Chereads / A Tired Love / Chapter 16 - 16. Pertolongan Dari Dirga

Chapter 16 - 16. Pertolongan Dari Dirga

Audy sukses menuruni anak tangga dengan kedua kakinya yang telanjang. Mantel berbulu itu modelnya panjang sampai betis Audy. Gadis itu berjalan menunduk dan pelan sambil mengeratkan pegangannya pada tali tas ranselnya.

Tak peduli kalau ternyata Audy jadi meninggalkan jejak berupa tetesan-tetesan air dari baju seragamnya yang basah namun ditutupi jaket mantel itu. Langkahnya agak berjingkat seperti maling dan mengambil jalan ke belakang gedung ekskul basket. Audy mengambil jalan itu untuk menuju ke pintu belakang sekolah. Kalau ia lewat koridor dan keluar dari gerbang sekolah di depan, sudah pasti ia akan diserbu berbagai macam pertanyaan dari murid lain mengenai penampilannya yang seperti itu.

*

Dirga yang berniat mengembalikan bola basket yang sedari tadi ia bawa itu mengernyit heran. Alis tebalnya terangkat satu ketika mendapati jejak tetesan-tetesan air di samping belokan menuju gedung basket indoor. Tentu saja pandangan Dirga jadi mengikuti ke mana arah tetesan-tetesan air itu.

Rasa penasarannya tinggi, karena Dirga tadi mengamati tetesan-tetesan air itu dengan pemikirannya yang merasa aneh. Pasalnya tetesan-tetesan air itu seperti tetesan orang yang memakai baju basah kuyup. Dirga juga mengamati kalau ada jejak kaki yang berair.

Dan yang membuat Dirga berpikir keras adalah kalau itu orang yang habis latihan renang, mengapa jejaknya mulai dari lantai dua? Dan kenapa tetesan air itu sedikit keruh dan berbau amis, amisnya amis telur ayam.

Dirga jadi melemparkan bola basketnya ke sembarang arah. Lelaki bertubuh tinggi dan atletis itu melemparkan bola basket dari ambang pintu masuk gedung basket karena pintunya masih terbuka sedikit. Masa bodoh ke mana bola itu menggelinding.

Kedua langkah kaki Dirga yang panjang itu dengan cepat mengikuti arah tetesan-tetesan air tersebut. Dan ya, ia menemukan seorang gadis yang sedang berjalan pelan dengan kaki telanjang di balik gedung basket.

Dirga mengernyit aneh, gadis itu memakai jaket mantel yang panjang dan bertudung. Ini kan bukan Korea, dan lagi sekarang juga bukan musim hujan dan saat ini pun cuaca masih panas.

"Hei!" Tegur Dirga menginterupsi.

Audy yang merasa ada yang memergokinya itu menghentikan kedua langkahnya dengan otomatis. Ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan kedua matanya. 'Aduuuhh ngapain sih ada yang lihat? Plis, jangan mendekat ke arah gue ya!' Ujarnya dalam hati.

Langkah Dirga mendekat dan berhenti ketika jaraknya sekitar satu meter di belakang Audy yang berdiri membelakanginya.

"Lo ngapain ke belakang gedung basket? Terus itu tetesan-tetesan air dari baju lo ya? Kotor tuh lantai koridor satu. Lagian lo abis ngapain? Airnya kok agak amis." Ujar Dirga karena semakin mencium bau amis ketika mendekati Audy. Refleks, Dirga menutup lubang hidungnya dengan tangannya.

"A-anu.. g-gue abis renang. Udah ya gue mau pulang. Lagian kan ada petugas kebersihan." Ujar Audy tanpa menoleh ke belakang dan semakin menundukkan kepalanya danmenarik tudung jaket semakin ke depan.

Dirga yang mendengar itu rasanya aneh. "Bukannya kolan renang ada di lantai tiga di atasnya gedung bulu tangkis? Arah lo bersebrangan."

Audy jadi menghentikan langkahnya lagi. Benar juga, jawabannya tidak masuk akal.

"Dan lagi, lo kalau habis latihan renang gak mungkin lo keluar dengan keadaan basah kuyup kan. Dan gak mungkin tetesan air itu keruh dan amis. Lo habis ngapain atau diapain?" Tanya Dirga yang sedikit tegas dan semakin menyusul posisi Audy yang berdiri dan terdiam.

Bibir Audy mulai bergetar, rasanya semakin dingin. Kepala juga jadi agak pusing karena sepertinya ia akan demam setelah ini.

"Kok gak jawab?" Tanya Dirga semakin menuntut jawaban dari Audy.

Audy menelan ludahnya agak sulit dan memilih melanjutkan langkahnya dengan cepat dan sedikit berlari kecil karena tulang betis kanannya masih sakit.

Grep!!

Tangan kanan Dirga berhasil menangkap bahu kiri Audy dan membalikkan badan Audy untuk menghadap dirinya. Sontak saja Dirga langsung menatap Audy dengan tatapan tak percaya setelah menyibak tudung jaket yang menutupi kepalanya.

Menampilkan rambut Audy yang basah kuyup dan ada tepung terigu yang lengket, juga ada kuning telur yang sudah bercampur tak karuan di kepala gadis cantik itu.

"L-lo kenapa?" Tanya Dirga yang terkejut dan merasa bersalah ketika sudah memaksa seorang gadis yang bahkan tidak ia kenali untuk meminta penjelasan hanya karena perihal tetesan air.

Kedua tangan Audy bergetar karena kedinginan. Mukanya pucat dan menatap Dirga dengan pandangan tak suka karena sudah membuka paksa tudung jaket yang ia kenakan. "APA-APAAN SIH!!" Pekik Audy dan menghentakkan kedua tangan Dirga yang masih memegang kedua bahunya.

Gadis itu memakai tudung jaketnya lagi dan membalikkan badan untuk melanjutkan langkahnya yang melemah. Sepertinya kulit kakinya yang ditendang Bianca tadi membiru.

Dirga yang tidak tega melihat seorang gadis itu berjalan dengan agak pincang jadi menyusul langkah Audy dengan pelan dan ingin membantu. Namun, tangan kiri Audy mendadak bertumpu pada dinding tembok belakang gedung basket. Merasakan kepalanya sangat pusing.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Dirga hati-hati.

Tidak mendapatkan jawaban dari gadis itu, Dirga malah melihat tubuh Audy luruh ke bawah. Audy pingsan.

*

Dirga berhasil membopong Audy ala bridal style dan ia letakkan tubuh Audy di balik pintu gerbang belakang sekolah. "Lo tunggu di sini ya. Gue ambil mobil gue dulu." Ujarnya pelan dan meninggalkan Audy dengan berlari sekencang mungkin.

Dirga tahu tujuan Audy melewati belakang gedung basket itu pasti ingin keluar lewat gerbang belakang sekolah karena penampilannya yang seperti itu. Dan kalau Dirga membopong gadis itu sampai gerbang depan dan menuju parkiran, sudah jelas akan menimbulkan banyak pasang mata yang melihat. Karena di jam segini masih banyak murid yang sedang melakukan ekstrakurikuler. Dan tentu saja kalau terlihat satpam, jelasnya ia dan gadis itu akan ditahan di ruang BK dan memanggil guru yang masih ada di tempat untuk diinterogasi apa yang sudah terjadi pada Audy.

***

Dengan gerakkan super perlahan dan lembut, Dirga membersihkan tangan Audy dengan air hangat. Tidak hanya tangan, wajah dan kaki Audy juga dibersihkannya secara perlahan dengan handuk kecil yang lembut.

Audy kini sudah terbaring di sofa panjang yang empuk dan beralaskan handuk panjang untuk meresap seragamnya yang masih basah.

Seorang wanita umur 50 tahunan itu menghampiri Dirga dengan membawa baskom air yang seukuran tampah. Lumayan lebar dan sedikit berat.

"Ah, maaf Bi.. aku gak bantuin bawa." Ujar Dirga kepada Rahmi, pembantunya.

Bi Rahmi itu mengangguk sopan dan meletakkan baskom itu di bawa samping sofa bagian bawah setelah Dirga menggeser meja kaca. "Nggak apa-apa. Udah tugasnya bibi atuh ini mah.." Ujar Bi Rahmi dengan logat bandungnya.

"Kalau gitu aku tinggal ke kamar ya Bi. Kalau sudah selesai kasih tahu."

"Baik den.." ucap Bi Rahmi dengan patuh. Memang Bi Rahmi ditugaskan Dirga untuk mengganti pakaian Audy dan mengeramasi rambut Audy. Hingga mengompres dahi Audy yang terasa demam sampai gadis itu bangun dalam keadaan yang sudah bersih nanti.

***