"Apa yang kamu pikir?" Sebastian ikut berbaring setelah membawa Brayn masuk kedalam kamar.
"Mereka." Anna menunjuk bulan, bintang dan langit malam.
Sebastian mengikuti arah pandang istrinya, ia menggenggam erat tangan mungil Anna.
"Sayang, jangan paksakan diri. Jika berat melepasku, biar aku yang melepas niatku."
"Sebagai istri tentu aku berat melepasmu, tapi sebagai manusia aku mendukung. Kita tidak bisa hidup memikirkan diri sendiri. Tuhan sudah menggerakan hatimu untuk melangkah kesana, jangan di batalkan hanya karena rasa egoku. Aku percaya kita akan berkumpul lagi."
"Kalau begitu, jangan buat aku berat melangkah dengan wajah sedihmu."
Anna menoleh begitu pun Sebastian. Anna mengelus sayang wajah suaminya, "jangan mengecewakanku ya?" Sebastian mengangguk.
"Tunggu aku, hanya dua bulan. kita akan melakukan panggilan video setiap hari." Anna mengangguk.