Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Destiny is My Younger Class

wahyumega
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.7k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - My Destiny is My Younger Class #1

"Gimana suka?" Gadis itu mengangguk.

Ocha melihat sekeliling banyak orang yang juga melihatnya, "Iri bilang bos", gumam gadis itu pelan yang dapat didengar lelaki yang berada di hadapannya

"Gio sini" teriak Ocha lantang saat tatapannya bertemu dengan mata seorang lelaki yang sedari tadi ia tunggu karena mereka berjanji untuk makan bersama.

Gadis itu tersenyum senang sambil melambaikan tangan kearah Gio mengabaikan kekasihnya yang tepat berada di depannya.

Lelaki itu masih diam memperhatikan kekasihnya yang sedang memanggil pemuda lain disaat mereka sedang bersama. Bahkan ia dengan suka rela memberikan tempat kosong di sampingnya tanpa izin dirinya.

"Loh loh kok pergi" ucap Ocha panik, melihat kekasihnya bangkit dari duduknya dan beranjak pergi.

Semua menyaksikan apa yang akan dilakukan Ocha. Berbagai macam gunjingan mulai terdengar.

"Dia bego atau gimana sih?"

"Jelas cemburu lah"

"Dih gabisa jaga perasaan pacar"

"Bang Reon putusin aja pacarnya"

"Seru nih"

"Hwaaa saa mariaaa mariaa mariaaa"

Ocha tau gunjingan itu untuknya, namun yang lebih penting bukan itu sekarang. Ia bangkit dari duduknya. Tatapannya mendadak gusar melihat kekasihnya yang semakin jauh.

Gio mendekat kearah gadis yang memanggilnya, dapat Gio tebak bahwa gadis itu bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Kejar"

"Hah?"

"Keburu jauh cha"

"Apa?" Jawab Ocha makin tak mengerti perkataan sahabatnya.

"Telmi banget sih lo cha, kejar cowok lo" Gio mulai gregetan.

"Lo bener, gue harus kejar dia makasih idenyaa" ucap Ocha langsung pergi meninggalkan Gio.

Gio berdehem mencairkan suasana kantin yang sedari tadi menatap drama kecil Ocha. Bahkan dia sendiri merasa risih ditatap seperti ini, tapi gadis itu sungguh menakjubkan.

"Apa liat liat, gue colok mata kalian mau?" Ucap Gio yang disahuti decihan beberapa siswi.

"Lumayan dapet makan gratis, hemat uang jajan bund" cengir Gio mengambil 1 porsi nasgor yang belum tersentuh oleh Ocha.

****

"Reon tungguin" teriak Ocha jauh di belakangnya.

"Sebenernya dia jalan apa lari sih, cepet banget" kesal Ocha.

"Reon" teriaknya lagi tak memperdulikan tatapan menjijikan dari murid lain.

"Reeoooon, berhenti nggak atau gue potong kaki lo"

"Reon lo kesurupan apa gimana sih" Ocha menarik lengan Reon, setelah sekian detik akhirnya Ocha bisa menangkap kekasihnya itu.

Reon menatap gadis yang sudah menjadi kekasihnya selama 1 tahun ini. Dia tak berubah sama sekali, selalu seperti ini, dan selalu Reon yang terbakar api cemburu.

Reon menepis pelan tangan Ocha, dan melanjutkan langkahnya yang terhenti.

"Reon dengerin gue dulu" Ocha kesal setengah mati, Ocha mensejajarkan langkahnya dengan Reon yang mulai menormalkan langkah kakinya.

"Sayang" panggil Ocha pelan.

Langkah Reon terhenti. Panggilan itu selalu meluluhkan hatinya, entah mengapa dia hanya ingin menjadi prioritas gadis itu tidak ada pengecualian.

Ocha bernapas lega, akhirnya pacarnya itu mau mendengarkannya.

"Apa yang mau lo jelasin?"

Ocha tampak berpikir, bagaimana pun ia merasa tak membuat kesalahan. Apa yang harus dia jelaskan itu hanyalah kata kata yang Ocha pelajari dari cerita wattpad romantis ketika sang pacar sedang merajuk.

"Gue gatau mau ngomong apa" cengiran Ocha menambah kesan bloon dihadapan sang pacar.

Reon sudah menebaknya, lagi pula ini salahnya yang tiba tiba merasa cemburu ketika dicampakan Ocha. Sudah berulang kali Ocha menejlaskan bahwa Gio adalah sahabat masa kecil sekaligus tetangganya.

Tatapan Reon beralih ke leher Ocha, "Mana kalung yang gue kasih?"

Ocha menepuk kepalanya berulang kali, ia meninggalkannya di meja kantin. Demi apa dia selalu melupakan hal berharga di saat dirinya merasa panik atau khawatir.

Sekali lagi Reon mengerti kebiasaan gadisnya, jika barang itu hilang toh itu bukan barang mahal dan bisa di beli lagi.

"Maaf" mendadak Ocha menangis.

Reon gugup, ia melihat sekeliling koridor untung sepi batinnya. Bel memang sudah berbunyi sejak 5 menit lalu. Hanya tersisa satu dua orang yang masih berkeliaran.

"Jangan nangis" Reon menepis jarak diantara mereka.

Tangisan Ocha memang tak terdengar, tapi Reon yakin jika gadis itu menahannya di lihat dari bahunya yang bergetar.

Reon mensejajarkan tingginya dengan Ocha dan menatap mata gadis itu yang sedang menunduk. Tangannya terulur menaikkan dagu Ocha. "Gue bilang jangan nangis"

"Gue ceroboh ya, gue selalu ngilangin barang yang lo kasih ke gue" ucapnya parau.

"Gue jadi ngerasa bersalah" lanjutnya.

"Bagus" jawab Reon.

Ocha menatap Reon yang juga menatapnya. Apa katanya bagus? Jadi gue cuman harus sadar diri gitu? Ocha menghapus sisa air matanya.

"Lo marah?"

"Nggak"

"Syukur deh, yaudah gue mau ke kelas bay darling" pamit Ocha tersenyum riang sambil mencubit pipi Reon gemas.