Chereads / Alisha dan Riko / Chapter 3 - Membencimu Alisha

Chapter 3 - Membencimu Alisha

Riko tidak menepati janjinya, ia justru mempermainkan Alisha siang itu. Alisha tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari Riko. Benar katanya, ia bukan orang yang mudah di tebak. Pantas saja banyak orang yang mudah ditipu oleh Riko.

Alisha menatap laki-laki yang menjadi pusat kebenciannya saat ini. Laki-laki yang baru saja khusyuk berdoa. Dua tahun bersama membuat Alisha justru terjebak dalam jeratan Riko. Jatuh cinta? siapa yang tidak akan jatuh cinta ketika dirinya diperlakukan bak seorang putri. Apa yang ia inginkan akan di wujudkan oleh Riko, tas mahal, baju mahal, perawatan, dan uang berjuta-juta.

Alisha mengenal Riko sebagai seorang bos yang tidak sengaja menjeratnya dengan mengatakan bahwa kita adalah sepasang kekasih. Sayangnya waktu itu Alisha membutuhkan uang demi menyambung hidupnya yang hanya sebatang kara, dua miliar di awal dan dua miliar di akhir, hidupmu juga kan terjamin, tidak perlu susah-susah mencari kos atau kontrakan dimana selalu saja berakhir di usir. Riko menawarkan segalanya, bukankah sangat menggiurkan?

Tapi Alisha adalah manusia, ia memiliki hati dan perasaan. Riko tidak pernah lembut kepadanya, cenderung sombong, berkuasa, dan selalu membuatnya mati kutu. Tapi tadi siang, ia melihat Riko yang hangat, perhatian kepadanya. Riko selalu berubah-ubah tidak bisa ditebak begitu saja tapi hangat ramah bukanlah Riko yang Alisha kenal.

"Apa yang Riko pikirkan? apa yang akan ia lakukan? kenapa jika tentang Riko selalu gagal?" batin Alisha bertanya-tanya.

Alisha memang memiliki tujuan, atas permintaan konyol yang ia lontarkan kepada Riko. Alisha tidak mungkin menyerahkan segalanya yang ia punya, yang ia jaga begitu saja. Apalagi pada Riko yang tidak bisa serius pada hubungan. Alisha akan menjadi sampah ujung-ujungnya.

"Nona Alisha, apa Anda mencari Saya?"

Alisha menatap laki-laki yang berdiri di sampingnya dan sedikit membungkukkan badannya. Julian, laki-laki baik yang kaku, ia suka menjuluki Julian dengan hal itu. Dibalik wajah dingin dan kakunya Julian sangat baik, ia menjaganya dengan baik, setia, dan pastinya sangat gentleman. Lebih dari Riko menurut Alisha.

"Apa Kamu sudah mengabari Cindy?" tanya Alisha kepada Julian.

"Sudah Nona, mungkin sekarang sedang terjebak macet, jalan raya di depan sering macet di jam-jam segini."

Alisha menganggukkan kepalanya lalu berterimakasih kepada Julian. Alisha lalu menatap Riko yang ternyata sedang memperhatikan dirinya dengan Julian sejak dari tadi. Tatapan laki-laki itu sangat datar tapi Alisha tahu ada pisau di dalam mata Riko. Alisha melemparkan pandangannya ke arah lain dengan memainkan ponselnya dan menghubungi Cindy kembali, tapi tetap saja Cindy tidak meresponnya.

Acara sudah selesai, langit sudah begitu gelap, angin malam pun sudah berhembus kencang dan terasa sangat dingin. Sepertinya hujan akan segera turun.

Alisha melihat ke luar jendela, ia berada di lantai dua puluh lima saat ini. Ya, Alisha berada di apartemen sekarang, sedangkan Riko kembali ke rumah besar orang tuanya. Alisha menatap langit, berharap orang yang jauh di sana juga sedang menatap langit dan tahu bagaimana perasaannya saat ini. Alisha mengusap air matanya, "Hanya selangkah lagi," batin Alisha.

Alisha menuju ke arah lemari pakaiannya. Ia membuka sebuah kotak dari salah satu brand ternama. Alisha menatap kain merah yang menyala dan sinar lampu membuatnya semakin terlihat bersinar. Alisha memegang tali spaghetti itu, ini bukan gaya Alisha. Tapi demi tujuannya.

Alisha mengambilnya membawanya menuju kamar mandi. Setiap langkah yang ia ambil ia semakin merasa gila dengan dirinya. "Bukankah Aku sama saja dengan Dia? menginginkan sesuatu dan menghalalkan segala cara," batin Alisha kembali merasa ragu.

Alisha memang gadis lugu, ia hanya seorang gadis yang sedari dulu hidup bersama sang Ibu. Hingga sang pemilik semesta merenggut ibunya membuat ia menjadi bola salju tanpa arah dan memperbesar segala masalah.

Alisha menjadi mandiri dengan versinya. Bahagia dengan versinya. Alisha kembali mengingat perkataan seseorang, ia sudah tidak bisa kemana-mana lagi. Ini memang takdirnya, salah ia sendiri menyetujui itu, salah ia sendiri masuk ke dalam lubang ini. "Alisha Alisha," batin Alisha.

Di dalam mobil Riko terus menatap Julian membuat sang asisten merasa tidak nyaman. Ia seperti menjadi tawanan oleh kedua mata Riko. "Maaf Tuan apa saya ada salah?" tanya Riko kepada sang majikan.

"Apa yang Kamu dan Alisha bicarakan tadi?" tanya Riko langsung pada intinya. Riko tahu kepada siapa Julian setia, Julian tidak pernah mengkhianati dirinya, dia adalah asisten yang apa adanya karena itulah janjinya kepada Riko.

Julian tersenyum sekilas, "Nona Alisha hanya bertanya kepada Saya apakah teman Nona Alisha, Cindy, sudah mengabari untuk ke rumah Tuan. Hanya itu saja," balas jujur Julian.

"Kenapa Kamu tersenyum?"

Julian selalu kaget dengan sikap teliti dari sang majikan, sangat mendetail dan selalu menangkap hal-hal tidak terduga. Padahal ia hanya tersenyum sekilas dan tidak lebar, hanya tipis. "Saya berpikir Anda sedang cemburu dengan Saya dan Nona Alisha. Anda tahun Tuan, Nona Alisha tidak mungkin seperti itu, dia benar-benar istri yang baik. Saya juga tidak mungkin menyukainya karena dia sudah menjadi seorang istri," ucap Julian dengan sedikit gagu, bagaimana tidak, ia menjadi tersangka dari api cemburu suami.

Riko memutar kedua bola matanya. "Apa Aku menyuruhmu mengatakan kelebihan Alisha?" tanya Riko dengan nada yang tidak suka. Julian paham, "Maafkan Saya Tuan, Saya bersalah,"