Sebastian menikmati sore hari yang menyenangkan, ia sedang melihat anak dan istrinya berdebat tentang bibit yang akan di tanam.
"Mom, inikan kebunku." Brayn mengingatkan.
"Iya, mommy tau, tapi kan papamu buatnya sangat luas, kita bisa tanam buah juga." Brayn menggeleng.
"Aku ingin tanam semua tempat ini dengan sayuran, jika kita gabung dengan buah, terlihat tidak bagus." Jelas balita itu yang sudah mengenakan pakaian berkebun begitupun dengan alat tempurnya.
Sudah cocok jadi anak petani.
"Roshie akan kesulitan mengolah banyak sayur yang kita tanam sayang." Anna menatap kepala pelayan itu untuk meminta dukungan.
Baru ingin Roshie berucap, balita itu langsung menyela, "kita bisa bagi ketempat nenek Loui, bibi Alya harus makan sayur sehat, agar calon adikku juga sehat."
"Adikkmu juga suka buah."
"Adikku akan lahir sebelum buah itu tumbuh tinggi, mungkin jika dia sekolah baru berbuah." Anna menatap suaminya, tapi pria itu mengedikkan bahu, tanda tidak ingin melerai.