Chereads / PORTA LOKA : Land of 12 Gates / Chapter 6 - Chapter 5 : Berangkat Menuju Verittam

Chapter 6 - Chapter 5 : Berangkat Menuju Verittam

Saat itu masih gelap, aku kembali terbangun ketika tiba-tiba seseorang menarik kakiku dengan keras. Aku terduduk dan langsung memandang berkeliling. Arga sudah berdiri di samping dipanku sambil menatap dengan wajah serius.

"Ada apa?" tanyaku pelan sambil turun dari dipan.

"Para Arya di sini, cepat! " sahut Arga sambil berjalan keluar kamar. Aku membelalak terkejut sambil melirik ke arah jam dinding yang masih menunjukan pukul setengah tiga pagi.

Aku lalu mengikuti Arga keluar kamar. Kulihat Ayah sedang sibuk memasukkan bekal makanan ke dalam ransel. Dan kakek Kyu terlihat memandang keluar jendela dengan sikap waspada sambil merentangkan kedua tangannya.

"Kau sudah siap Kazo?" seru Kakek Kyu. Aku berjalan menghampirinya, ikut memandang kegelapan di luar sana. Aku menghela nafas kuat, meneguhkan hati dan meyakinkan diri tentang takdir yang kumiliki.

"Tentu saja!" sahutku mantap. Kakek Kyu melirikku melalui sudut matanya sambil mengulas senyum kecil. Ia lalu mengambil langkah menunduk dan menekan lantai dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba sebuah gelombang besar terasa begitu kuat. Dan aku melihat sebuah garis hitam berbentuk lingkaran tergambar di lantai, tepat di mana Kakek Kyu meletakkan kedua telapak tangannya.

Garis itu semakin lama semakin membesar hingga melewati tempatku berdiri. Aku terpaku di tempat, menatap garis lingkaran yang terus melebar bahkan hingga menerobos tembok kayu rumah. Dan saat garis itu hilang, tiba-tiba sebuah goncangan keras menghantam isi rumah itu. Lalu tanpa aba-aba dan persiapan, rumah itu terhempas seperti lift yang jatuh ke bawah dengan kecepatan tinggi.

"Apa ini? Kita akan jatuh." Aku berteriak kencang dan langsung berpegangan pada pintu kamar sebelum aku juga ikut tersungkur di lantai. Aku menoleh pada Arga dan Ayah, tapi mereka berdua hanya berdiri tenang sambil berpegangan pada benda - benda di sekitar mereka. Bahkan Arga malah tersenyum mengejek saat melihat wajahku yang panik dan ketakutan. Sial!

Rumah itu masih terjun bebas ke bawah dan membuat lampu minyak yang menggantung di kusen atas terjatuh dan langsung padam. Aku tersentak saat kegelapan total benar-benar menyelimuti, beruntung api langsung padam dan tidak menyulut sisa minyak.

Rumah itu masih melaju dengan kecepatan tinggi hingga beberapa saat, lalu tiba-tiba laju kecepatannya menjadi berkurang seolah rumah ini mempunyai rem yang membuat pergerakannya menjadi lambat. Sampai akhirnya rumah ini benar-benar berhenti dan menimbulkan suara dan goncangan yang keras.

Hening! Aku masih mematung berdiri dan meraba tubuhku, meyakinkan bahwa aku masih hidup.

"Kazo, kau masih hidup?" Jantungku nyaris copot karena suara Arga yang menggema tepat di telingaku. Bagaimana dia bisa sampai disini padahal aku bahkan tidak bisa melihat apapun.

"Diam!" tukasku kesal, tapi Arga malah tertawa mengingik yang membuatku semakin kesal. Terlebih lagi suaranya terdengar lebih nyaring dan juga menggema karena suasana yang terlalu hening. "Apa yang terjadi?"

Sebuah cahaya oranye tiba-tiba berpendar menerangi ruangan itu. Aku melihat Ayah yang baru saja menyalakan lentera lalu menaruhnya di tengah-tengah ruangan.

"Kita sekarang ada di bawah tanah," kata Ayah sambil menyalakan lentera yang satunya lagi.

Mataku langsung membulat karena terkejut."Di bawah tanah? Ta-tapi kenapa bisa?"

"Kakek Kyu adalah seorang Edaf atau sebutan lainnya pengendali tanah. Jadi dia bisa mengatur, membuat dan mengendalikan tanah yang ada di sekitarnya," jelas Arga sambil duduk di lantai menghadap lentera. Sedangkan aku masih berdiri tertegun, merasa belum terbiasa dengan hal-hal baru yang terus muncul.

"Tapi kenapa harus di bawah tanah?"

"Supaya para penjelajah Arya tidak bisa mendeteksi keberadaan kita sementara waktu. Karena mantra pelindung yang ku pasang di Aras sudah mulai memudar, aku yakin sekarang mereka pasti sudah bisa melewatinya," sahut Kakek Kyu.

"Jadi sebaiknya kita cepat, kita harus berangkat menuju Verittam." Ayah tampak sudah tidak sabar. Ia lalu memberikan satu ransel tas pada Arga, sedangkan dia sendiri langsung mengikatkan tasnya sendiri pada pinggang.

"Sekarang dengarkan aku Kazo!" Kakek Kyu tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangku. "Karena kau belum terbiasa melalui Verittam sebaiknya kau jangan sampai terpisah. Ada tujuh Verittam untuk menuju Porta Loka, tapi kita akan melalui Verittam kelima. Dan bukan tidak mungkin saat ini para Penjelajah Arya ada yang sudah menunggu di sana. Jadi apapun yang terjadi jangan biarkan kalian saling terpisah. Dan satu lagi, hati-hati jika bertemu dengan Red Valhi."

"Red Valhi? Apa itu?" tanyaku.

"Makhluk petir yang hidup di dalam Verittam. Dia bisa membuat apapun yang disentuhnya hancur menjadi abu. Dan kehebatannya adalah dia bisa mempengaruhi perasaan seseorang menjadi takut, gelisah dan juga putus asa. Terutama jika orang itu mempunyai kenangan buruk dalam hidupnya. Dia akan menjadikanmu mangsa dan bisa membuatmu datang menyerahkan diri." Arga menjelaskan dengan mimik wajah yang serius sekaligus bergidik.

"Jadi tetap waspada dan jangan terlalu meremehkan, kau akan tahu jika sampai bertemu dengannya nanti. Karena aku sudah pernah bertemu dengannya dulu." Arga kini berdiri di sampingku. Dan saat kusadari ternyata Ayah juga sudah berdiri di sebelah kiriku.

"Bersiaplah!" perintah kakek Kyu sambil berjalan dan berhenti tepat di depanku. Aku bisa melihat dengan jelas rambut putihnya yang tertutup baret usang. Lalu rompi dan bajunya yang bahkan seperti tidak pernah di cuci sama sekali. Jika dilihat Kakek Kyu hanya seperti tunawisma lainnya yang terlihat kotor dan lemah. Namun dibaliknya ternyata dia menyimpan banyak kekuatan dan juga memegang peranan penting pada hidup seseorang.

Kakek Kyu lalu merentangkan kedua tangannya sambil merapal suatu mantra. Semua terlihat menunggu dengan perasaan tegang dan juga gugup. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan muncul ketika Kakek sudah selesai dengan ritualnya.

Kakek Kyu kemudian menyilangkan kedua tangannya di bahu dengan gerakan cepat.

"HIO!"

Ia berteriak dan tepat saat itu sebuah bayangan hitam muncul berpusar tepat di depan kakek. Pusaran itu semakin jelas dan besar, mataku langsung terbelalak saat tiba-tiba sebuah lubang gelap dan dalam menganga lebar tepat berada di depanku. Hawa dingin terasa menyeruak keluar dari dalam lubang tersebut.

"Ayo Kazo!" seru Ayah. Aku melihat Kakek Kyu sudah mendahului masuk ke dalam lubang itu dengan sekali loncat.

Arga kemudian menyusul. "Awas perutmu Kazo!" tukasnya sambil menyeringai jahil, lalu ia masuk ke dalam lubang.

Aku masih memandang ragu, selama ini aku selalu menghindari untuk tidak menyentuh lubang gelap itu, tapi sekarang aku malah harus melewatinya.

Aku menoleh pada Ayah yang langsung mengangguk meyakinkanku. Aku menghela nafas sesaat, lalu mengambil ancang-ancang dan berlari menembus lubang gelap itu. Benar kata Arga, lubang itu benar-benar membuatku ingin muntah.