mainnya yaitu, siapa yang beruntung karya nya masuk nominasi, dia akan dipanggil maju kedepan panggung, dan masing masing menceritakan histori, kisah dan lain lain tentang karyanya tersebut. lalu biarkan juri yang menilai, keputusan pemenang murni keputusan juri, tidak bisa di ganggu gugat " Suara pembawa acara memecah suasana Aula.

Leon saat itu tidak mendengarkan omongan pembawa acara, Ia hanya fokus mencari lukisan adik nya

*didepan panggung

"Saatnya pengumuman nominasi tiga terbaik. apakah kalian siap?"

"nominasi pertama dengan Judul karya : Dimensi Senja.

nominasi kedua dengan Judul Karya :

Lautan Awan

dan nominasi ketiga, dengan Judul Karya :

Ghrisella"

"Selamat para seniman yang masuk nominasi, dimohon untuk pergi kepanggung untuk babak Final"

Seluruh karya yang mendapat nominasi dipajang di depan panggung.

sesaat Leon menengok untuk melihat panggung, Ia terkejut bukan main

"bukan kan itu lukisan adiku ? waah akhirnya ketemu juga, ternyata ditaruh di depan. "