Pengunjung itu hanya bisa mengangguk saja, dia tidak berani memberi komentar. Wanita yang tampaknya sedang marah ini bukan orang yang bisa di bantah, pikirnya.
"Siapa yang namanya Rayya, cucu presiden?" Tanya Alya dengan angkuh, sudah di pastikan tujuannya bertanya bukan untuk menjalin hubungan baik.
"Hai nyonya, anda---"
"Kau, Rayya?" Potong Alya dengan tatapan tajamnya. Wanita yang mencoba mencairkan suasana itu langsung diam dan menggeleng.
Rayya yang paham dengan situasi, dia tersenyum hangat, "nona, saya Rayya."
Alya mengalihkan pandangannya pada Rayya, menilai wanita yang duduk dengan anggun serta senyuman ramahnya dengan tatapan yang menjijikan, baru dia yang berani seperti itu pada Rayya.
Rayya sangat terganggu dengan tatapan itu.
Tanpa aba-aba Alya menuangkan kopi keatas kepala Rayya dengan santai, seketika wanita itu dan yang lain berteriak karena kopi itu masih panas namun tidak akan membuat kulit melepuh.