Daniel dan Sam keluar dari gereja yang disediakan oleh rumah sakit. Daniel menatap Sam yang terlihat sangat sembab dan murung. Daniel lalu memasukkan kedua tangannya di saku celananya. "Gue gak tahu mesti sedih atau senang. Gue ngerasa tenang, Gue ngerasa puas. Gue ngerasa begitu tentram, damai. Tapi dalam hati Gue juga ngerasa sedih, sangat sedih Sam dan Gue merasa takut," ujar Daniel.
Sam memaksakan senyumannya, menguatkan Daniel sang sahabat yang begitu terlihat sangat rapuh dari pada biasanya. "Gue ngerti itu, tapi kita gak boleh bersedih kayak gini Dan, pasti ada jalannya," kata Sam.
Daniel menghentikan langkahnya ketika sebuah ide terlintas di otak Daniel. "Kenapa Dan?" tanya Sam sambil menatap Daniel yang berhenti di belakangnya.
"Lo bilang, Tuhan akan kasih keajaibankan? Gue tahu gimana caranya," ujar Daniel dengan wajahnya yang sedikit tak yakin. Sam yang tak paham mengerutkan dahinya.
"Kita harus pakai Manda, kita harus bawa Manda ke Erlan," ujar Daniel.
