Aku melirik ke arah matahari yang sangat panas, sore ini aku sedang menunggu yang lain datang untuk berdiskusi rancangan untuk penjagaan pos kamling yang akan akan di revisi menurut pak RT.
Meskipun usia muda tapi aku tergolong cukup aktif di kampungku, bahkan mungkin bisa di bilang aku juga bisa di sebut dengan asistennya. Namun jujur saja aku juga merasa tidak enak dengan yang lainnya aku berdekat-dekat dengan pihak kepala kampungku.
Biar aku jelaskan, di kampungku itu terdapat susunan yang mungkin terdengar aneh. Biar aku jelaskan bahwa aku awalnya hanya membantu saja tapi entah mengapa setelah aku membantu urusan waktu pemilihan dia aku mulai di ajak untuk berdiskusi dan sampai sekarang aku juga sama berdsikusi dengan mereka atau bisa disebut dengan RT.
Tidak memerlukan waktu yang lama, akhirnya semua para-para bapak sudah berkumpul di rumah pak RT.
"Ayo duudk dulu nduk," ucap Bu RT dengan mempersilahkan aku untuk duduk di samping anaknya yang cantik dan pendiam.
Aku tersenyum membalas, "Iya bude." jawabku sembari duduk di hadapannya.
"Gimana hari ini? kamu bisa kan untuk berkumpul dengan bapak-bapak untuk membahas pos kamling?" tanya bude terdengar basa-basi namun aku langsung tersenyum menanggapi ucapan darinya karena aku benar-benar bisa saat ini.
"Ya alhamdulilah si bude,"
"Gimana keadaan sekolah bersama? aman engga?" tanya bude dan di balas dengan anggukan dariku.
"Ya gimana ya bude bingung. Soalnya tiap hari ada kasus anak berantem mulu jadi mungkin ya kaya gitu terus keulang lagi. Tapi masih bisa di perbaiki ko bude." ujarku dengan terkekeh dengan kecil.
"Kalau ada apa-apa bilang ya, soalnya kan bude jarang ke sana nduk." ujarnya dengan menepuk pundakku dengan pelan.
"Iya bude nanti di kabari kalau terjadi apa-apa," ucapku dengan pelan sehingga membuat aku tersenyum dengan canggung.
"Ya sudah jika tidak ada yang penting. Kita ke inti pertemuan ini bagaimana?" tanya pak RT. Dan di balas dengan anggukan semua yang ada di sini sedangkan Bude langsung pergi ke dapur.