Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Revan tampak sangat lega karena pekerjaannya sudah selesai dan tidak perlu dibawa pulang ke rumah untuk lembur.
Meski hal sekecil ini sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pria tampan tersebut karena dengan begini dia bisa pulang lebih cepat daripada biasa-biasanya dan istirahat dengan cukup.
"Akhirnya aku bisa pulang, bisa menemui istriku tercinta." Revan meregangkan otot.
Di ruangannya Revan tersenyum membayangkan wajah Davina yang ceria. Wajah istri yang selalu menyambut Revan pulang. Saat ini dia begitu merindukan Davina. Mungkin sudah di fase mencintai.
Revan tidak salah memilih Davina menjadi istri, dia begitu baik. Walau irit bicara, sifatnya sangat perhatian. Mencemaskan hal kecil, contohnya mengobati Revan saat tak sengaja terkena air panas.
"Ak–"
"Maaf, Pak. Anda masih ada jadwal rapat, saya lupa memberitahu. Kali ini harus menemui klien langsung," ujar Irene yang langsung masuk. Tanpa mengetuk terlebih dahulu.