Sekarang sudah habis satu minggu pertama masuk sekolah. Tentu saja hari ini hari Senin. Hari di mana menuntut warga sekolah untuk melaksanakan upacara. Hari yang dianggap horor bagi para siswa karna hari Senin menuntut mereka untuk bangun lebih pagi dan menjauhi kata 'telat'.
"Kak aku bosen makan sandwich mulu', gak ada makanan lain apa ya?" Audy merajuk kesal. Begini lah nasipnya jika bi Inah atau Mamanya tak ada di rumah juga tak ada makanan yang tersaji. Seminggu ini Bita dan Audy setiap pagi hanya sarapan roti isi dan didampingi jus. Tapi untuk makan siang atau malam mereka delivery order atau bisa makan di luar.
"Bawel ah kamu.. nanti kan bisa makan dikantin kalau kamu gak suka sandwich. Lagipula kakak gak bisa masak Dy." Tukas Bita.
"Bukannya aku gak suka. Tapi kalau tiap hari gini ya gak enak kali kak, jusnya mah aku suka aja.." sekali lagi Audy merajuk kesal.
"Ya udah ya kakak gak tanggung kalau nanti kamu pingsan pas upacara. Makan seadanya kek, ini masih enak Dy masih ada yang belum bisa makan beginian tauk." Ocehan Bita hanya diterima Audy lewat telinga kanan keluar telinga kiri. Ya setelah itu Audy makan dengan terpaksa hanya menghabiskan setengah bagian dari sandwich yang berbentuk segitiga itu, lalu meminum jusnya habis. Itu sudah kenyang menurutnya.
Setelah sarapan dan selesai bersiap-siap. Tepat pukul 06.30 Audy dan Bita berangkat. Karena hari ini hari Senin Audy berangkat lebih pagi untuk upacara. Seperti biasa Bita yang mengantar Audy terlebih dahulu, lalu ia melesat menuju apartemennya dekat kampus. Ia tidak mau kembali ke rumah karna kalau kuliahnya siang atau sore dia terlalu jauh dalam perjalanan.
~~~~~
Pukul 08.00 selesai upacara para murid langsung melangkah gontai menuju kelas masing-masing. Audy sudah berada di bangkunya. Membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya di meja. Di kelas terasa sejuk karena terpasang AC di situ. Ini memang sekolah elite, jadi setiap kelas ada AC nya.
Tak lama Pak Haris guru matematika dengan kacamata bulatnya memasuki kelas Audy dan memberi salam. Murid yang berada di kelas itu mendengus kesal. Belum juga selesai dengan capek pada kaki mereka tapi guru sudah datang saja!
Jam pertama diisi dengan tenang karena Pak Haris itu juga guru killer walaupun tampangnya kalem. Jam kedua dan ketiga dilanjut dengan mata pelajaran fisika. Uhh! Mungkin semua murid di kelas ini mengeluh kesal. Setiap Senin harus berkutat dengan banyak rumus yang membuat pening di kepala.
Audy sangat menyukai rumus, karena baginya rumus mudah dikerjakan daripada soal 'cinta'. Ia mengikuti pelajaran hari ini dengan santai. Sementara Steffani tetap diam di sebelah Audy, tapi sesekali mengeluh kesal dengan salah satu soal yang diberikan guru. Walaupun begitu Steffani tetap tenang dan sportif, ia tidak akan bertanya jika ia betul-betul tidak bisa. Sedangkan dibelakang Audy dan Steffani ada Vallen dan Valdi. Vallen dan Valdi malah berdebat tentang rumus mana yang harus digunakan dalam soal fisika kali ini. Sesekali mereka berbisik-bisik dan kemudian bertukar buku untuk melihat rumus yang digunakan.
Tak lama bel istirahat berbunyi nyaring. Guru fisika--Bu Anggun-- sudah keluar kelas setelah memberi salam penutup. Semua murid menghembuskan napas lega karena baru saja melepaskan beban berkutat dengan materi baru.
"Anjir! Soalnya susah banget tadi yang fisika.. Bu Anggun kalau ngajar pasti gini nih, penjelasan dikit ehhh soal banyak." Cerocos Vallen greget. "Lo juga Val, tadi kenapa ngeyel banget sih pakek rumus lain??!" Sambungnya dengan nada kesal.
"Biarin dong gue kan pengen tau rumus cepatnya. Tadi juga kenapa lo malah ngajak debat masalah rumus? Terserah gue dong mau pakek yang mana kenapa lo yang sewot hah?" Sergah Valdi cepat.
"Ya lo kan tau gue bingung. Malah tadi lo juga rebut buku gue gitu aja ya gue rebut buku lo juga." Vallen mencebik.
"Idih ya kan gue juga pengen tau lo pakek rumus panjang atau yang pendek. Gitu aja ngambek. Jelek muka lo kek gitu!" Mendengar itu Vallen hanya bersedekap dada dan mengalihakan padangan.
"Val udah dong jangan berantem mulu' nih kuping gue panas dengernya tau." Audy menengok kebelakang dan mencibir.
Keduanya yang merasa namanya disebut dalam cibiran Audy menoleh ke arah Audy dengan bertanya "Apa lo?" Secara bersamaan.
Audy yang dipandang seperti itu terkekeh lucu melihat dua sahabatnya. "Hahaha gue lupa kalau kalian dipanggil 'Val' bakal noleh semua. Haha udah udah tuh ngaca muka kalian tuh kayak orang kebakaran jenggot berantem karena rumus doang." Tawa Audy meledak melihat Valdi dan Vallen malah cemberut karenanya.
"Aduhhh nih ya mending kita ke kantin daripada ngobrol gak jelas pusing gue." Usul Steffani.
"Gue sama temen laki gue aja deh. Gue bosen liat Vallen." Ucap Valdi melengos pergi menghampiri beberapa teman laki-lakinya yang sudah menunggu didepan pintu kelas.
"Dasar kunyuk! Pergi sono.." teriak Vallen geram.
"Udah ah udah bosen juga gue liat kalian berantem ntar jodoh loh Len.." goda Audy dengan senyum nakalnya.
"Iya tuh jodoh kali lo sama Valdi. Sama sama ada 'Val' nya. Kalau dipanggil gitu suka deh kalian nengok bareng." Steffani ikut menjahili sahabatnya dan menaik turunkan alisnya.
"Paan sih! Buru deh ke kantin. Laper gue." Tukas Vallen dengan menutupi pipinya yang mengeluarkan semburat merah.
Di kantin seperti biasa mereka bertiga bercanda tawa disela-sela makan. Valdi entah kemana bersama teman lelaki sekelasnya.
"Gue seneng deh gue jadi bagian bendahara sekaligus yang rancang kostum Cheers kita." Ucap Vallen dengan mata berbinar senang.
"Gue juga seneng jadi sekretaris di eskul Cheers dan juga yang bimbing rias kalau tampil." Steffani juga ikut senang. Mereka mengikuti eskul Cheers dan juga Audy.
"Hemm.. kok gue gak dapet bagian apa-apa ya?" Tanya Audy unmood.
"Jangan gitu kali Dy, bisa aja lo jadi penerusnya kak Tamara alias jadi Leader." Steffani menghibur.
"Yakali Stef, kak Tamara pasti pilih yang lebih baik dari gue."
"Yaelah Dy lo jangan pesimis gini dong.. minggu ini katanya bakal ada reorganisasi Cheers tapi gak tau kapan. Dan yang belum diadakan pilihan itu cuman Leader. Kalau pengurus lain mah udah lengkap." Jelas Vallen.
"Hmm gitu ya? Tapi gue gak yakin deh gue bakalan jadi leader." Ada nada keraguan yang dilontarkan Audy.
"Yang lihat orang, bukan lo sendiri kali, lo tuh ahli banget dalam gerakan cheers. Waktu tampil pertama kelas sepuluh dulu aja lo yang ada di barisan paling depan." Lontar Vallen.
"Iya Dy.. gue sama Vallen yakin kalo lo yang bakal jadi leadernya." Sahut Steffani.
"Lihat aja ntar deh. Eh tapi makasih buat pujiannya tadi sama kasih semangat." Ucap Audy dengan senyum lima jari.
"Haha kayak sama siapa aja lo, kita kan sahabat lo Dy.. ya udah seharusnya kita semangatin lo dan buat lo yakin." Ujar Vallen mantap.
"True" Steffani mengajungkan jempol sambil menyantap baksonya.
Audy hanya terkekeh pelan, ia senang sahabatnya begitu peduli dengannya. Audy memang memilih eskul Cheers. Karena dia sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan gerak tubuh dan juga musik atau hitungan. Saat kecil ia sudah pernah mengikuti les ballet dan kompetisi dance saat SMP. Maka dari itu tubuhnya selalu ramping dan tidak gampang gemuk walaupun makan porsi banyak apalagi ngemil.
***