Chereads / Revenge Marriage / Chapter 7 - Let's Play

Chapter 7 - Let's Play

Hari pertemuan antara keluarga Dilan dan Adelia telah tiba. Kedua belah pihak keluarga saling bercengkrama seraya menunggu kedatangan Dilan yang masih di perjalanan dari kantor nya.

Kinan sudah di buat cemas karena takut putra semata wayang nya itu kabur. Ia tau pasti bagaimana sifat putra nya itu jika ia terlalu di kekang dan di paksa melakukan apa yang tidak dia inginkan.

Namun, beberapa saat kemudian Kinan menghela nafas lega ketika melihat putra nya muncul dari balik pintu sambil tersenyum melihat dirinya.

"Maaf atas keterlambatan saya," ucap Dilan dengan sopan.

"Tidak apa, nak. Bisa di mengerti karena keadaan jalanan pasti sangat macet," sahut Leo yang tak lain adalah Papa kandung Adelia.

Melihat sikap Dilan yang terlihat berbeda membuat Kinan dan juga Bian di buat keheranan. Pasalnya baru beberapa hari yang lalu Dilan bersikeras menolak perjodohan ini, tetapi hari ini Dilan benar-benar terlihat berbeda dari sebelumnya.

Bukan menjadi masalah, justru Kinan dan Bian di buat senang bukan main. Ini artinya Bian tidak perlu bersandiwara seperti apa yang sudah di rencanakan sebelumnya.

Lama mereka berbincang, hingga pembicaraan beralih pada intinya. Yaitu tentang perjodohan dari Dilan dan Adelia.

"Aku tidak masalah. Aku menerima perjodohan ini dengan senang hati," ucap Dilan dengan tenang.

Tentu saja membuat Adelia yang sedang duduk di sampingnya itu terkejut bukan main.

"K-kau serius?" tanya Adelia dengan ragu.

"Iya, aku serius. Lebih baik kita mulai semua dari awal. Bagaimana?" Sahut Dilan menggenggam tangan Adelia.

Sepasang manik cantik Adelia seketika berbinar karena bahagia. Ia tidak menyangka bahwa Dilan benar-benar mau membuka pintu hati untuknya.

"Wah, bagus sekali jika seperti ini. Kita tinggal hitung tanggal pernikahan nya. Bagaimana?" tanya Leo pada Kinan dan Bian.

"Kami akan menurut sesuai keinginan anda saja. Anda bisa menentukan tanggal yang baik untuk pernikahan putri anda dengan putra kami," sahut Bian dengan senang hati.

"Bagaimana jika bulan depan? Tepat di hari ulang tahun Adelia yang ke 23 tahun," usul Leo antusias.

"Kebetulan sekali, tidak mendadak dan tidak terlalu lama. Kita bisa menyiapkan pesta semeriah mungkin nantinya," imbuh Kinan tak kalah antusias.

"Baiklah, sepertinya tidak ada yang keberatan. Bagaimana dengan kalian berdua?" tanya Leo pada Adelia dan Dilan.

Bukannya menjawab, Adelia justru menatap Dilan yang memasang wajah datar seperti tidak tertarik dengan obrolan ini. Padahal sebelumnya wajah Dilan tersenyum lebar seperti benar-benar serius dengan perjodohannya.

Adelia menyenggol lengan Dilan yang membuat pemuda itu kembali sadar dari lamunannya.

"Ah, saya akan setuju dengan semua keputusan Adelia. Saya tidak keberatan sama sekali," ucap Dilan sambil tersenyum palsu.

"Bagaimana, sayang? Semua keputusan ada di tanganmu," tanya Leo pada putri kesayangannya itu.

"I-iya, Pa. Adelia mau jika pernikahan nya di hari ulang tahun Adelia," jawab Adelia gugup.

"Baiklah, semoga semuanya berjalan dengan lancar," sahut Kinan penuh kegembiraan.

Semuanya pun tersenyum lega dengan keputusan dari Adelia. Kini mereka hanya perlu menyiapkan semua keperluan pesta dan juga menunggu hari bahagia itu.

Namun, entah mengapa Adelia di buat bimbang dengan keputusan nya sendiri. Gadis itu memang benar bahagia karena Dilan sudah mau menerima perjodohan ini, tetapi ia merasa bahwa ada yang Dilan sembunyikan dari semua orang.

Adelia terus mencoba menghilangkan semua pemikiran buruk tentang Dilan. Bagaimanapun juga, Adelia sangat mencintai Dilan hingga gadis itu benar-benar tidak rela jika ia kehilangan Dilan lagi.

Baginya sudah cukup susah untuk mendapatkan jawaban iya dari Dilan atas perjodohan ini, ia tidak mau bersusah payah lagi jika nantinya Dilan mengacaukan segalanya.

**

**

Sementara itu, sehari sebelum pertemuan keluarga.

(Flashback ON)

Dilan secara tidak sengaja bertemu dengan Revan. Mereka bertemu di depan restoran terkenal karena sama-sama selesai melakukan pertemuan dengan klien mereka masing masing.

Secara reflek, Dilan memanggil Revan yang sudah lebih dahulu hendak meninggalkan restoran.

"Tuan Maheswara?" Sapa Dilan dengan tenang.

"Dilan?" Sahut Revan sedikit terkejut dengan kehadiran adik tirinya itu.

"Kebetulan sekali aku bertemu dengan mu di sini," ucap Dilan.

Revan menaikkan sebelah alisnya heran. Sebenarnya apa maksud Dilan menghampiri nya? Apa dia ingin membahas tentang Davina lagi?

"Ada urusan apa kau menyapaku? Kita tidak sedekat ini sehingga kau secara sadar menyapaku dengan santai," sarkas Revan tak mau bertele-tele.

"Aku hanya ingin tau apa sebenarnya maksud mu menikah dengan Davina. Kau bahkan tidak mengenalnya, kenapa kau tiba-tiba menjadikan dia sebagai istri mu?" Tanya Dilan yang juga tidak mau bertele-tele lagi.

Revan menyunggingkan senyum smirk mendengar pertanyaan dari adik tirinya itu. Sepertinya Dilan benar-benar belum bisa melupakan Davina.

"Karena Davina cantik dan juga baik. Apa salahnya jika aku menikah dengan wanita seperti itu?" Jawab Revan dengan sinis.

"Kau bukan tipe orang yang merebut hak milik orang lain bukan?" Ketus Dilan yang sudah mulai emosi.

"Memangnya aku merebut Davina darimu? Aku menikah dengan Davina setelah dia putus denganmu. Apa kau lupa?" Sahut Revan dengan tegas.

Kini Dilan semakin di buat geram oleh kakak nya itu. Benar-benar menyebalkan baginya.

Sementara Revan benar-benar tenang menghadapi Dilan. Ia cukup tau bagaimana karakter Dilan. Pemuda itu sangat mudah tersulut emosi jika menyangkut tentang Davina.

Melihat ekspresi Dilan yang sudah terlihat sangat marah, membuat Revan semakin semangat untuk mempermainkan nya.

"Oh iya, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu karena sudah menjaga istri ku dengan baik selama 3 tahun terakhir ini," sambung Revan memanas kan hati Dilan.

Dilan sepertinya sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Pemuda itu mengepalkan tangannya kuat dan menatap Revan seakan ingin menghabisi pria yang sedang berdiri di depan nya itu.

Sementara Revan sama sekali tidak takut ataupun perduli dengan Dilan yang marah padanya. Tujuan utamanya adalah membuat Dilan merasakan apa yang dulunya di rasakan olehnya dan juga ibu nya.

"Jika kau hanya bermain-main dengan Davina, lebih baik kau lepaskan dia!" Ucap Dilan dengan tegas.

"Kenapa aku harus melakukan itu? Aku benar-benar tidak berniat untuk bermain-main dengannya, tapi aku berniat untuk bermain-main denganmu," sahut Revan.

"Sebenarnya apa yang kau ingin kan? Kenapa kau setega ini padaku? Apa yang ku lakukan padamu sehingga kau benar-benar membenciku?" tukas Dilan yang sudah tidak tahan lagi.

Sepasang bola mata Dilan melotot sempurna, urat-urat di lehernya pun perlahan menonjol karena amarahnya sendiri. Ia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik.

"Kau ingin tau apa alasan ku membenci dirimu?" tanya Revan sambil tersenyum miring.

Pria tampan itu maju beberapa langkah mendekati Dilan. Kemudian membenarkan jas Dilan dan menepuk-nepuk pundak Dilan dengan santai.

"Karena kehadiran mu, Mama ku kehilangan kebahagiaannya!" Sambungnya kemudian tepat di telinga Dilan.

Spontan Dilan langsung mendorong tubuh Revan dengan kasar.

"Jadi, kau merebut Davina karena ingin balas dendam?" tanya Dilan memastikan.

"Menurut mu?" sahut Revan menaikkan sebelah alisnya.

Kini mereka berdua saling bertukar pandang dengan serius. Sepasang manik keduanya bertatapan dengan lekat.

"Jika Mama mu boleh merebut Papa ku, kenapa aku tidak boleh merebut mantan kekasihmu?" ucap Revan penuh penekanan.

Dilan membatu dengan pernyataan dari Revan. Sementara Revan sudah mulai jengah menghadapi Dilan. Tujuannya hanyalah membuat Dilan tidak fokus bekerja dan menderita setiap saat karena Davina.

Ketika Dilan sudah tidak becus mengurus perusahaannya, maka Revan akan mengambil alih semuanya dan membuat keluarga Dilan menderita selama sisa hidup mereka.

(Flashback OFF)

***