Di dalam ruang kerja, Revan sibuk memainkan bolpoin di tangannya sambil melamun tanpa alasan. Pria tampan itu tersenyum tipis mengingat kejadian semalam yang cukup memalukan baginya. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu hingga tiba-tiba mencium bibir sang istri tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Selain tersenyum, Revan juga sesekali menggelengkan kepalanya ribut dan terkekeh kecil. Jika ada yang menyadari hal itu, mungkin orang itu akan mengira bahwa Revan sedang mengalami gangguan jiwa.
Selama ini, Revan terkenal sebagai atasan yang dingin dan jarang tersenyum. Sifatnya yang ambisius menjadi dasar utama bahwa Revan sebenarnya adalah tipe orang yang tidak memiliki perasaan pada orang lain, terlebih itu adalah musuh dalam saingan bisnisnya.
Lama Revan melamun dan tersenyum tanpa alasan itu, tiba-tiba ia teringat dengan satu hal.
"Aku tidak boleh jatuh cinta padanya!" Ucap Revan pada akhirnya.
Sejenak ia menghela nafas dan mengusap wajah nya dengan kasar. Kemudian ia kembali fokus dengan beberapa berkas yang berserakan di depannya itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" pinta Revan tanpa mengalihkan perhatian nya dari berkas-berkas yang sedang ia kerjakan.
"Permisi, Pak... S-saya asisten baru Bapak..." ucap seorang wanita cantik yang baru saja masuk ke dalam ruangan Revan.
Revan mengangkat kepalanya menatap wanita muda yang berdiri di depan meja kerjanya itu.
"Duduk!" Perintah Revan dengan dingin.
Wanita itu pun duduk dengan tenang dan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri karena terlalu gugup menghadapi seorang Revan Maheswara.
Tangannya terulur memberikan map yang berisikan data dirinya dan juga beberapa berkas kelengkapan untuk lemaran pekerjaan. Sebelumnya memang sudah di seleksi oleh staff Revan, namun kali ini giliran Revan yang menentukan apakan wanita itu cocok menjadi asisten barunya atau tidak.
"Saya hanya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin dan juga orang yang tidak rapi. Kamu mengerti kan maksud saya?" tanya Revan setelah membolak-balikkan beberapa berkas milik wanita yang duduk di depannya itu.
"Iya, Pak. Saya mengerti!" jawab wanita cantik itu dengan tegas.
"Baiklah, Irene... Kamu di terima bekerja di sini, saya berharap kamu bisa bekerja dengan baik dan tidak mengecewakan saya," tutur Revan sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Baik, Pak. Terimakasih atas kesempatan yang bapak berikan kepada saya, saya akan berusaha sebaik mungkin dan juga berkerja dengan baik agar tidak mengecewakan bapak," sahut Irene dengan mantap.
"Sekarang kamu boleh ke ruangan kamu sendiri, di sebelah kanan ruangan saya. Jika ada perlu, maka kamu saya panggil. Jika tidak, kamu bisa cek beberapa berkas yang harus saya tanda tangani. Apa kamu mengerti?" oceh Revan panjang lebar.
Irene mengangguk kuat sambil tersenyum lebar. "Saya mengerti, Pak!" sahutnya antusias.
"Jika ada yang tidak kamu mengerti silahkan tanya saya. Sekarang kamu boleh pergi..." Perintah Revan sambil menyodorkan kembali map milik Irene.
"Baik, Pak. Sekali lagi terimakasih." pungkas Irene dan segera berdiri meninggalkan ruangan Revan dengan perasaan penuh bahagia karena mendapatkan pekerjaan.
Sementara Revan hanya acuh dan benar-benar tidak perduli. Pria itu kembali bergelud dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya dan juga berusaha memfokuskan pikiran nya pada perkejaan yang sedang ia lakukan.
Bukannya fokus, kini pandangan Revan justru beralih pada ponselnya yang tergeletak di atas meja nya sejak tadi. Tanpa pikir panjang, Revan langsung meraih ponselnya itu dan membuka aplikasi chat nya.
Sesaat kemudian ia kembali tersenyum ketika melihat sebuah foto wanita cantik yang tak lain adalah istrinya sendiri. Foto itu Davina jadikan sebagai foto profil nya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat suka memandang gadis lugu ini? Apa kau sudah lupa bahwa kau menikahinya hanya untuk balas dendam pada keluarga Arsenio? Membuat Dilan patah hati dan gagal dalam mengurus perusahaannya, kemudian mengambil alih semuanya. Jangan bodoh Revan, kau benar-benar tidak boleh jatuh cinta pada Davina!" gerutu Revan pada dirinya sendiri.
Ia pun meletakan kembali ponselnya dan lagi-lagi harus berfokus pada pekerjaannya. Sesaat itu mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya secara perlahan untuk memberikan ketenangan pada dirinya sendiri.
"Hanya sementara. Tidak butuh waktu yang lama, setelah semuanya jatuh di tanganmu, maka kau sudah bisa meninggalkan gadis itu!" Ucap Revan pada dirinya sendiri.
***
Sementara itu, di ruangan barunya Irene melihat sekelilingnya yang terlihat sangat mewah dan rapi. Wanita cantik itu berkeliling di dalam ruangannya yang bisa di bilang cukup luas.
"Wuah... Ini benar-benar menakjubkan, aku baru tau selain perusahaan BA corp, ada juga perusahaan yang besar seperti ini. Sepertinya tidak salah jika aku masuk ke dalam perusahaan besar ini. Ini hanya langkah pertama, selanjutnya kita lihat saja... Aku akan menjadi nyonya bos di dalam perusahaan ini!" Ucap Irene sambil tersenyum menyeringai.
Rupanya maksud Irene untuk masuk kedalam perusahaan ReMa corp bukan hanya sekedar mencari pekerjaan untuk menyambung hidup, namun ada maksud terselubung di dalam misinya itu.
Irene bermaksud untuk menjadi sekretaris Revan dan mendekati Revan supaya mendapatkan hatinya. Dengan itu, Irene pasti akan mendapatkan lebih dari apa yang bisa ia lakukan selama ia bekerja hanya sebagai sekertaris biasa.
Di balik wajahnya yang polos tersimpan sejuta siasat jahat bagi Revan. Sebelumnya Irene benar-benar belum mengetahui bahwa Revan sudah menikah, mungkin karena itu Irene menjadi bersemangat untuk mendapatkan hati seorang Revan Maheswara.
Setelah puas melihat-lihat bagaimana isi dari ruangannya sendiri, Irene keluar dari ruangannya dan berniat untuk pergi mengambil minum di dapur kantor. Bukan hanya mengambil minum, namun tujuan sebenarnya adalah mencari informasi tentang bagaimana sifat dan perilaku Revan Maheswara ini.
Sampai di dalam dapur kantor, Irene bertemu dengan beberapa staff lain yang juga sedang berkepentingan di dalam dapur kantor. Irene pun dengan senyuman ramah menyapa satu per satu staff tersebut.
"Apa kau asisten Pak Revan yang baru? Wah, kau sangat cantik," puji salah satu staf pria yang ada di sana.
"Iya, saya asisten baru Pak Revan," jawab Irene dengan malu-malu kucing.
Hampir seluruh staff yang ada di dapur kantor itu terpesona dengan kecantikan Irene. Memang tidak bisa di pungkiri bahwa visual Irene cukup menawan dan juga sedap di pandang.
"Seandainya Pak Revan belum menikah, pasti dia akan terpikat dengan kecantikan mu," sahut staff lain yang berdiri tidak jauh dari Irene.
Irene yang mendengar pernyataan itu langsung menoleh menatap staff yang baru saja berbicara itu. Dengan hati yang berdebar, Irene berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum palsu.
"Pak Revan sudah menikah?" tanya Irene meyakinkan.
"Tentu saja, dia baru menikah beberapa hari yang lalu. Mungkin satu Minggu yang lalu, atau mungkin sudah 10 hari, aku lupa pastinya karena Pak Revan juga tidak mengadakan resepsi," jelas staff itu sambil menyeruput kopi yang baru selesai ia buat.
"Kenapa tidak mengadakan resepsi pernikahan? Bukankah Pak Revan itu sangat kaya dan juga terkenal royal?" tanya Irene lagi karena tak sanggup menahan rasa penasarannya.
Sementara staff itu mengedikan bahunya acuh karena tidak tau harus menjawab apa.
"Ada yang mengatakan bahwa istri Pak Revan sangat cantik, dan Pak Revan belum mau orang lain mengetahui identitas istrinya. Ya, kurang lebih seperti itu rumornya," sahut staff yang lain.
Irene langsung memilin roknya dan menggerakkan giginya dengan kuat-kuat. Semangatnya yang baru saja berkobar seakan di siram oleh es dingin dari kutub selatan.
Namun, kenyataan itu sama sekali tidak menyurutkan niatnya. Wanita itu tetap bersikukuh untuk mendekati Revan demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Tenang saja, ini baru awal dari segalanya. Meskipun Revan Maheswara sudah memiliki anak sekalipun, aku tidak akan melepaskannya begitu saja!" Batin Irene dengan semangat yang kembali menggebu-gebu.
***