Chereads / Renjana di Langit Malam / Chapter 3 - Part 3

Chapter 3 - Part 3

" Oh iya Pa....kita berdua nemuin banyak banget pelajaran hari ini!" Ujar Karina, saudara tiri Ara.

Ara hari ini menjadi pendengar setia saja, saudara tirinya yang masih duduk di bangku SMP benar-benar bisa menyiksanya hingga Ara benar-benar berubah.

Awalnya Ara bahagia dengan kedatangan si kembar, tapi lama-kelamaan dirinya merasa kesal sendiri karena ulah mereka yang kadang di luar batas saat tak ada Papa dan Mama.

" Oh iya, Papa hampir lupa sama putri sendiri," ucap Papanya sambil menatap Ara penuh kasih sayang.

Si kembar, Karina dan Kinara menatap Ara dengan tatapan tak suka, Ara hanya acuh saja. Lalu dia teringat dengan tugasnya yang belum selesai. Ia berpikir untuk lari dari Papanya dan untuk menyelesaikan tugasnya.

" Oh iya Pa, aku lupa aku harus ke Caffe dulu, Assalamu'alaikum," pamit Ara lalu berhambur menyalami Papa dan Mama lalu berlari mengambil tas dan kunci motor yang ada di atas meja depan TV.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh," jawab sang Papa dan yang ada di sana kecuali si kembar.

" Ada apa dengan adikmu itu?" Tanya Papa pada Arkan yang masih menikmati makan malam.

" Mungkin cari suasana nyaman Pa, mungkin agak ke ganggu di rumah!" Ucap Arkan sambil menatap dua adik tirinya, " oh ya, aku masih ada tugas kantor Pa," ujar Arkan lalu beranjak saat makannya sudah habis.

" Sebentar,ikut Papa!" Ajak Papa, ia menarik lengan Arkan.

Si kembar hanya menatap kepergian Papa dan Kakak tirinya dengan perasaan dongkol, sedangkan Mama mereka hanya tersenyum saat melihat kekesalan dua bocah yang masih labil.

~~~~~

" Alhamdulillah, untung cepat pergi kalau nggak dah habis aku sama kembar!" Monolog Ara, dirinya segera duduk di salah satu kursi Caffe yang masih kosong.

" Hai, Assalamu'alaikum!"

" Eh, Wa'alaikumussalam," jawab Ara sambil tersenyum ramah.

" Sendiri ke sini, padahal udah malam?!" Ucap Rafi.

" Terserah Akulah, mau makan sini, mau main kesini, mau tidur di sini juga terserah aku," jawab Ara dengan ketus.

" Oh gitu, mau aku temani?" Tanya Rafi dengan tersenyum menggoda.

" What, main-main sama aku, akhiran ke rumah sakit!" Kesal Ara dengan mata melotot, bukannya menakutkan tapi malah tampak menggemaskan.

" Permisi, silahkan dinikmati;" ujar salah satu pelayan di Caffe milik Ara.

" Oh iya, terimakasih!" Jawab Rafi pada sang pelayan.

" Eh ada Ara, mau makan atau minum?" Tanya sang pelayan pada Ara.

" Kakak mau buatkan, oke aku mau moccacino sama red Velvet," ucap Ara lalu tersenyum ke arah pelayan.

" Baik segera, totalnya 40.000 di bayar tunai nanti," ucap pelayan bercanda.

" Aku bayar, gaji dipotong dua kali lipat aku bayar!" Ucap Ara dengan kesal.

Pelayan tadi hanya terkekeh lalu melenggang pergi dari hadapan Ara dan Rafi.

" Kok kayaknya kamu akrab banget sama orang sini?" Tanya Rafi keheranan.

" Secret, nggak perlu tahu!" Ucap Ara tanpa menatap lawan bicaranya.

" Tinggal bilang aja kalau punya sendiri, sok-sokan nggak mau sombong!" Ucap pria yang tiba-tiba datang, yups siapa lagi kalau bukan Rafa.

" Mama... please Ara pingin istirahat, hari ini capek banget!" Ucap Ara sambil menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangan.

" Ara pingin belajar dengan tenang, Ara pingin makan dengan tenang, ya Allah Ara itu cantik makanya di kerubung banyak lalat, Ara nggak mau ma, iya kalau lalatnya baik lah ini lalatnya yang satu nyebelin!!!!!" Ucap Ara masih menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangan.

" Cih, cantik dari mana coba!" Ejek Rafa.

Ara yang meras di ejek segera mengangkat kepalanya,lalu berdiri dari duduknya dengan mata yang melotot ke arah Rafa.

" Oh gitu ya, aku do'akan kalau istri Kakak ntar jelek!" Ujara Ara dengan kesal.

" Kalau istri aku kamu gimana, jadi emang kamu jelek bukan!" Ucap Rafa sambil melipat kedua tangannya di dadanya.

" Kak Stev, antar pesanan Aku ke ruang kerja, aku mau istirahat sekalian!" Ucap Ara saat Stevan melangkah ke arah meja yang ditempatinya.

Stevan hanya mengikuti Ara yang melenggang pergi ke dalam tanpa pamit kepada Rafa dan Rafi.

~~~~~

" Demen banget ganggu Ara?" Tanya Rafi saat sang Kakak duduk di depannya, di kursi yang tadi di tempati Ara.

" Hm, seru bro kalau liat dia emosi," ucap Rafa sambil tersenyum miring dengan mata tertuju pada pintu dapur.

" Loe nggak ada kerjaan Kantor gitu, sampai demennya gangguin Ara," ucap Rafi.

" Udah selesai," jawab Rafa sambil mengetuk meja Caffe, " Dan loe nggak ada tugas dari kampus gitu?" Tanya Rafa gantian Pada Rafi.

" Nggak, loe masih ingat umurkan?"

" Masih, umur gue 22 tahun," jawab Rafa.

" Gue kira loe emang benar-benar lupa umur, oh ya dicariin Bunda, kok nggak di rumah sejak dua hari yang lalu!" Beritahu Rafi.

" Sibuk, ntar gue pulang," ucap Rafa.

~~~~~

" Aduh, kok udah jam tiga sih, eh masyaAllah, tahajud!" Kaget Ara saat melihat layar ponselnya.

Ia beranjak dari tidurnya, lalu bergegas bangun dari tidurnya. Ia berjalan keluar kamar menuju kamar mandi ruang kerjanya. Yah, kemarin dia tidur di Caffe karena waktu sudah malam jika dia mau pulang.

Setelah mengambil air wudhu, Ara segera melaksanakan shalat tahajud. 1/3 malam waktu yang pas untuk curhat kepada Allah, tuhan alam semesta. Di mana kita memiliki keinginan, gunakanlah di waktu 1/3 malam itu.

~~~~~

" Alhamdulillah bisa bangun pagi, tapi badanku masih capek!" Monolog Ara saat dirinya bercermin di kaca lemari. Dia sekarang masih berada di ruangan kamar yang menjadi satu dengan ruang kerjanya.

Papanya yang mendesain untuk Ara, " Tapi tetap cantik kok, senyum ramah selalu tunjukkan sebagai seorang muslimah!" Ucap Ara, dia tak memoleskan makeup apapun kecuali skincare, bedak bayi yang baunya khas, dan lip balm.

Pagi ini dia menyiapkan sarapan untuknya sebelum para pegawai Caffe datang, dia juga menata kembali meja dan kursi Caffe yang sebagian masih terlihat berantakan walaupun sebelumnya sudah dirapikan.

Selesai itu, Ara membuka pintu Caffe yang masih terkunci rapat. Rutinitas yang sering dilakukannya saat dia menyempatkan datang ke Caffe waktu pagi ataupun sore hari. Ia tak merasa lelah, malah dengan kegiatan ini yang menjadi istirahat di waktu senggang.

Lari dari rumah bukanlah hal yang pertama baginya, sejak dulu SMA dia sering melarikan diri ke Caffe ini ketika sedang kesal dengan si kembar atau ketika dia sedang kelelahan. Jika lelah dia tak pernah datang ke Papa atau Mamanya, jadi Ara tak pernah merasakan kehangatan keluarga yang sesungguhnya.

'kring' lonceng Caffe berbunyi, Ara yang sedang melamun segera sadar. Di depan pintu dia melihat sosok lelaki dengan tubuh tinggi, ramping, tampilan yang stylish, dan satu lagi wajahnya yang tampan. " Eh, masyaAllah, sadar Ara, dia itu musuhmu!" rutuk Ara pada dirinya sendiri.

" Assalamualaikum, sendiri kok udah main buka aja?" Tanya Rafa dengan senyum menawannya, tapi di bagi Ara itu adalah senyum mengejek.

" Hello, emang salah ya, dasar pria tua nggak laku!" Ejek Ara, tapi di akhir kata ia mengucapkannya dengan lirih.

" Bilang apaan tadi, aku nggak laku?" Tanya Rafa sambil menggebrak meja yang di tempati Ara.

Bukannya takut, Ara malah semakin menjadi-jadi. Keberaniannya malah meningkat, ia tak memiliki rasa takut sama sekali dengan yang lebih besar dengannya. Prinsip hidupnya adalah, jika nggak bisa menghormatinya makan dia nggak akan dihormati. Seperti Rafa, dia sama sekali tak dihormati oleh Ara.

" Cerewet, cowok serasa mulut cewek!" Ucap Ara sambil menatap Rafa sinis.

" Yang punya mulut gue, bukan loe!" Jawab Rafa balik ketus.

Rafa duduk di kursi depan Ara, ia menatap Ara yang sedang fokus mengerjakan tugasnya di laptop.

" Buatkan gue makanan!" Perintah Rafa.

Ara mendongak dengan mata melotot, " What, nonono aku nggak mau, emang aku siapa, istri kamu, pelayan kamu?!?" Kesal Ara.

" Bukan pelayan, mungkin minggu besok jadi istri gue!" Jawab Rafa dengan pdnya.

" Ketahuan banget nggak laku, intinya aku nggak mau buatkan makanan, kalau mau buat sendiri!" Suruh Ara sambil menunjuk dapur.

" Loe mau dapur loe kebakar?" Tanya Rafa

"Halah, sok-sokan nggak bisa masak, aku tahu kamu bisa masak!"

" Tangan gue sakit," Rafa mencari alasan lagi.

" Bodi amat, tapi tangannya nggak patah kan, atau kalau mau aku masakin mau aku patahin dulu tangannya?" Tanya Ara sambil tersenyum mengejek.

" Gila, gue pastikan kalau suami loe besok bakal sengsara dengan loe!" Kesal Rafa.

" Nah, kalau suami aku kamu gimana?" Tanya Ara tanpa sadar, setelah dia sada ia merutuki dirinya sendiri karena salah ucap.

Rafa yang mendengarnya tersenyum bahagia karena dia bisa membuat Ara skak mat, " Beneran mau jadi istri aku nih?" Goda Rafa dengan mengedipkan sebelah mata.

" Intinya aku nggak ma....."

" Assalamualaikum," salam seseorang yang tiba-tiba datang, Ara menarik nafasnya dan membuangnya dengan kasar.

"Waalaikumussalam," jawab Rafa sambil melemparkan senyuman ke arah Arkan, sedangkan Ara.

" Waalaikumussalam," jawab Ara dengan wajah tak semangat.

" Tumben lesu, kemarin Papa bilang katanya kamu mau dipindah ke UGM Yogyakarta," beritahu Arkan.

" What, beneran Kak, sumpah aku speechless, akhirnya aku bisa bebas dari lalat!" Ucap Ara dengan tersenyum bahagia.

" Nggak, bercanda besok kita terbang ke London, kamu lupa kalau kamu ikut pertukaran pelajar?" Tanya Arkan.

" Eh, iya MasyaAllah lupa aku kak, tapi aku juga senang akhirnya bisa bebas dari lalat!"

" Terserah kamu aja, oh iya Rafa tumbenan nggak ke kantor?"tanya Arkan dengan wajah santainya.

" Hari ini gue libur, mau ketemu calon istri dulu," ucap Rafa sambil melirik Ara dengan ujung matanya.

" Ckckck, habis semalam di makan Ara bisa-bisa kalau dah nikah," ucap Arkan bercanda.

" Enak aja habis semalam, emang siapa yang mau nikah sama si lalat!" Kesal Ara.

" Tadi katanya 'kalau suami aku kamu gimana?', " ucap Rafa sambil menirukan gaya bicara Ara.

" Tau ah, titip Caffe, mau berangkat kuliah!" Ucap Ara sambil menyerahkan kunci Caffe kepada Kakaknya, Arkan.

" Assalamualaikum!" Salam Ara lalu berlari keluar Caffe.

" Waalaikumussalam," jawab Arkan dan Ara.

" Hati-hati ntar kesandung cinta!" Teriak Rafa pada Ara, tapi yang diteriaki hanya bodo amat.

~~~~~

ini part ke 3 yang aku publish, makasih yang buat baca tapi makasih lagi kalau kasih vote ke cerita aku, sayang deh sama yang udah baca♥️♥️♥️♥️