Manda membuka kamar mandi, ia lalu melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya.
Manda menyalakan shower, membiarkan semua air membasahi tubuhnya. Erlan sudah berangkat beberapa jam yang lalu dan sekarang sudah amat siang untuk mandi pagi.
Manda mengelus perutnya dengan sabun. Ia mematikan shower itu. "Kembar, habis ini kita pulang. Gak papa ya Sayang jalan-jalannya cuma ke pantai sama di dalam hotel."
"Besok kalau kembar udah besar kita minta Ayah ajak ke sini lagi ya," ucap Manda pada ketiga anaknya di dalam kandungan.
Manda mengambil sampo dan menggosoknya di rambutnya. "Kita coba jalan-jalan ke bawah ya Sayang habis ini. Ke akuarium lagi? ah bosen Bunda tapi. Oh kita lihat permainan musik tradisional di lobby aja ya," ujar Manda.
Manda segera menyelesaikan mandinya. Setelah itu ia langsung berganti pakaian dan mengeringkan rambutnya.
"Baju Bunda udah banyak yang gak muat. Gini terus lama-lama Bunda cuma bisa pakai daster aja."
Manda melihat bajunya yang ada di dalam koper. Mau tak mau Manda harus memakai dress kembali. Padahal ia ingin sekali memakai baju dan rok atau celana mungkin.
Tapi apalah daya Manda. Kembar tumbuh kembangnya sangat baik. Manda berusaha mengaitkan bra miliknya tapi tak kunjung bisa.
Baru ia hamil lima bulan tapi banyak hal yang berubah dari Manda. Bagian tubuhnya yang membesar. Kaki tangannya juga terlihat lebih berisi. Bahkan pipinya tak lagi tirus.
Setelah selesai berganti dan mengeringkan rambut. Manda memoleskan krim di bibir dan wajahnya. Menaburkan bedak dan memoleskannya.
"Sudah, yuk kita turun lihat acara musiknya. Sambil makan siang dan nunggu Ayah di bawah, oke kembar. Let's go."
Tiba-tiba bel kamar Manda berbunyi. "Siapa yang datang ya? service roomnya udah tadi kan."
Manda berjalan ke arah pintu lalu membuka kunci pintu tersebut. Setelah terbuka Manda melihat laki-laki paruh baya sedang berdiri di depan pintunya. Sepertinya Manda mengenalinya.
"Pak Madekan?" Pak Made mengangguk sambil tersenyum ke arah Manda.
"Iya Bu Manda."
"Cari siapa ya Pak?" tanya Manda.
"Apa Pak Erlan ada?" tanya bapak itu. Manda mengerutkan dahinya lalu menggelengkan kepalanya.
"Bukannya sedang ada rapat dengan Pak Made?" tanya Manda. Wajah Pak Made terlihat sedikit terkejut membuat Manda bertanya-tanya.
"Oh iya Saya kira Pak Erlan masih ada kamar hotelnya. Kalau begitu Saya duluan ya Bu. Mari," ucap pamit Pak Made pada Manda.
"Aneh, bukannya Erlan udah dari tadi ya ke tempat rapatnya. Ada yang aneh atau Erlan ada rekan bisnis yang lainnya? tapikan dia bilang cuma sama Pak Made aja."
Manda melihat Pak Made yang masuk ke dalam lift sambil memiringkan kepalanya. Merasa ada yang aneh.
Manda menghela nafasnya. "Aneh banget."
Manda mengambil ponselnya lalu keluar dari kamar hotelnya. Manda berjalan pelan menuju lift. Setelah berada di lobby hotel Manda sambil memegangi perutnya berjalan ke arah kursi yang terdapat tirai putih dan menghadap kolam buatan sambil mendengarkan permainan musik tradisional.
Seorang pegawai yang melihat Manda langsung menghampiri Manda. "Selamat siang Ibu. Ada yang bisa saya bantu?" ucap pegawai itu.
"Em belum ada Mbak, terimakasih."
Pegawai itu mengangguk lalu tersenyum. Manda melihat beberapa orang yang berenang di kolam renang outdoor, jalan-jalan mengarah ke taman, dan banyak lagi.
"Kalau di tamannya bagus deh."
Manda berdiri lalu berjalan menuju taman yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Manda mengikuti satu keluarga yang berjalan di depannya sepertinya mereka juga akan ke taman.
Keluarga itu sangat terlihat harmonis, anak kecil perempuan itu menggandeng tangan kedah orang tuanya sambil bertanya apa saja yang ia lihat.
"Kalau kalian udah keluar, mungkin bakal banyak tanya juga kayak kakak itu ya dek, gemesin banget."
Dahi Manda mengerut ketika ia tak sengaja melihat satu orang yang sedikit familiar. "Kok kayak anak buahnya Papa ya? Tapi ngapain dia ke sini?"
Manda berjalan sedikit mendekati ke orang tersebut untuk memastikan bahwa dia orang yang pernah Manda lihat.
"Iya benar, dia orang yang antar berkas ke rumah waktu itu. Aku tanya gak ya? tapi takut salah deh."
Orang itu juga melirik Manda. Manda mendekati laki-laki itu tapi orang itu justru berjalan menjauh dan langkahnya cukup lebar untuk Manda membuat Manda kehilangan orang itu.
"Aneh, kenapa dia kayak menghindar dari Aku?"
Manda memandang di mana terakhir iya melihat orang yang mirip anak buah Papa mertuanya itu. Manda merasa ada yang aneh dengan semua ini.
Dalam jarak waktu sebentar saja Manda menjumpai dua keanehan. Pak Made yang mencari Erlan padahal Erlan rapat. Dan orang yang mirip orang suruhan mertuanya.
Manda kembali berjalan ke arah taman. Setelah itu Manda memilih untuk duduk di kursi tepat di bawah pohon. Manda melihat orang-orang yang kebanyakan adalah keluarga sedang berada di sini.
"Senang ya lihat mereka. Jadi keingat Ibu sama Kak Made."
Manda menatap langit yang cerah, dengan awan yang berjalan bersama angin.
"Ibu sama Kakak gak perlu khawatir, Manda bahagia banget sekarang. Mas Erlan bener-bener jaga Manda. Gak cuman Manda tapi anak-anak Manda juga dijaga baik sama Mas Erlan."
"Manda kangen Ibu. Kangen Kakak juga."
Manda menitihkan air matanya, kenangan yang hanya melalui mimpi dan tak tahu apa itu pernah terjadi adalah satu-satunya hal yang Manda simpan selama ini bersama mereka.
Entah apa yang terjadi di masa lalu, tapi Manda yakin, Ibu dan Kak Made selalu menyayangi. Walau Manda lupa bagaimana pelukan Ibu dan pelukan tegar dari seorang Kakak.
Manda menghapus air matanya lalu melihat ponselnya.
"Udah dua jam yang lalu."
"Kenapa Mas Erlan gak balas pesan Aku ya. Biasanya kalau meeting pasti di balas kok, walau kadang gak langsung di balas. Tapi Mas Erlan gak pernah lama kayak gini balasnya."
"Kalau Aku telepon nanti ganggu lagi."
Manda menghela nafasnya, "Padahal pingin berduaan di sini sama Mas Erlan."
Manda tiba-tiba melihat bayangan orang dari belakang yang mirip sekali dengan Erlan. Ia menyipitkan matanya.
Orang itu baru saja memasuki hotel dan menuju lobby. "Itu Mas Erlan? bukannya rapat di gedung paling atas ya?"
"Tapi tadi Mas Erlan pakai kemeja kerja kok, ini pakai kaos biasa. Tapi Aku kenapa mirip banget ya punggungnya, cara jalannya juga."
Manda hendak mengejar orang tersebut tapi lift dan banyak orang yang juga akan menaiki lift membuat Manda tak mampu melihat jelas wajah orang itu.
"Kenapa mataku dua kali lihat orang yang familiar terus? gak mungkinkan ini cuma kebetulan? Apa jangan-jangan memang bener ada yang aneh dari ini semua."
Manda tiba-tiba teringat pembicaraannya dan Erlan semalam.
"Atau ada yang di sembunyikan Mas Erlan dari Aku?"