Meili masih terisak dengan kaki di tekuk dilantai rumah itu, ingin rasanya ia teriak sekerasnya untuk menutup luka dihatinya Tapi ia tak mungkin melakukannya, karena ia pasti akan kena tegur karena mengganggu ketenangan di malam hari.
Meili beranjak dengan langkah gontai dan sesak di dadanya kembali ke kamarnya. Sepanjang malam ia tetap terjaga, matanya tak bisa di pejamkan hingga fajar menyapa, Meili masih duduk diatas ranjang dengan isak tangisnya anehnya pagi itu bibinya belum datang mengomel karena ia belum memasak sarapan, Meili mencoba beranjak dari tempat tidur, ia hendak ingin pergi ke kamar mandi yang letaknya di dekat dapur tentunya tak jauh dari kamarnya.
Dengan langkah sempoyongan dan mata sembab Meili berjalan, ia melihat bibinya sibuk memasak di dapur.
"Bibi maaf," ucap Meili.
"Tidak apa-apa Meili, lagian kamu harus bersiap untuk pernikahan mu besok, Jadi biar bibi yang mengerjakan pekerjaan rumah dan untuk pekerjaan mu dikantor pamanmu sudah minta cuti untukmu."
"Bibi, aku belum siap menikah." Meili berucap ragu-ragu ia menunduk kan kepalanya dalam-dalam tak berani menatap bibinya.
"Meili, apapun yang terjadi kamu harus tetap menjalani pernikahan ini, karena kamu tak punya pilihan aku sendiri tidak mungkin menyuruh putriku satu satunya untuk menikah dengan tuan muda Arya."
"Bibi...."
"Huft, sudahlah Meili lakukan saja tuan muda Arya itu sangat tampan dan kaya kamu tidak akan kekurangan uang di sana, hanya sayangnya dia itu cacat, lumpuh permanen ha ha ha." ucap Diska yang langsung menyela sambil menuang air kedalam gelas.
"Tapi dalam surat wasiat almarhum kakek, ditulis keturunan langsung paman dan bibi, jika ia perempuan akan dinikahkan dengan anak kedua keluarga terkemuka itu, artinya itu kamu." ucap Meili.
Diska menjambak rambut Meili dengan keras, hal tersebut membuat Meili merasa kesakitan.
"Kamu pikir aku mau menghabiskan seumur hidupku dengan pemuda lumpuh seperti Arya Adijaya itu. andaikan dia tidak lumpuh tentu saja aku aman menikahi nya tanpa melibatkan kamu, sayangnya aku tak ingin menghabiskan seumur hidup untuk mengurus laki laki cacat." ucap Diska sambil melepas kasar rambut Meili yang menyebabkan wanita itu tersungkur jatuh.
"Diska hentikan, jangan sampai dia terluka atau kita akan dibinasakan oleh keluarga Adijaya."
"Tapi ma, dia kurang ajar."
"Cukup dis, besok gak boleh gagal."
Diska mengerut, ia mengak kasar air dalam gelasnya hingga sebagian tercecer.
"Bersihkan tumpahan air itu, kalau engga ku cekik kamu sampai mati." Teriak Diska kepada Meili.
"Tidak perlu biar mama yang bersihkan, kamu Meil pergi mandi sana bersih kan dirimu, Bibi akan menyiapkan produk perawatan kulit di kamarmu kamu tidak boleh kelihatan kucel dan seperti gembel gini."
"Iya bibi, terima kasih." ucap Meili yang langsung meninggalkan ibu dan anak tersebut. Meili dengan cepat melangkah kan kakinya ke kamar mandi, ia ingin segera membersihkan diri.
Sementara itu di dapur sedang terdapat perselisihan kecil antar ibu dan anak.
"Mama apa-apaan kenapa harus bersikap selembut itu kepada anak pungut itu."
"Diska, jaga mulutmu! Kamu kira apa yang akan dipikirkan keluarga Adijaya jika tau calon nyonya muda mereka kusut acak acakan."
"Entah, mungkin Meili akan diusir sebelum masuk rumah besar nan megah itu."
"Bodoh... Keluarga itu akan berfikir jika mama dan papa menyuruh gembel menikah dengan keluarga Mereka dan merasa dihina."
"Jadi?"
"Jadi bersikap baiklah, setidaknya untuk hari ini dan besok, mama sudah menyiapkan perwatan kulit mahal untuk Meili,"
"Apa?"
"Ya itu akan mencerahkan kulit Meili jadi dia tidak akan terlihat seperti gembel, setidak nya itu akan menambah kesan baik keluarga kita."
"Paman Harun Dan Bibi Lina Serta kamu Diska, izinkan aku mengatakan beberpaa kata sebelum aku benar-benar ikhlaz meninggalkan kalian dan masuk keluarga besar itu." ucap Meili dengan senyum mendekati dua orang tersebut.
"Bentar lagi pamanmu pulang jadi kita bicarakan."
"Baiklah..."
"Sssttt...." ucap Diska Geram.
Meili duduk di kursi ia memandangi rumah yang cukup besar itu, rumah peninggalan kakeknya tapi tidak ada tempat untuk dia di sana.
tak lama kemudian deru suara mesin mobil memasuki halaman rumah itu.
Diska masih stay di kursinya sementara bibinya dan keponakan nya segera ikut merapat.
"Apa yang kamu ingin bicarakan kepada kami Meil?" Tanya Diska tidak sabaran, ya karena anak manja sangat sulit dengan kata menunggu.
"Paman dan bibi yang ku sayangi, aku rela masuk keluarga Adijaya mengganti kan Diska dengan catatan aku ingin saham ayahku di perusahaanmu dikembalikan kepadaku?"
"Apa, kamu gila?" tanya pamannya Harun dengan geram.
"Tidak, karena itu hak saya. Saya harus memiliki sedikit tabungan ketika nanti saya dicampakkan keluarga adijaya karena saya bukan keturunan dari paman Harun, maka setidaknya saya punya sedikit uang untuk bertahan hidup." ucap Meili dengan terang-terangan, ia mengumpulkan keberanian untuk mengatakan itu karena dia tidak mungkin akan dipukul oleh mereka.
"Kalau kamu diusir dari sana tinggal kembali kerumah ini." ucap Harun dengan bibir gemetar.
"Kembalii kerumah ini dengan catatan menjadi budakmu selamanya?" ucap Meili tegas.
"Dasar kamuuu..." Harun Mulai mengangkat tangan tapi langsung dicegah oleh istrinya.
.
.
.
.
.
Follow My Ig queensepthy_