Sebastian berada diruangan besar bernuansa putih yang di hiasi foto presiden terdahulu, dia menikmati secangkir teh madu bersama orang nomor satu di negri ini.
Mereka tidak sendirian, baik presiden dan Sebastian di temani orang masing-masing. Jika di lihat dari jas yang mereka pakai tidak ada bedanya secara warna, namun jika bisa menilai lebih detail jass yang memiliki pin berbentuk singa hitam jauh lebih mahal dan elegant.
"Biarkan kami yang menanganinya." Presiden menatap lekat pria hebat yang duduk tenang di depannya ini.
Sebastian meletakkan gelas teh dengan elegant, "tentu, tapi jangan buat dia mati. Biarkan nyawanya di lenyapkan oleh gadis itu."
Presiden menarik napas pelan, "tidakkah membalas dendam bukan akhir yanng baik?"
"Itu keadlian untuknya. Lagipula gadis itu tidak akan mampu melakukannya, tapi aku sudah berjanji untuk membawa si tua itu padanya. Dia hanya ingin melampiaskan amarah."
"Lalu setelah itu kamu yang melenyapkannya?"