Ini adalah hari terakhir Lee melakukan ujian disekolahnya, ia tidak perlu lagi menyembunyikan kepandaian yang dimilikinya, dalam beberapa hari ini ia meminta Hye Soo agar mengosongkan jadwalnya untuk Lee, agar lebih fokus terlebih dahulu ke studinya.
Ia sangat yakin akan hasil nilai-nilainya maka ia berencana pergi ke ibukota naik kereta bawah tanah yang membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai disana, Lee tidak mempunyai alasan khusus ia hanya ingin menemui Amna yang sedang memiliki kerjaan sampingan disana dan mungkin juga Hye Soo juga berada disana karna untuk mengurus projek baru.
Langkah ringan Lee memasuki gedung yang menjulang tinggi itu, meski dia masih menggunakan seragam sekolah tidak ada yang akan menghentikannya karna semua staff disini sudah mengetahui jika Lee adalah asisten Amna.
Hari ini mood Lee sangat bagus, ia berencana akan mentraktir Amna dan Hye Soo kesebuah restoran baru Jepang yang ada di persimpangan.
Lee masuk ke ruang ganti dan mendapati Amna masih sibuk dengan alat-alat sihirnya, karena Amna adalah seorang penyihir dizaman modern, menyulap seorang berwajah biasa menjadi secantik kayaknya putri kahyangan.
Lee segera menyapa dan duduk tak jauh darinya karena tak ingin mengganggu Amna, kini Lee menatap ke sekeliling berusaha mencari keberadaan Hye Soo..
"Aku lihat tadi dia pergi ke ruang direktur" sahut Amna memberi pencerahan pada Lee.
"Apa yang dilakukannya disana?" tanya Lee, dan Amna pun menggeleng pelan.
"Dia sudah cukup lama pergi, namun aku merasa aneh ketika dia dipanggil ke ruang direktur, ia membuat wajah yang sangat jelek dan seperti enggan" Lee berfikir keras apa yang membuat Hye Soo seperti itu, tak biasanya Hye Soo akan menampilkan wajah jeleknya.
Sedangkan didalam ruangan itu sendiri Hye Soo sebisa mungkin berjuang melepaskan jari-jari jail yang tak hentinya memembelai tubuhnya.
"Jika Grey tidak mau? bagaimana jika kamu saja yang menjadi model dewasa itu, lihatlah tubuhmu juga tidak kalah bagusnya dengan milik Grey" lelaki itu memandang dengan nakal ke sekujur tubuh Hye Soo apa lagi di bagian yang sensitif.
Ingin rasanya ia mencolok mata itu keluar dari tempatnya, Hye Soo menepis tangan brengsek itu dan juga segera menghindar kemana pun agar menjauh dari manusia bejat itu.
Terlihat jika orang ini habis minum tubuhnya mengeluarkan bau yang khas, tercium dari bau mulutnya dan matanya berwarna merah, meski dihari biasa dia juga mata keranjang namun dia masih bisa mengontrol dirinya, tapi saat ini dia sangat liar dan begitu bernafsu.
Ini bukanlah pertama kalinya Hye Soo mendapatkan perlakuan tidak senonoh seperti ini, namun Hye Soo tidak dapat berbuat banyak untuk melawan atasannya itu karna Akibat terburuknya dia bisa dipecat dari agensi ini dan bagaimana dengan keluarga kecilnya yang sangat bergantung pada satu-satunya tulang punggung keluarganya.
Dirumahnya ada putri kecilnya dan ibu yang menjaga putrinya, hanya Hye Soo yang bekerja dan jika Hye Soo dipecat dari sini entah dimana lagi dia harus mencari pekerjaan, bukanlah suatu yang mudah dimasa seperti ini untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.
Demi keluarga kecilnya ia harus sedikit menahan perlakuan bejat lelaki atasnya ini, Hye Soo menahan amarah yang bergejolak dihatinya dan menolak masih dengan cara halus untuk menghadapi lelaki itu.
"Jika kamu mau menjadi model majalah dewasa itu, kamu tidak perlu bekerja keras setiap hari seperti ini, tidak akan ada yang berkurang darimu, kau akan tetap utuh, Hye Soo kau hanya perlu perpose sedikit nakal dengan memakai baju baju sexi itu, tapi sejujurnya aku lebih suka jika kamu tidak memakai baju wkwkkwk" ingin rasanya Hye Soo muntah dimuka lelaki itu.
Didalam hati Hye Soo ia mengerutu sendiri "kau benar tubuhku memang tidak akan berkurang tetap utuh, tapi bagaimana dengan kehormatanku?"
"Maaf tuan aku tidak bisa, aku permisi dulu" Hye Soo segera mungkin ingin keluar dari ruangan ini yang rasanya tempat ini sudah seperti didalam mecrowef.
"Jangan terburu buru cantik, aku belum selesai" tangan besar itu ternyata lebih cepat dari pergerakan Hye Soo.
"Bagaimana jika kau jadi simpananku saja kau pasti akan mendapatkan banyak keuntungan, sudah lama sekali sebenarnya aku jatuh hati padamu" Hye Soo meludah didalam hati dan juga memakinya "Ciihh.... bukankah kau sudah begitu banyak mempunyai sugar baby apakah itu belum cukup hingga kau masih membutuhkan aku menjadi simpananmu?" Hye Soo terus sambil berjuang melepaskan dari genggaman tangan besar itu.
"Maaf saya tidak berminat, tolong lepaskan saya?" dengan sekuat tenaga Hye Soo memberontak dengan kekuatan yang dimilikinya.
"Aku akan memberikan semua yang kau mau, katakan kau ingin apa sebutkan saja" Hye Soo mengeleng dengan cepat.
"Park Hye Soo, perlu kau tau tubuhmu sangat sexi kau sangat jauh lebih menggoda dari pada para sugar baby yang ku miliki, para anak ingusan itu tidak bisa memuaskan diriku" Hye Soo sangat muak dengan lelaki tua keladi ini ia segera meraih pintu dan membukanya namun direktur lebih kuat dari pada Hye Soo.
Hye Soo hanya sempat membuka pintu itu tanpa sempat bisa keluar, Hye Soo tau walaupun ia berteriak sekencangnya tidak akan ada yang membantu karena ruangan ini secara khusus didesain kedap suara, dan lebih parahnya lagi ruangan ini terletak di lantai paling atas nomer tiga dan jarang sekali para staff datang kemari.
Di lantai ini hanya terdapat ruangan direktur dan sekertaris pribadinya juga tiga ruangan tak terpakai lainnya. sungguh sial nasib Hye Soo hari ini, sebenarnya dia sudah memiliki firasat buruk ketika direktur itu memanggil ke ruangannya.
Dengan kasar lelaki itu membawa menjauh dari pintu dan menjatuhkannya kesofa, Hye Soo ditindih dengan paksa, tangan juga bibir lelaki itu sudah tak sabar untuk menjamahnya dan Hye Soo pun tidak tinggal diam ia masih berusaha melawan sampai titik darah penghabisan.
Tiga goresan mengenai pipi dan di detik berikutnya darah mengalir dari pipi sebelah kanan direktur itu namun itu tidak menyurutkan hawa nafsu lelaki itu ia malah semakin terpompa untuk menaklukkan Hye Soo.
Air mata itu sudah tertampung dan kapan saja bisa pecah namun tiba-tiba tubuh besar diatasnya itu terjatuh seluruhnya keatas tubuh Hye Soo.
"Sialan" umpat lelaki itu sambil banggun dari tubuh Hye Soo, dan ketika ia membalikkan tubuhnya ia disambut oleh senyum smike seorang wanita muda berkaca mata tebal rambut panjangnya diikat santai dibelakang dan ia masih menggunakan seragam sekolah.
"Wanita sialan siapa kau?" tanya laki-laki itu dengan geram.
"Aku adalah kesialanmu hari ini" jawab Lee dengan enteng.
"Bodoh, harusnya kau mengunci pintunya" Lee memberi nasehat namun dengan memukulnya kesana kemari seperti bola.
Pipi yg sudah berdarah oleh kuku Hye Soo kini di tambah dengan sebuah sepatu Lee yang membuat darah semakin mengalir sampai ke lehernya.
Lee menginjak tangannya dengan satu kaki dan kaki satunya lagi berada di pipi lelaki itu, Lee sama sekali tidak menggunakan kedua tangannya, Lee tidak ingin kedua tangannya kotor jadi dia hanya menggunakan kedua kakinya yang terbalut sepatu untuk memberi pelajaran orang yang sok berkuasa ini.
Meski direktur itu melawan itu tidak ada gunanya karna dia bukanlah lawan Lee yang seimbang, perlu kau tau jika Lee sudah naik ke sabuk hitam tahun ini.
Sebuah tamparan keras dari Hye Soo untuk direktur itu, andai saja ia tidak takut dipenjara mungkin Hye Soo sudah memotong tangan lancang itu dan menyongkel kedua mata genit itu.
Direktur itu diikat di kursinya dengan memar dimana-mana, bulutnya tertutup rapat oleh lakban juga tangan dan kedua kakinya.