Diam-diam, dia terus memperhatikan Raisa yang terlihat bahagia saat ini. Banyak hal ingin Alina tanyakan, tetapi rasanya begitu sulit terucap.
Raisa menoleh, dia menaikkan sebelah alis saat melihat mertuanya tengah merenung. "Ada apa, Ma?"
"Eh? Tidak apa." Alina merasa tidak enak hati dengan menantu sulungnya itu.
"Bicarakan saja, Ma. Raisa akan mendengar," katanya lembut.
Alina berdehem. "Gimana hubungan pernikahanmu dengan Devan? Apa dia berbuat nakal seperti Revan? Mama jadi khawatir."
Raisa tahu pembicaraan ini, dia tersenyum tipis. "Baik, Ma. Hubungan kami berjalan lancar dan tidak ada hambatan sedikitpun."
"Syukurlah," gumam Alina menjawab.
Raisa menggenggam sebelah tangan Alina dan berkata, "Tuhan belum berikan titipan kepada kami, Ma. Raisa minta maaf ya Ma karena membuat Mama menunggu lama."
"Eh?" Alina terhenyak. "Tidak, Sayang. Mama tidak memburu-burukan kalian punya anak kok!"