Adrian mengecup bibir merah Alisha, seolah ingin mencicipi terlebih dahulu, hidangan manis di hadapannya. Memancing gairah istrinya.
Adrian memahami marahnya Alisha atau kesalnya Alisha, maka istrinya itu tidak akan mengakui apa pun. Harga dirinya begitu tinggi. Gengsinya pun begitu dinomorsatukan.
Tapi tidak dengan reaksi tubuhnya. Adrian tahu itu.
Mulut bisa berkata lain, suara hati dibungkam, namun reaksi tubuh Alisha bisa berkhianat. Begitu menyukai dan menikmati sentuhan-sentuhan kecil dari Adrian.
Adrian memang ahli dalam hal itu.
Sambil mencicipi hidangan pembuka, Adrian mengusapkan ujung-ujung jarinya di setiap lekukan tubuh Alisha yang tidak tertutupi pakaiannya.
"Ian ... stop." Alisha sudah tidak bisa menahan dirinya.
Setiap sentuhan Adrian, membuat sekujur tubuhnya serasa tersengat aliran listrik.
Adrian mengabaikan protes Alisha, mengabaikan ucapan Alisha yang menyebut nama aslinya.