Ciuman itu terus menuntut untuk mendapat jawaban, ciuman itu ingin balasan yang sama besarnya dengan rasa ingin si pemilik bibir tebal indah nan sempurna.
Anna diam terpaku merasakan ciuman yang penuh keinginan dan ketulusan, hatinya berperang untuk memutuskan apa yang harus dirinya pilih, satu sisi dirinya ingin setia pada cintanya tapi sisi yang lain apa yang pria ini katakan benar adanya.
Merasa ciumannya tidak ada balasan, Sebastian tau apa yang menjadi keputusan wanita yang tengah ia cium ini, tidak ingin menjadi pemain sendirian Sebastian mengakhiri ciumannya.
Hati yang tadi redup dan hancur kini seperti ada jutaan kupu-kupu yang terbang menghangatkan hatinya.
Bagaimana tidak, Anna yang awalnya diam, kini membalas lembut ciuman itu, mengalungkan kedua tangannya di leher Sebastian dan memperdalam ciumannya dengan mata tertutup, airmatanya mengalir menbasahi pipi putihnya.