"i-Ini desa Velicia?"
Saat ini Divisi Pembasmi Monster telah sampai di desa yang dinamakan Velicia. Desa ini terlihat seperti hampir mati kapan saja, banyak bangunan yang reyot dan hampir roboh, serta penduduknya yang memiliki badan kurus hingga tulang-tulang mereka terlihat dari kulit mereka yang tipis.
Mata mereka kuning, seperti seorang yang kekurangan gizi. Namun mereka semua tetap mencoba tersenyum dan beraktivitas seperti biasanya. Tidak ada yang berputus asa, meski kondisi mereka cukup untuk bisa dibilang memprihatikan. Tetapi wajah mereka terlihat sangat cerah dan saling menyapa satu sama lain saat berjalan-jalan.
"Ayo jalan!"
Mendapat perintah dari Roseline, semua anggota Divisi mengangguk dan mengikuti kapten mereka dari belakang. Berjalan menelusuri desa, semua pandangan warga tertuju ke arah mereka.
Noir melihat, bahwa disisi kiri dan kanan jalan terdapat kios kios yang mendatangkan banyak makanan yang beragam. Ada mengepul dan masuk ke dalam hidung, hingga membuat seluruh anggota Divisi yang selama ini kelaparan menjadi tergoda.
Namun, mereka mencoba menahannya. Karena tempat pertama yang harus mereka cari adalah penginapan.
"Umm... Kenapa tatapan warga disini begitu tajam ke arah kita?" tanya Novi dengan heran.
Itu benar bahwa tatapan dari pada warga saat rombongan Roseline lewat sangat tidak menyenangkan. Mungkin penyebabnya adalah jubah Divisi yang sekarang mereka pakai, dengan begitu warga akan menganggap bahwa Divisi Roseline adalah bagian dari Kerajaan. Namun kenyataannya tidaklah begitu.
Karena minimnya informasi yang di dapat dari desa ini, Roseline bertanya kepada Marvis. Tetapi Marvis juga tidak tahu apa-apa mengenai desa ini, yang dia tahu bahwa desa ini merupakan rute terdekat setelah keluar dari hutan.
Dengan terpaksa, Roseline harus bertanya kepada penduduk desa setempat. Namun, saat dia mendekat, mereka segera menjaga jarak seolah-olah mengatakan 'jangan mendekat' dan itu cukup untuk membuat hati orang hancur.
"Tidak ada pilihan lain selain bergantung pada pedagang..."
Marvis mengatakan itu, lalu menghampiri salh satu kios yang ada di seberang jalan. Kios itu mendatangkan makanan yang mirip makanan di dunia Noir sebelumnya, yaitu sate. Tapi, ada sedikit perbedaan dengan sate yang dijual itu.
Karena batin Roseline masih tersiksa setelah di jauhi oleh penduduk desa, kini giliran Marvis yang mengambil alih pembicaraan. Dia menatap kepada paman penjual sate tersebut.
"Paman, kami beli 10 tusuk Cello!"
"Baiklah, ini akan membutuhkan waktu untuk memanggangnya. Jadi tunggulah.."
Salah satu teknik untuk mengorek informasi dari pedagang adalah, dengan memberi dagangannya dengan jumlah yang banyak. Ini juga tidak berbeda jauh dengan suap, tapi jika itu dapat memberikan informasi mengenai desa Velicia. Seharusnya tidak menjadi masalah.
Noir mengamati tindakan Marvis, tidak salah lagi bahwa orang tua ini memiliki skill dalam urusan bisnis. Jika saja ini adalah dunianya sebelumnya, Noir pasti akan membuatnya menjadi rekan bisnis.
Setelah menunggu hingga hampir 15 menit. Akhirnya sate yang bernama Cello itu matang. Marvis membaginya ke seluruh anggota Divisi dengan masing-masing orang memiliki dua tusuk Cello. Tentu saja setelah membayarnya.
Noir menatap sebentar sebelum memakannya, makanan ini terdiri dari daging, dan sayuran. Entah apa ini enak atau tidak, Noir belum mengetahuinya. Jadi ia mulai membuka mulutnya untuk memakan Cello tersebut.
"Hnng!"
Rasanya agak rumit, sepertinya bumbu pada Cello ini hanya menggunakan garam saja. Ini enak, karena rasa daging dan sayurnya masih berada dan lumer di mulut, garam hanya sebagai rasa tambahan saja. Noir jadi penasaran, apakah rempah-rempah sudah di temukan di dunia ini.
"Paman, aku ingin bertanya sesuatu padamu!"
"Aku mendengarkan..."
Marvis yang sudah terlebih dahulu menghabiskan makanannya mulia kembali ke tujuan. Paman itu juga memasang wajah serius, sepertinya dia juga sudah menduga bahwa ini akan terjadi seperti ini.
"Mengenai desa ini, apakah pemerintah Kerajaan tidak pernah memberi bala bantuan seperti sembako atau bantuan kepada para warga?" Marvis berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh orang lain.
"Seperti itulah, desa ini sudah ditelantarkan oleh pemerintah dalam kurun waktu tiga tahun lamanya. Aku, tidak. Kami semua sudha mencoba bertahan hidup dengan keras selama tiga tahun itu demi mencukupi kebutuhan sehari-hari kami. Karena desa kami berada di tengah hutan dan diluar jangkauan kerajaan, mungkin itulah penyebabnya kenapa pemerintah mulai membuang kami, mereka tidak ingin mengurangi jumlah kematian prajurit saat menuju ke desa ini dengan melewati hutan yang dipenuhi oleh banyak monster."
Paman itu menjawab dengan lirih pula, tapi di wajahnya terdapat rasa kekesalan yang luar biasa. Waktu tiga tahun itu sepertinya menjadi alasan kuat bagi mereka untuk membenci kerajaan, jika dibiarkan saja. Mungkin akan menimbulkan pemberontakan atau bahkan kudeta.
"Kebanyakan penduduk desa memiliki profesi sebagai petani. Tetapi, setiap malam. Kebun mereka selalu di serang oleh serigala hitam yang muncul dari bukit, penduduk desa juga sudah beberapa kali menghadang mereka agar tidak merusak kebun. Namun, jumlah mereka terlau banyak. Dan karena itu juga, banyak orang yang mati."
"..."
Setelah mendnegar itu, Marvis dan yang lainnya terdiam. Bingung harus menanggapi seperti apa, desa ini sudah memiliki kondisi yang sangat parah dan dapat roboh kapan saja jika penyerangan serigala hitam itu berlanjut. Terlebih lagi, ekonomi penduduk desa yang bertumpu pada tanam menanam, akan hancur seiring dengan waktu.
Roseline yang sedari tadi diam karena hatinya masih hancur, melangkah ke depan. Membelakangi Marvis dan yang lain.
"Kami akan membantu!"
"!!!"
Kalimat itu, membuat seluruh anggota Divisi terkejut terkecuali Noir yang masih diam di tempat mengamati keadaan. Ini memang sifatnya yang pendiam, dan hanya akan berbicara jika dibutuhkan, atau ada orang yang menanyakan tentang pendapatnya.
Lagipula, sifat baik gadis yang bernama Roseline ini sudah terlalu parah.
"K-Kapten! Kau yakin dengan apa yang kau katakan, bukan? Kita baru saja selamat dari Oceanoid Andrius, dan sekarang kita akan menghadapi maut lagi dengan menghadapi sekelompok serigala hitam dengan jumlah yang banyak? Jangan bercanda!" Marvis langsung menolak.
"Ini adalah keputusanku yang bulat, sebagai anggota Divisi Pembasmi Monster. Kalian tidak melupakan misi kita bukan? Kita harus mengatasi monster-monster yang mengganggu penduduk agar kerajaan ini lebih aman!" jawab Roseline
"Ugh..!! A-Aku mengerti"
Marvis langsung dibungkam. Tidak bisa menjawab karena memang itulah Divisi itu dibuat. Terlebih lagi, Roseline sudah banyak membantu mereka jadi tidak ada alasan untuk menolak permintaannya. Begitupun dengan Noir, meski ia ingin menghindari hal-hal yang berbahaya, sepertinya akan sulit di dunia pedang dan sihir ini.
"Ya, seperti inilah sifat kapten seharusnya. Seharusnya kita harus sudah terbiasa dengan sifatnya yang suka ikut campur dengan masalah orang lain!" Edward berkomentar dengan menaikkan kedua tangannya sejajar dengan dadanya.