Dengan tergesa-gesa, Lunar masuk ke dalam toko tempat dirinya bekerja, dia sudah terlambat beberapa menit.
"Lunar, kenapa kau baru sampai?" tanya teman Lunar yang melihatnya baru saja tiba di sana.
Lunar menghentikan sejenak langkahnya dan menatap teman yang barusan menyapanya. "Nanti saja bertanyanya, Audi. Aku harus mengganti bajuku terlebih dahulu."
Lunar berlari ke ruang karyawan meninggalkan temannya yang bernama Audi itu, dia membuka loker dan mengeluarkan seragam miliknya, lalu segera ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan seragam kerja.
Begitu selesai berganti pakaian. Lunar segera bergegas ke luar untuk mengambil bagian pekerjaannya, beruntung tidak terlihat keberadaan manajernya di sana, pikirnya. Kalau sampai kepergok oleh manajernya, dia bisa langsung mendapat surat peringatan.
"Huh! Untung saja aku terlambat hanya beberapa menit saja," gumam Lunar begitu sudah berdiri di samping temannya yang tadi ia panggil Audi.
"Kau dari mana saja? Sampai datang terlambat, tidak seperti biasanya."
Audi melihat Lunar yang masih mengatur nafasnya karena harus berlari dan mengganti pakaiannya dengan terburu-buru.
"Nanti siang saja saat istirahat aku ceritakan."
Terdengar helaan napas berat dari Lunar, dia masih merasa sangat kesal kalau harus mengingat kejadian barusan yang mungkin tanpa Lunar sadari akan membawanya ke dalam masalah. Audi mengangguk mengiakan ucapan Lunar.
Setelah mengatakan itu, Lunar memulai pekerjaannya seperti biasa melayani pengunjung toko yang datang silih berganti. Tak jarang, ada juga yang datang hanya untuk cuci mata; melihat-lihat saja, lalu pergi tak membeli apapun.
Waktu istirahat tiba. Seperti biasa, Lunar hanya akan memakan bekal yang dibawanya dari rumah bersama Audi sahabatnya.
***
"Sekarang, ceritakan kenapa kamu bisa datang terlambat?" tanya Audi kepada Lunar dengan tidak sabar.
Audi langsung menodong Lunar begitu mereka menyelesaikan makan siangnya, dia penasaran kenapa Lunar bisa terlambat datang, tidak seperti biasa yang selalu datang tepat waktu. Bahkan Lunar ditetapkan sebagai karyawan teladan yang dikenal dengan kedisiplinannya dalam bekerja.
Lunar menghela napas berat sebelum mulai bercerita, seolah apa yang akan diceritakannya adalah sesuatu yang berat. "Saat aku sedang berjalan ke sini, tidak sengaja ada orang yang menabrakku dan aku terjatuh... ."
Semua peristiwa yang terjadi selama dirinya berjalan menuju tempat kerja Lunar ceritakan tidak ada satupun yang dilewatkan. Audi menganga tidak percaya dengan semua yang diceritakan oleh Lunar.
"Apa lelaki itu tampan?"
Ternyata yang menjadi perhatian Audi bukan kemalangan Lunar, justru pada lelaki yang dibuat lecet mobilnya oleh Lunar.
"Kenapa hanya itu yang kau pedulikan?!" pekik Lunar tidak terima dengan pertanyaan dari sahabatnya yang baru dia kenal beberapa bulan itu.
"Aku kan hanya bertanya," kekeh Audi yang melihat kekesalan Lunar.
"Laki-laki itu tetap minta ganti rugi darimu?" lanjutnya, tidak mau membuat Lunar semakin kesal padanya.
"Entahlah, aku hanya memberikan kartu identitasku dan juga nomor ponselku padanya," lirih Lunar.
"Astaga! Kenapa kau bodoh sekali!" Audi menoyor pelan kepala Lunar yang di balas erang tidak terima dari Lunar.
"Apa kau sadar, dengan kau memberikan identitasmu dan juga nomor ponselmu, itu berarti kau menyanggupi untuk mengganti rugi. Kau pikir berapa uang yang harus kamu keluarkan!?" seru Audi. Audi tidak habis pikir, kenapa Lunar bisa begitu ceroboh. Padahal dia mengatakan kalau insiden itu tidak sengaja dilakukannya.
"Memangnya berapa?" tanya Lunar polos.
Audi menggeleng tidak percaya. "Kau bilang mobilnya seperti mobil mewah? Jelas untuk perbaikannya pasti sangat mahal."
"Aduh! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku takut dia tiba-tiba datang meminta pertanggung jawaban. Mana gajiku bulan ini sudah dibelanjakan untuk kebutuhan Red." Lunar mulai panik dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Memang hanya Audilah yang mengetahui status Lunar yang sudah memiliki seorang anak. Temannya yang lain beranggapan Lunar adalah seorang wanita single. Tak jarang ada laki-laki yang mendekatinya karena terpesona oleh kecantikan dirinya.
"Kau sekarang baru merasa panik. Tadi apa saja yang kau pikirkan?!" seru Audi.
"Aku mana bisa berpikir. Laki-laki itu memaksaku untuk ganti rugi sedangkan jam kerjaku hampir dimulai. Ya, mau tidak mau aku serahkan kartu identitasku," gerutu Lunar.
Audi menghela napas. Dia tahu situasi macam apa yang dihadapi Lunar tadi pagi, mungkin dirinya pun akan melakukan hal yang sama kalau ada di situasi Lunar pada saat itu.
"kau jangan khawatir, aku akan membantumu untuk menjelaskan pada lelaki itu jika dia datang menemuimu." Audi menatap Lunar. Ucapannya tulus, sama halnya Lunar yang sudah menganggap Audi sahabat baiknya begitupun juga dengan Audi.
"Lebih baik bereskan tempat makanmu. Kita bisa pikirkan nanti, jam istirahat hampir habis," lanjut Audi yang sudah selesai membenahi bekas tempat makannya.
Lunar mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan oleh Audi. Begitu semua sudah tertata, Lunar kembali memasukan bekas tempat makannya ke dalam tas dan juga memasukan tasnya ke dalam loker miliknya.
Lunar dan Audi kembali menjalankan pekerjaannya dengan baik tepatnya hanya Audi tidak dengan Lunar yang masih memikirkan ucapan Audi kalau uang ganti rugi perbaikan mobil lelaki itu pasti mahal. Dari mana dirinya bisa mendapatkan banyak uang bahkan dirinya sama sekali tidak punya bayangan berapa banyak yang dia butuhkan untuk perbaikan mobil mewah lelaki itu.
"Lunar!" teriak Audi untuk kesekian kalinya karena Lunar tidak juga menyahut, sepertinya wanita itu sedang melamun.
"Eh, ya. A-ada apa?" jawab Lunar terbata.
"Tolong ambilkan stok pakaian dengan kode 2451 di gudang. Di bagian sini sudah kosong." Audi menunjuk deretan pakaian yang sudah terlihat kosong untuk beberapa model.
"Baiklah," jawab Lunar singkat. Dia segera ke gudang untuk mengambil stok pakaian yang diminta oleh Audi.
Sesampainya di gudang Lunar segera mencari keberadaan stok yang diminta oleh Audi, saat sudah menemukannya terlebih dahulu Lunar mencatat berapa banyak stok yang akan dia ambil dari gudang lalu setelahnya dia segera membawa pakaian-pakaian itu keluar dari gudang. Cukup banyak yang dirinya bawa sampai hampir menutupi setengah badannya.
Lunar bahkan terlihat kepayahan membawa barang sebanyak itu hingga hampir menutupi pandangannya. Saat sudah hampir sampai ke tempat Audi berada Lunar tidak menyadari ada orang yang baru saja memasuki toko, dua orang laki-laki dan seorang perempuan yang berjalan di belakangnya.
Brugh!
Karena tidak melihat dengan baik, tanpa sengaja Lunar menabrak laki-laki yang baru saja masuk ke dalam toko. Selain membuat barang yang dibawanya berjatuhan, Lunar juga ikut terjatuh bersamaan dengan laki-laki yang ditabraknya, Lunar terjatuh tepat di atas tubuh lelaki tersebut.
Lunar langsung beranjak begitu menyadari posisinya sekarang yang berada di atas tubuh seorang laki-laki. "Maaf, maaf, Tuan. Saya tidak sengaja."
"Kau tidak punya mata!?" bentak lelaki yang barusan ditabrak oleh Lunar, saat mereka sudah sama-sama bangun dari posisinya terjatuh.
Mendengar teriakan dan suara yang sepertinya pernah dia dengar, Lunar memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang yang baru saja ditabraknya dan betapa terkejutnya dia.
"Kau!" ucap Lunar bersamaan dengan lelaki yang ada di depannya.