"Bagaimana kabar orangtua dan Kakekmu?" Wijaya bermain catur bersama Sebastian di ruang kerjanya saat ini.
"Baik." Sebastian dengan fokus memperhatikan permainan ayah mertuanya.
"Perubahan Anna sangat cepat, apa yang terjadi?" Mata Wijaya menatap menantunya dengan serius.
"Kehadiran Brayn membuatnya banyak berubah dalam mempertahankan egonya." Wijaya mengangguk setuju.
"Apa jantungmu bekerja dengan baik?" Sebastian mengangguk kecil pada Wijaya dan Pria paruh baya itu tersenyum hangat.
"Anna butuh banyak waktu, namun ini berjalan lebih cepat dari yang Bapak bayangkan. Bapak bersyukur untuk itu, dia tidak bisa terus hidup dalam duka, Tuhan mengirim putramu untuk menyembuhkan lukanya. Bapak tau seperti apa harapan besar Anna untuk menjadi seorang Ibu." Wijaya mengingat kembali setiap Anna dengan semangat menunggu waktu untuk melakukan proses kehamilan.