Selesai mandi Anna membaringkan tubu untuk meregangkan otot-otot yang pegal akibat perjalanan jauh yangbia tempuh, ini pertama kalinya sudah tentu tubuhnya terkejut.
Memikirkan apa yang sedang di lakukan anak dan suaminya serta kebingungan seluruh keluarga membuat kepalanya semakin pusing. Ini hari ketiga dia tidak bersama mereka, kerinduan tidak terbilang namun rasa sakit masih menggelayut.
Mungkin bagi orang lain kata itu sangat sederhana, tapi baginya itu seperti mata pisau yang runcing menembus hatinya. Dia bisa memaklumi keraguan orang lain atas rasa sayangnya pada Brayn, namun jika itu suaminya, apakah bisa ia abai? tentu tidak.
Anna bangkit dan pergi kearah balkon. Matanya enggan tertutup jadi ia memilih duduk disana sambil menikmati hari yang mulai senja. Angin mulai bertiup dingin, udara semakin menyeruak hingga ketulang. Dari tempatnya duduk dia biasa melihat hutan dari kejauhan, sangat hijau dan sedap di pandang mata.