Erlan mengeluarkan dompet miliknya dari kantong celananya. Ia membayarkan uang itu kepada penjual somay yang kebetulan lewat didepan rumah Manda.
Ini bukan ngidam Manda, tapi Erlan yang mau. Ia sudah lama tidak makan jajanan ini, semenjak ya kejadian itu. Kejadian dimana dirinya dan Manda dipertemukan oleh sebuah fakta.
"Ini Mas kembaliannya," kata bapak penjual somay itu.
"Eh gak usah Pak, buat bapak aja." Bapak itu melihat uang berwarna biru itu lalu menatap Erlan yang sedang makan somay nya sambil berbicara pada orang lain.
"Terimakasih ya Mas," kata Bapak itu. "Iya Pak sama-sama."
Erlan berjalan masuk, setelah ia menghabiskan somaynya. Manda sudah sedari tadi berada di dalam rumah, mertuanya sedang keluar membeli bahan material.
Erlan menaiki tangga rumah ini menuju, ruang tamu diatas sana. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Manda yang duduk berhadapan dengan Tante Marisa.
"Sejak kapan ada Tante Marisa disini?" heran Erlan. Bude Yani yang baru saja dari dapur menyadari kehadiran Erlan yang berdiri diam di tangga.
"Erlan, duduk dulu Lan malah berdiri disitu," kata Bude. Erlan sedikit terkejut, ia lalu mengangguk lalu berjalan menuju sofa itu.
Suasananya cukup awkward. Bude Yani ke dapur mengambil camilan, Manda yang diam dan Tante Marisa yang juga diam. Sedangkan Erlan tak tahu mau ngapain.
"Aku ke kamar mandi dulu ya," bisik Erlan pada Manda. Manda memegang tangan kanan Erlan yang dekat dengannya.
"Ikut," ucapnya. Erlan membesarkan matanya menatap Manda kaget, sedangkan Manda langsung menutup wajah Erlan, "Gak usah mikir aneh-aneh, pokoknya aku ikut," ucap Manda.
Erlan meringis ia lalu berjalan tak lupa Erlan pamit pada Tante Marisa, beda hal dengan Manda yang diam mengikuti Erlan.
Erlan sebenarnya merasa tak enak pada Tante Marisa. Ketika sampai dikamar milik Manda dulu, Erlan langsung menuju kamar mandi beda dengan Manda yang langsung rebahan.
Manda melemaskan tubuhnya, punggung menjadi pegal karena duduk di keadaan yang seperti itu. Manda mengelus punggungnya.
"Aku kira kamu bakal beneran ikut aku ke kamar mandi Yang," ucap Erlan ketika sudah keluar dari kamar mandi dan duduk di samping Manda yang tiduran.
"Ck, mesum," decak Manda pada pikiran Erlan itu. "Mau kamu digrebek lagi?" tanya Manda yang membuat Erlan ketawa.
Lucu saja, padahal ia dan Manda tak melakukan hal-hal yang sedikit berbau mesum tapi mereka bisa dituduh begitu. Untung saja tidak digiring, bisa aneh jadinya.
Manda bangun dari rebahannya dan duduk bersandar pada ranjangnya. "Capek ya?" tanya Erlan yang melihat Manda bersandar sambil memejamkan matanya.
Manda mengangguk, ia beneran capek, ini sudah malam dan Manda harus dihadapkan kondisi yang, ya begitulah.
"Kamu gak papa?" tanya Erlan yang merasa gak enak dengan Manda. Ia jadi merasa terlalu memaksa Manda sampai membuat Manda seperti ini.
Manda menghela nafasnya, kata Dokter Rina di trimester kedua ini akan lebih mendingan daripada diawal kehamilan. Tapi ini Manda merasa sama saja, iya sih dia lebih bisa tidur nyenyak dan tak mengidam lagi hanya saja punggungnya jadi sering sakit.
"Gak papa kok," jawab Manda. Erlan tahu Manda tidak baik-baik saja, wajah Manda terlihat kelelahan dan mood Manda pasti kurang bagus, karena adanya Tante Marisa.
"Kamu kenapa sih Mas lihatin aku gitu banget?" tanya Manda.
"Capek ya Yang?" Manda mengerutkan dahinya, "Pasti capek ya Yang bawa kembar kemana-mana."
Manda tersenyum, kenapa malah sekarang Erlan gampang berubah-ubah begini, dari ketawa ke melow.
Manda merentangkan tangannya, "Sini peluk."
Erlan mendekati Manda lalu ia menjatuhkan kepalanya diatas dada Manda dan memeluk erat Manda dari samping. Manda mengelus rambut milik Erlan. "Kamu kayak orang kecapean," ucap Erlan.
"Hmm, punggung aku pegel kayaknya gara-gara kelamaan duduk deh," jawab Manda.
"Mau aku pijitin?" tawar Erlan. Manda menggeleng ia merasa sudah tak apa.
"Maaf ya Yang, aku gak bisa apa-apa." Manda menurunkan kepalanya menatap Erlan yang menatapnya. "Kamu kenapa sih?" tanya Manda heran.
Astaga, Erlan beneran jadi kayak orang moodyan. Padahal Erlan tak pernah begini. "Masak efek digrebek bisa begini," ucap Manda.
Erlan berdecak, "Ya ampun, orang lagi serius juga. Kamu tuh aneh deh, dah dah dah gagal romantisnya ini," sebal Erlan. Manda tertawa mendengar hal itu.
"Apa kita mau pulang aja?" tanya Erlan membuat suasana kembali melow.
"Aku belum ketemu Ayah. Tumben banget ayah lama ke tempatnya Pak Muh penjual pasir itu, ini mah Ayah gak beli bahan tapi nyarik temen," ujar Manda.
"Aku malah pingin nginep disini, Mas besok jadi liburkan?" lanjut Manda. Erlan langsung mengangkat kepalanya melepas pelukannya.
"Kita gak bawa baju ganti loh," ucap Erlan sedikit panik. Ia sih tak apa-apa tak ganti baju, tapi Manda? kasiankan Manda.
"Kamu lupa, disini baju aku masih ada banyak. Kamu nanti pakai baju aku aja, ada yang seukuran kamu kok," kata Manda.
Erlan membulatkan mulutnya lalu ia kembali memeluk Manda. Kepalanya Erlan bersandar di dada Manda sedangkan tangannya memeluk Manda dan mengelus perut Manda.
"Sehat-sehat ya kembar, jangan buat Bunda repot," kata Erlan berbicara pada perut Manda.
Manda tersenyum melihat interaksi Erlan pada kembar, tangannya mengelus rambut Erlan dengan penuh rasa sayang. "Mas," panggil Manda membuat Erlan menghentikan pembicaraannya dengan janin di perut Manda.
"Ya?"
"Semisal suatu saat apa yang kita putuskan ternyata salah bagaimana?" tanya Manda tiba-tiba. Erlan masih terus mengelus perut Manda tangannya tak ingin berhenti mengelus selalu begitu jika berdekatan dengan Manda.
Erlan terdiam ia memikirkan apa yang sedang Manda pikirkan. "Sebenarnya gak ada keputusan yang benar-benar buruk. Kalau gak sesuai dugaan kita ya gak papa, pasti ada pembelajarannya."
Manda tersenyum, ia merasa bangga pada Erlan. Ternyata perkataan teman-temannnya semasa SMA benar. Erlan sangat idaman.
"Yang," kata Erlan.
Erlan menaikkan pandangannya, menatap Manda yang menatapnya. "Kita ngalir gitu aja, sampai gak sadar kalau kita pernah melewati hal yang paling sulit."
Manda masih terus menatap Erlan, jika dipikir ucapan Erlan ada benarnya. Bahkan sampai sikembar sudah lebih terlihat, tanpa sadar dirinya dan Erlan menjadi sepasang suami istri pada umumnya.
"Gak nyangka ya Yang, kamu pasti sempet ragu ya sama Aku? sama awalnya aku juga ragu, sekarang aku gak perlu ragu lagi. Apapun aku lakuin buat kamu sama kembar." Manda tertegun, ya, Erlan berhasil membuatnya yakin pada Erlan. Bahkan sekarang tanpa sadar Erlan dan Manda menjadi kita.
"I Love You," ucap Erlan begitu tulus bersama mengakhiri katanya.
"Kamu kenapa sih Mas," ucap Manda menutupi rasa malunya.
"Halah tahulah Yang, gagal gagal gagal, mau romantis malah kamu gitu!"
"Dah Dah Dah aku keluar aja," ucap sebal Erlan sambil melepas pelukannya. Manda tertawa ia lalu menarik tangan Erlan agar tidak jadi pergi.
"I Love You too," balas Manda memeluk Erlan begitu erat. Erlan tersenyum senang, ia lalu membalas pelukan Manda.