Chereads / the V topia / Chapter 4 - Suntikan Sempel

Chapter 4 - Suntikan Sempel

Pada saat yang lama, Zhifa bercerita dan bertanya begitu banyak mulai dari tentang dirinya yang seorang peneliti zat kimia baru dan seorang pengagum Albino, ia juga banyak mengoceh tentang Valen, dan bertanya sana sini tentang yang ingin diketahuinya, menyebalkan. Apakah dia pikir ini sesi introgasi? pikir Viana yang sudah mulai lelah mengobrol.

"Apa kau tidak sibuk?" Tanya Viana usai menengguk segelas air putih untuk ke 3 kalinya.

"Hari ini sangat senggang karena masih ada Pemberharuan TKP ledakan bara di kaki gunung, saat Pemberharuan itu selesai dan tim Pemberharuan kembali ke desa, disitulah aku benar-benar sibuk" kata Zhifa sambil tersenyum tipis.

"Sepertinya aku akan membantu nenek di rumah susun setelah ini, jadi aku tidak akan menumpang dengan gratis dan tak tau diri dengan duduk duduk santai seperti ini, jadi, aku akan pergi duluan, sampai jumpa" dengan berdiri dari tempat duduk nya, Viana membungkuk memberi hormat kepada Zhifa yang di balas anggukkan oleh wanita anggun itu.

Rasa lega tercipta mengingat ia slalu kalah bicara seolah Zhifa memimpin pembicaraan mereka, Dia menyentuh tulang ekor nya yang pegal karena lama duduk di sana sambil mendengus pelan.

matanya memutar mengingat perkataan Zhifa tadi.

Bck seasons

"Valen adalah teman masa kecil ku, hah, dia sangat gigih sedari kecil saat nenek slalu bercerita tentang dongeng bangsa Albino dimalam dia akan terlelap, sampai sekarang, akhirnya mimpinya terwujud, dongeng itu kamu, aku sampai iri" Begitulah sepenggal kalimat yang di lontarkan Zhita dari semua obrolan mereka

Viana berdecih pelan lalu berkata

"Bahkan dia tau semuanya tentang valen!?" sambil menendangi kerikil-kerikil kecil yang ada di depannya, Viana sampai tak sadar ada seseorang yang terkena kerikil itu. Erangan kecil dari orang itu menyadarkan Viana dan Ia langsung mendekatinya.

"Maaf, Aku tidak bermaksut sengaja" kata Viana yang melihat orang bertudung Hitam di depannya mulai bertingkah aneh.

"Cepatlah pulang ke pulau mu atau kau akan mati di tanganku" Suara pelan tapi tekanan di setiap kata itu membuat Viana melotot dan bergidik ngeri saat lelaki separuh baya itu membuka tudung long cardy nya. setengah muka nya hancur dan matanya merah tua. Siapa dia?

"Siapa kamu?! Apakah ayahku menyuruhmu? Maaf, sepertinya kamu harus membunuhku lain kali" saat Viana mengeluarkan kalimat itu, ia sudah menyingkap dress pemberian nenek dan saat kalimat itu selesai, dia lari terpontang panting hingga bayangan nya pun tidak terlihat mata.

orang itu hanya berreaksi sesaat dan berhenti ketika tau Viana lari ke arah desa Wilyard.

Sial. Batin nya.

Lelaki itu berbalik sambil menyibak kan tangan nya ke angin dengan kekesalan yang tergambar jelas.

Keringat terus membasahi tubuh Viana kala ia berlari dengan rambut nya yang berkibar indah, Orang-orang yang melihatnya pun lagi-lagi membicarakan Viana. Entah itu baik atau buruk, tapi mereka semua sibuk membuat opini nya masing-masing.

"Hoshh Hoshh Hoshh, sepertinya dia sudah tidak mengikutiku" kata Viana sambil mengusap seperinci kringat nya.

"Siapa yang mengikutimu?" Tanya seseorang yang Heran melihat Viana terengah-engah seperti di kejar rentenir.

"Valen? Kau sudah kembali? Tadi aku mencarimu dan kamu terburu-buru, jadi aku tidak sempat menemuimu" kata Viana yang membuat senyum simpul kala nafasnya belum berarturan.

"Maafkan aku, tapi sekarang kita sudah bertemu kan? jadi siapa yang mengikutimu?" Satu alis tebal Valen menyengirt ke atas yang bertanya untuk kedua kalinya tapi tidak ada jawaban.

"Ah itu, Mari mari kita pergi dulu dari sini" Viana bergegas menarik tangan Valen dan selalu mempergatikan belakang nya.

Mereka melangkah ke arah pendopo desa yang sering digunakan untuk bermain anak-anak kecil disana, Viana merasa aman disana karena kondisinya sangat terbuka dan ramai anak-anak bermain.

Mereka duduk di salah satu pojokan pendopo yang nyaman. di sana ada sebuah tangga pendek yang dipenuhi orang muda yang berpacaran. Saat merasa situasinya aman. Viana rasa Valen cocok menjadi teman ceritanya dan sepertinya Valen akan membantu viana mencari jalan keluar dari orang tadi.

Sempat terdiam cukup lama, akhirnya Viana menatap kedua mata Valen dengan dalam.

"Valen?"

Orang yang merasa namanya terpanggil pun menaikkan dagunya dan tersenyum mengartikan bahwa ia siap mendengarkan.

"Apa kau ingat ceritaku tempo hari saat kamu mengobati ku di pinggir sungai? saat seorang Albino kabur dari pulau Albin orang itu akan... " kata Viana tergantung dan membenarkan duduknya menghadap anak-anak yang main lari-larian di depan nya

"di jadikan budak semasa hidupnya?" Sambung Valen yang mendapat anggukan dari Viana.

"tapi-" Kalimat Viana terpotong saat tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya, Mata Viana berhasil membuat sempurna.

"Zhifa? Ada apa??" Viana kaget tapi kesal saat tau orang yang memegang pundaknya juga memegang pundak Valen dan ternyata itu adalah Zhifa.

"Aku melihat kalian berdua sedang bersantai di sini, jadi sepertinya akan seru jika aku bergabung" kata Zhifa yang duduk di samping Viana karena samping Valen adalah Tembok.

'Bersantai? hah yang benar saja' Gumunan Viana yang lagi-lagi tak bisa tercetak di mulut mengingat Zhifa begitu baik dan cantik membuat nya frustasi.

"Bukankah Valen dari tim Pemberharuan? bukan nya katamu kamu akan sangat sibuk saat tim Pemberharuan kembali membawa banyak zat untuk di teliti?" kata Viana itu begitu halus sampai-sampai itu tidak terlihat seperti menyindir.

"Ah itu, Benar sekali, aku benar benar sibuk saat orang-orang seperti Valen kembali, tapi mendapat tugas untuk membawamu ke Lab ku, aku harus mengambil sempel darahmu untuk penelitian konkret ku" Zhifa yang mengatakan itu dengan enteng tiba-tiba menatap Viana dan Valen bergantian.

"Maaf Len, aku tak pandai basa-basi" kata Zhifa yang tersenyum usil

benarkah? di situasi ini?

"Ada apa ini?"

Sesampainya di Lap yang dipenuhi Tabung gigi dan zat zat lainya di dalam nya. Viana dipersilahkan duduk di kursi dan ada Valen juga di sana. Zhifa mengambil beberapa jarum dan kapas serta mika transparan di laci mejanya.

"Lemaskan tangan mu" kata Zhifa yang memegang tangan putih susu Viana yang amat dingin. Zhifa menatap tangan Viana satunya yang menyengkram erat lengan tangan Valen, Zhifa tersenyum lalu berkata.

"Tak apa, tidak akan sakit, Kalau sakit, Cakar saja Lengan Valen Sambai bolong" kata Zhifa yang tersenyum dan tertawa kecil dan mendapat tatapan bingung dari Valen.

Satu jurus kemudian jarum suntik itu menembus kulit Viana dan memuncratkan darah dari setiap sela jarum itu, hanya sedikit, tapi rasanya, Benar saja Lengan Valen hampir remuk karena di cengkram begitu kuat oleh Viana.

Sesudah mendapatkan darah yang cukup untuk sempel, Zhifa segera memutus aliran suntikan itu dengan kapas.

"Mengagumkan, jarum suntik sehalus ini bisa memuncratkan darah dari sela-sela kulit nya" kata Zhifa ke Valen yang kini Viana merasa tangan nya pegal-pegal.