Chereads / "Resep Roemi" The Black Secret Recipe of Javanese / Chapter 3 - Sliramu Memayu Hayuning Bawana

Chapter 3 - Sliramu Memayu Hayuning Bawana

"Mung Semono wae kowe bisomu, le???Ayo ndang jejeg!!! "

("apakah hanya itu kemampuan yang kamu bisa??? ayo cepat bangun"

"Ampunn.. Ndoroo ampunn saestu kula mboten kiat maleh, sampun Ndoro ampunnnn".

("Ampunn.. Ndoroo ampun saya sudah tidak kuat lagi, sudah Ndoro ampunnn")

Tidak begitu pasti sudah berapa belas Pemuda yang  jatuh tersungkur  ketika melawan kepiawaian silat yang di miliki oleh Ndoro Kusumo..

Dan benar saja, jadi itulah Syarat yang harus di lakukan kepada siapa saja yang akan meminang putri semata wayangnya Sri Roekmini Kusumo, akan berhadapan langsung melawan Ndoro Kusumo sampai titik darah penghabisan.

"Kalah jadi Abu.. Menang jadi Arang"

Kiasan itulah yang mungkin kiranya pas untuk menggambarkan suasana di Pendopo semakin menegang,pandangan mata Ndoro Kusumo yang begitu tajam,mendekte setiap raut wajah mereka satu-persatu mulai berubah bimbang dengan mimik agaknya seperti ketakutan,saat kedua bola mata salah satu dari pemuda itu saling bertemu dengan Sang Ndoro sekilas alis tebal itu mengernyitkan menelisik dalam ke raut wajah yang sengaja di tundukkan, terlihat bibir rapat tertutup menyisakan senyum simpul di ujung keraguan,buru-buru segera  ia berpaling muka dengan bibir keringnya terlihat begitu susah hanya  untuk menelan ludah nampak komat-kamit sendirian berharap ia tidak menghadapi Sang Kuasa hari ini duluan.

Tidak hanya itu,sontak saja  membuat  semua pikiran para pemuda yang berumur masih semuda biji jagung  semula berhandai-handai membayangkan bahagia dan nikmatnya akan menjadi suami dari Roekmini sontak ambyar (bubar) memamitkan dirinya masing-masing dengan perasaan ragu-ragu,raut wajah memerah kepala seakan panas mendidih membuat mereka tidak bisa berpikir kembali jernih,hanya ikut-ikutan mereka yang juga meragukan kemampuan diri dan berlari sebelum bertempur perang..

Baru beberapa jam yang lalu pendopo atas bukit itu nampak padat ramai di kerumuni Para Pemuda berwajah congkak, di antaranya begitu percaya diri serta yakin, kini tertegun memikirkan apa yang terjadi pada tubuh mereka nanti..

Samar-samar dalam ingatan sebagian mereka tahu Sang Ndoro Kusumo di akui sangat Hebat dalam Ilmu Pencak Silatnya saat rombongan Pembajak dulu pernah membantai hampir menghabiskan seluruh penduduk Desa,mereka sebagian berlarian saling berpencar menyelamatkan diri dari kejaran para pembajak tersebut,ada  yang bersembunyi  dike rimbunnya ladang jagung dan sebagian  lagi pasrah untuk tetap tinggal di rumah, berharap ajal tak menjemput mereka lebih cepat.Kepulan asap dari kebakaran yang terjadi juga teriakan Warga Desa mewarnai hari itu terdengar pilu..

Sementara Ndoro Kusumo dengan sejumlah abdinya tidak mengetahui musibah karena,pergi untuk berdagang ke Desa seberang kemudian pulang pada sore harinya..

"Suara...Ringkikkan beberapa Kuda hitam Nan Gagah terdengar saling bersahutan,dari jauh begitu nyaring bunyi tapal tebal yang di sematkan di tapak kaki mereka(kuda) saat bertemu jalan makadam(jalan berbatu)memecah pekatnya asap tebal yang bergumul menyelimuti jalan setapak  ujung perbatasan desa.

"Gusti.. Ada apakah ini??"

Sampailah Sang Ndoro pada di pintu depan gapura Desa,

Melirik ke kanan ke kiri sudut mata Ndoro Kusumo tampak nanar kebingungan apa gerangan yang telah terjadi pada Desa nya tersebut,sejumlah Abdi(pengikut setia, pekerja,bawahan)bersiaga mengeluarkan sebilah pedang dan busur panah di belakang punggungnya yang siap menghadapi serangan mendadak dari siapapun yang membahayakan Ndoro nya,

terlihat bekas tanda pembantaian dan perampokan menyisakan poranda  di sepanjang  jalan Desa tersebut,suasana sepi bagai kuburan yang sudah lama di tinggal tuannya,Sang Ndoro pun di buat geram dan terisak ketika menemukan beberapa potong tubuh 

tak bernyawa tergeletak di pinggir jalan berceceran mengeluarkan isi bagian dari dalam perut yang  robek,masih menganga lebar dan segar setiap organ tubuhnya, serta sebagian kepala separuh hancur,salah satu bola mata itu terpaksa keluar dari pelupuk yang tengah terpejam dalam keadaan kosong,sekarang bola mata itu kini bisa memandang mengasihani sekujur tubuhnya yang kaku bak seperti kayu,sedikit otak pun terpaksa keluar dari tengkoraknya karena bekas pukulan benda tumpul menghantam bertubi-tubi..berwarna sedikit merah muda bercampur putih susu seperti adonan bubur bayi yang terlalu memadat  membentuk gumpalan-gumpalan kecil memuncrat secara acak,bau anyir darah merah segar begitu menyengat menusuk hidung mewarnai tanah yang perlahan kering memerah meresap menjadi satu.. 

Tubuh dan pikiran Sang Ndoro terguncang, tekuk lututnya begitu lemas gemetar, seakan ini mimpi nyata yang tak kunjung terjaga, ia melihat memutar mencari tanda-tanda kehidupan. Tetapi tetap tak dapat ia temukan,ia terus menyusuri setiap sudut desa dengan lunglai dan isak yang tertahan. Pun juga para Abdi saling menoleh dan tak sanggup melihat pemandangan yang begitu mengerikan,mereka terus bersiaga sembari mengikuti Sang Ndoro dari dekat..

*Gerobak pengangkut padi garapan sawah yang biasa di gunakan oleh Sutejo salah satu penggarap sawah Ndoro Kusumo  tampak rusak terjungkir begitu saja di bahu jelan,rumah-rumah penduduk dan kandang ternak habis tak bersisa hanya tinggal pedihnya asap menyerang mata dan potongan-potongan kecil dari anyaman dinding bambu yang tersisa,Bau  sangit dari tebalnya asap yang menghalangi mereka rupanya dari porak porandanya Desa tersebut.

Sampai ia lama tersadar hanyut dalam kesedihan dan rasa marah yang sangat besar mencoba menerka-nerka siapa dalang dari hancurnya Desa yang ia Bangun dari keringat babat alas(pendiri, awal yang mendirikan).

"Ndoro,sebaiknya kita segera bergegas untuk melihat ke rumah.. Ndoro Roekmi di rumah sendirian,Ndoro.. Ngapunten."ujar salah seorang abdi mencemaskan kondisi Roekmini di rumah hanya di temani beberapa pembantu.

#Nb:Permintamaafan di akhir kata (ngapunten/minta maaf)tanda untuk menghargai sang Majikan/atasan saat memberi saran/opini)

"Kamu Benar..Roekmiiiii....Hiyaaachhh"

Sambil bergegas menaiki Kuda di ikuti para abdi yang selalu waspada..

***                       ***

"Sampun kula cuba padhos  Ndoro.. Dugi ngajeng kaliyan wingking,Ndoro Roekmini mboten wonten".. Ucap salah satu abdi menyampaikan seraya memperhatikan sekitar rumah yang telah kosong dan berantakan di obrak-abrik para pembajak.

(Sudah coba saya cari,ndoro.Dari bagian depan hingga belakang rumah. Tapi Ndoro  Roekmini tidak ada/hasilnya nihil)

Setelah mendengar salah satu  laporan abdinya, ia tak kunjung bergegas  meninggalkan rumah yang tampak kosong. ia kembali menyusuri area belakang rumah dekat sumur,di situ terlihat gentong(kuali besar) tempat penyimpanan air bersih dekat sumur.Segera Sang Ndoro pun berlari dan membuka kuali tersebut.Benar saja firasat Ndoro Kusumo mendapati tubuh Roekmini menggigil kedinginan,hampir seluruh tubuhnya keriput terendam air,entah sudah berapa lama dia bersembunyi di dalam sana.. Ada rasa ketakutan yang amat dalam tergambar dari matanya yang coklat warisan sang ibu,

"Bruuuuuuakkkgggg....."

Hantaman keras yang berasal dari tersungkurnya salah satu mereka yang tengah berduel dengan Sang Ndoro di hadapan mereka,sontak saja membuyarkan lamunan Para Pemuda.

Mereka sadar sampai saat ini belum ada yang bisa mengalahkan Ndoro Kusumo seperti 7tahun yang lalu mengingat masa kelam hancurnya Desa tersebut oleh serangan para pembajak dan di kalahkan Ndoro Kusumo di bantu dengan para abdi setia yang sangat tangguh.

Sisa tujuh dari puluhan pemuda yang tidak bergeming dari tempat mereka bersila atas syarat yang Ndoro Kusumo sampaikan.

****                          ****

Kucuran darah segar tengah mewarnai Pelataran berumput di depan Pendopo tengah hari yang begitu terik,di tambah lagi semakin ketatnya Persaingan di antara mereka.Namun bukannnya Sang Ndoro nampak lelah ataupun lemah berduel dengan puluhan pemuda sekaligus, justru semakin bertambah kuat dan sangat hati-hati oleh serangan balasan mereka,sesekali Pemuda berbahu lebar dan berpostur tinggi tersebut menyeka keringat bercampur darah dan debu menjadi satu menyelimuti tubuhnya,dia hanya meringis menahan kesakitan dan sedikit pincang,ada luka yang cukup dalam di layangkan oleh Ndoro Kusumo pada lutut kakinya.

"Sopo jenengmu?? ayo tangi lee, ojo loyo.. sepiro kuatmu lan tekadmu minang anakku".

(Siapa namamu?? ayo bangun, jangan  jadi lemah.. Tunjukkan seberapa kuat dirimu dan tekadmu untuk meminang putriku)

"Kula Darso,kula saestu pun niiaaaaaattt ndoroooo...!!!!!"

Pemuda tersebut bangkit dengan tenaga yang tersisa,mencoba mebusungkan badan sembari berlari ke arah Ndoro Kusumo yang sudah menyiapkan kuda-kuda untuk kembali berduel...

"Sudah... Sudaaaaahhh romooo.. Jangan di teruskan!!!"terdengar  teriakan dengan nafas tersengal-sengal muncul dari balik bukit.

"Roekmi memilih dia romo?! Sudahhhhh.. Saya mohon hentikan romo",.....

Sang Ndoro Kusumo pun menganggguk dan tersenyum melepaskan kuda-kuda,sembari berlalu meninggalkan  Halaman Pendopo dengan perasaan sumringah dan puas.Akhirnya terjawab sudah jawaban yang di tunggu-tunggu dari Roekmini.

Berakhirlah Pertarungan di Pendopo senja sore yang agung merangkak pelan menggantikan siang berdarah.

****                              ****

"Mbangun Kromo ingkang Satuhu, Mboten cepak bilih ngagem sepisan roso katresnan. 

Hananging butuh pirang pirang katresnan lumeber ning pasangan uripmu siji kui."

"Pernikahan yang sukses tidak membutuhkan sekali jatuh cinta, tetapi berkali-kali Jatuh Cinta pada orang yang sama"....

Filosofi Jawa mengawali Iringan Tembang Kebo Giro mengalun indah dan sakral mengiringi dua anak manusia mengikat janji sehidup semati..

Kamis Pon adalah hari Besar dan penting bagi Ndoro Kusumo merayakan Acara Pernikahan putri semata wayangnya dengan Pemuda dari Desa seberang yang sekali lagi hampir terbunuh kalau saja Roekmini tidak segera menentukan pilihannya..

Tidak banyak juga yang hadir dalam Acara Pernikahan tersebut,hanya beberapa petani yang menggarap sawah Sang Ndoro, para pembantu di rumah dan para penjaga serta abdi tentunya..

Ndoro Kusumo sendiri di kenal baik dan murah hati, namun dia sangat tegas dan adil dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya.Namun,sangat di sayangkan Ndoro juga sangat tertutup untuk urusan pribadi bahkan ketika Istrinya Sri Laksmi meninggal, ia lebih memilih untuk memakamkan istrinya sendiri di Pendopo atas bukit dengan bantuan para pekerja di rumah kala itu..

Selang setelah 3 hari, ia pun meninggalkan Roekmini kecil kepada para pembantunya untuk pergi berlayar berdagang Rempah di pulau seberang.Hari demi hari di habiskan Roekmini kecil sendiri tanpa perhatian  serta kasih  sayang dari Ndoro,hanya bersama para pembantu.Walaupun demikian,Roekmini kecil tumbuh dengan sangat baik menjadi seorang gadis berparas cantik dan baik hati.

Waktu itu dia bermain di luar rumah hanya untuk sekedar menyapa anak-anak seusianya bermain di halaman.Tetapi, orang tua dari mereka masing-masing terburu-buru menyeret  dan memaksa mereka untuk masuk ke dalam rumah. Roekmini kecil bingung hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca dalam ribuan tanya...

****                        ****

"Pernikahan itu seharusnya tidak boleh terjadi bukneee???"Cakap seorang Lelaki Baya di balik kelambu jendela rumah dari kejauhan.

"Piye iki paknee??? Apakah kita harus segera pindah??? Cilokoo.. Pak.. Cilokoo tenann iki pakk??!!!!!"

Rasanya ada banyak orang yang berbicara demikian di tiap-tiap rumah, ada yang mereka takutkan tapi entah itu apa.. Yang pasti itu pertanda buruk bagi Desa mereka tinggal.

Sementara itu Ndoro Kusumo sendiri begitu bahagia terpancar dari wajah sumringah yang tersirat melihat Putri kecilnya akhirnya menikah.

"Sudah cukup tuntas dan selesai, sekarang Romo mung mengarep(berharap) kepada kamu, jaga baik-baik putriku satu-satunya.Apapun yang terjadi itu adalah berkah dari Sang Maha Kuasa.Romo serahkan semua apa yg Romo punya kepada mu Darso, mulai saat ini Romo berhenti, wis sing ngati-ngati nglakoni urip"Ujar Ndoro Kusumo memberi Nasihat sembari menepuk  punggung dan memeluk menantu tersebut,ialah Darso.

Anak Yatim Piatu yang tinggal di Negeri seberang kini berubah menjadi menantu seorang Saudagar Rempah & Tuan Tanah yang Kaya seperti Ndoro Kusumo.

"Pangestunipun,Romo. Panjenengan saget percados ingkang kula ( Mohon doa restunya, romo. Romo bisa mempercayakannya kepadaku)"

****                          ****

"Dinten Sae ingkang rimang"

(Hari Baik yang Menyedihkan)