Aku memutuskan untuk datang langsung ke Kantor Markas Besar Tentara Jepang setelah berbicara dengan direksi MANA setelah apel pagi. Aku merencanakan adanya aksi demonstrasi jika tuntutan kami tidak dipenuhi. Harus bisa.
"Saya Akihito Hashimoto, Kepala Mind Awareness National Agency ingin menghadap Jenderal Moriyama Panglima Besar Tentara Kerajaan Jepang. Saya suaminya mendiang Mana Tendou." ungkapku.
"Silahkan masuk!"
Aku mendengar suara dari dalam. Ternyata Jenderal Moriyama sudah menunggu di ruang tamu kantor. Jika dilihat dari depan mirip dengan Istana Negara Indonesia tapi sayangnya bukan Istana Negara Indonesia.
"Akihito-kun, silahkan masuk!" ujar Jenderal Moriyama.
Kami pun duduk di ruang tamu dengan sofa yang cukup mewah. Lampu diatas kami tergantung mewahnya. Seperti bukan markas besar.
Tak lama, aku pun langsung menjelaskan maksudku kesini mewakili MANA.
"Hormat pak! Kami ingin berdiskusi mengenai kerjasama dengan negara lain selain Jepang." ujarku.
"Kamu masih mempertanyakan kenapa saya menandatangani kontrak dengan Amerika Serikat?" tanya Jenderal.
"Benar pak. Sekarang kondisi jepang hampir porak poranda. Gedung yang tersisa hanya Laboratorium Awareness, Apartemen saya dan juga Markas Besar ini. Bahkan Istana Kerajaan kabarnya juga dipindahkan kesini. Kondisinya sudah bahaya pak." jelasku.
Aku mencoba menjelaskan agar dapat meyakinkan.
"Pak, kita juga sudah banyak kehilangan warga-warga yang diserang oleh Pemerintah Rusia pak. Apa tidak ada solusi terkait masalah ini pak? Kalau menurut hemat kami dari MANA, kami ingin Jepang kembali bekerjasama dengan Rusia pak." lanjutku.
"Begitu ya? Istrimu dan kamu sama-sama bodoh ternyata. Wajar saja. Istrimu seorang Akuntan dan kamu seorang Apoteker. Kalian tidak paham politik itu seperti apa..." jelas Jenderal Moriyama.
"Maksud bapak???" tanyaku heran.
"Saya dulu seorang Tentara yang berprofesi sampingan sebagai seorang guru. Saya melihat dengan kacamata saya bahwa bekerjasama dengan Amerika Serikat itu adalah menguntungkan. Amerika Serikat dengan banyak negara pendukung akan menang melawan Rusia yang berpaham Komunis. Jepang akan diuntungkan dari hal ini. Lalu ķita akan lakukan reformasi total dunia." lanjut Jenderal.
"Reformasi Total maksudnya apa ya pak?" tanyaku.
"Mempersatukan manusia dalam satu pemerintahan global. Kau akan kuajak ke komite 300. Kita akan mengobrol lebih banyak mengenai Tatanan Dunia Baru ini." jelas Jenderal Moriyama.
Aku ragu apakah akan ikut atau tidak. Tapi Mana memang memintaku untuk pergi menghadap komite 300 dan tidak membiarkan Jenderal Moriyama lari. Menurutku satu-satunya cara ialah setuju dengan mereka terlebih dahulu.
"Baik pak. Kami sangat ingin mengetahui mengenai tatanan dunia baru ini. Kami akan mencoba membuka pikiran kami dengan sesuatu yang baru ini." jawabku.
"Baiklah. Kita akan berangkat sekarang Komite 300 bermarkas tepat dibawah ruangan ini. kita akan masuk lewat pintu rahasia di bawah meja ini. Didalamnya ada tangga turun kebawah. Nanti kita akan bertemu beberapa anggota komite 300. Sisanya menyebar di seluruh dunia. Di Jepang ada 7 anggota Komite 300." jelas Jenderal Moriyama.
Menuju lorong bawah tanah, Pintunya dibukakan oleh Jenderal. Ku susuri lorong bawah tanah yang disekitar jalannya ada penerangan berupa lampu kecil berwarna putih dan kuning.
"Pak, memang komite 300 serahasia ini ya pak?" tanyaku.
"Kami memang rahasia. Kami bekerja dari sini untuk mengawasi Dunia dan setiap orang." ungkap Jenderal Moriyama.
Tak lama mengobrol. Kami pun sampai di suatu pintu. Pintu itu pun dibuka dengan aba-aba:
"ABRACADABRA!" seru Jenderal Moriyama.
Pintu itu terbuka seperti terbukanya pintu lift. Isi dalamnya lebih mirip ruang kontrol di MANA. Tapi lebih canggih dan dihiasi berbagai ornamen.
Ornamen yang terhias disekeliling adalah sebagai berikut:
Pertama ada Piramid terpampang di Meja Kerja. Lalu ada gambar mata satu di sekitar Lampu atas ruangan. Ketiga ada Patung Sapi atau Kerbau.
"Patung apa ini?" tanyaku.
"Ini adalah Baphomet. Baphomet adalah pembawa pesan Lucifer." jawab Jenderal Moriyama.
Semua ornamen ini aneh. Wajar saja Mana tidak setuju. Jangan-jangan ini terkait sihir...
Di meja rapat ternyata sudah hadir 5 orang...
Aku pun duduk di kursi yang tersedia.
Lalu Jenderal Moriyama duduk dan memulai kegiatan rapatnya.
"Salam Pembebasan! Hari ini rapat Komite 300 akan dibuka oleh Saya Norihiko Moriyama, Ketua Komite 300. Hari ini saya mengundang Akihito Hashimoto dari MANA untuk berdiskusi mengenai Tatanan Dunia Baru. Saya akan memperkenalkan partner di komite 300. Silahkan disebelah kanan saya memperkenalkan diri. Sampai kembali ke sebelah kiri saya." ujar Jenderal Moriyama.
Disebelah kanan saya adalah seorang yang berpakaian sama denganku. Dia rambutnya sedikit acak-acakan.
"Perkenalkan nama saya Yuuto Kasegawa. Support Commitee 300. Saya bekerja membantu Ahli Strategi Ryuuto Amagawa di sebelah kanan saya." ujar laki-laki bernama Yuuto.
"Perkenalkan nama saya Ryuuto Amagawa, Ahli Strategi Komite 300. Saya salah satu yang mendukung pendirian MANA. Tapi Akihito-kun tidak tahu. Saya dan Mana itu berteman baik." ujar laki-laki berambut lurus sedikit panjang ke bahu memakai pakaian seragam kantoran sama sepertiku.
"Baiklah. Perkenalkan nama saya Takeru. Saya Ahli dibidang Support Power. Saya ahli propaganda dan kampanye. Saya dipercaya oleh Jenderal Moriyama sebagai kaki tangan beliau. Terimakasih pak." ujar Takeru, laki-laki berambut pendek itu sambil membungkukkan badannya memberi hormat kepada Jenderal Moriyama.
Kedua orang berambut abu-abu ini aneh kelihatannya. Mereka tidak diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri.
Jenderal Moriyama memperkenalkan diri mereka.
"Mereka berdua adalah anak-anak saya. Sebelah kanan Takeru adalah Akihiko dan sebelah kanannya adalah Maya. Istri saya sudah meninggal dikarenakan serangan Bom JW Marriot ketika kami sedang berlibur di Jakarta, Indonesia." ungkap Jenderal Moriyama.
Mereka berdua berdiri dan memberi hormat kepada kami. Akihiko itu menurutku tidak jelas. Dia itu cowok atau cewek. Dia memakai baju cowok tetapi rambutnya seperti perempuan dan mukanya cukup manis jutek seperti apalah itu.
"Jenderal, izin interupsi! Akihiko itu perempuan atau laki-laki?" tanya Eiko heran.
"Akihiko itu dulunya berkelamin ganda. Namun, setelah 14 tahun organ reproduksi perempuan yang terlihat di USG. Maka kami melakukan transgender sehingga Akihiko itu perempuan tulen." ujar Jenderal.
Akihiko tiba-tiba berdiri dan menghampiriku. Dia pun membisikkan sesuatu.
"Aku ingin kamu sebentar saja ikut aku. Aku ingin berbicara sesuatu denganmu. Penting sekali." ujar Akihiko, "perempuan" berambut bergelombang itu.
Aku diajak untuk masuk kedalam ruangan dengan pintu terbuka. Lalu aku duduk.
Aku heran dengan semua ini. Kenapa Akihiko begitu agresif?
"Akihito-kun, rambutku yang bergelombang ini adalah wig. Rambut asliku hanya kamu yang tahu." ujar Akihiko.
Buat apa peduli dengan wig dia. Aneh memang ini anak.
Akihiko kemudian membuka wignya. Rambut aslinya ialah pendek berwarna hitam. Senyumannya pun memukauku sesaat. Ah! Kenapa aku malah terpukau?! Dia itu musuhku!
"Apa keinginanmu?" tanyaku.
"Akihito-kun... Aku akan tunggu kamu selesai regresi seluruh masa lalumu. Setelah kamu regresi di masa kamu bertemu Mana pertama kalinya, Tolong kembali ke dunia nyata dan temui aku. Sebelum itu setiap kali kamu kembali aku akan tahu dan aku akan ajak kamu bertarung hingga kamu tak bisa bertarung lagi." ungkap Akihiko.
"Akihito-kun. Aku lahir di tanggal 31 Mei 1997. Kita berdua lahir di tanggal dan bulan serta tahun yang sama. Aku merasa kamu adalah bagian dari diriku. Perlu kamu ketahui, aku adalah sahabat penanya Mana." lanjut Akihiko.
"Apa?! Sahabat Pena? Selama ini sahabat pena yang selalu berkirim surat kepada Mana adalah kamu Akihiko?" tanyaku kaget.
Aku teringat dengan perkataan Mana waktu itu.
-Flashback: 15 Mei 2022-
Aku sedang merapikan rumah sementara istriku sedang menulis surat untuk seseorang. Setelah selesai, aku pun menghampirinya meninggalkan sapu dengan debu yang terkumpul di lantai.
"Surat untuk sahabat penamu?" tanyaku.
"Betul! Aku sangat senang. Aku merasa didengar. Tapi ingatlah hati-hati dengan orang ini. Dia jahat tapi ada baiknya juga. Aku sangat ingin bertemu orang ini." ujar Mana.
"Kalau jahat kenapa kamu terus berinteraksi dengan dia?!" tanyaku marah.
"Sayang, nanti kamu akan tahu sendiri." jawab Mana sederhana.
Lalu, Mana pergi meninggalkanku...
-Flashback End-
Aku paham. Tapi kenapa dia?
"Akihito-kun, aku menyembah Lucifer. Aku ingin hidupku berubah." ungkap Akihiko.
"Kenapa kamu menyembah Lucifer? Kenapa kamu tidak berusaha sendiri dengan apapun yang ada dalam diri kamu? Kamu tahu kan bahwa bahkan setan pun tidak dapat menolong manusia kan?" tanyaku.
"Aku diberikan kehidupan oleh Lucifer. Aku adalah Animus Lucifer. Aku adalah Manifestasi Fisik Lucifer di kehidupan nyata. Jika kau berhasil mengalahkanku, Jantung dan Otakku akan musnah dimakan oleh Lucifer. Akan mati aku. Tapi aku akan mati secara terhormat..." jawab Akihiko.
"Kenapa kamu ingin Mati? Dan kenapa harus aku? Apakah ini semua rencanamu?!" tanyaku marah.
"Bukan! Tapi memang kau ditakdirkan untuk pergi ke tempat ini. Aku menyukaimu Akihito-kun, selama ini kemana kamu pergi aku mengintipmu. Aku tidak tahu tapi perasaanku seakan terkoneksi denganmu. Aku ingin selalu didekatmu Akihito-kun..." jawab Akihiko.
Entah kenapa perkataannya menenangkanku. Tapi kenapa dia sebagai musuh MANA malah seperti ini. Apakah ada udang dibalik batu? Atau apa?
"Kenapa kamu tidak keluar saja dari sini?" tanyaku.
"Aku dan Maya mengabdi pada Lucifer. Jika kamu berhasil melakukan regresi dan mengalahkan Lucifer di Alternative Dimension, maka aku akan mati. Itu adalah akhir hidup terbaik. Maya akan sadarkan diri kembali. Maya saat ini dikuasai Lucifer. Maya adalah Anima Lucifer. Ayahku mengorbankan kami berdua dengan perjanjian dan kontrak agar Ibuku bisa hidup kembali." jawab Akihiko.
Ibunya ya? Benar. Itu pertanyaan yang ada di kepalaku sampai saat ini...
"Aku sayang kamu Akihito-kun. Aku akan menunggumu." ujar Akihiko.
Akihiko kemudian memelukku dan mengelus rambutku...
Akihiko kemudian mengambil kembali wignya dan memakai wig itu kembali. Kami pun keluar dari kamar itu dan kembali ke ruang rapat...
Aku melihat Akihiko menatapku dengan tatapan yang sedikit mengancam. Aku tidak tahu maksud Akihiko tapi aku merasa ada dualisme kepribadian dalam dirinya.
Aku dan Akihiko kemudian duduk. Memang tempat duduk kami berdekatan. Kami duduk dimana Maya berada ditengah-tengah.
Maya pun bercakap-cakap denganku.
"Aku belum berkenalan denganmu. Sepertinya kakakku sudah kenal dirimu sebelumnya. Namaku Maya Morishima. Akihiko itu kakakku. Kami hanya berdua di keluarga selain ibu dan ayah, Jenderal Morishima." ujar Mana.
"Salam kenal Maya." balasku sederhana.
Maya Morishima adalah perempuan rambut pendek sedikit tidak rapi yang mirip dengan karakter Persona 3 - Aigis. Cuma bedanya adalah Maya warna rambutnya mirip seperti kakaknya. Sedang Aigis berwarna kuning.
Dari pembicaraan awal, dia tenang pembawaannya seperti tiada masalah. Padahal aku tahu bahwa dia sedang dikuasai. Tapi bagaimana???
Aku bingung, semua benar-benar diluar dugaan dan ini benar-benar jauh dari ekspektasiku. Selama ini Mana berkutat dengan hal-hal seaneh itu.
Tak lama aku merenung, Jenderal Moriyama memulai pemaparan ide.
"Baiklah jadi perencanaan pertama adalah, kita akan membangun replika istana di arab saudi di dekat markas besar tentara Jepang. Istana ini digunakan sebagai tempat beristirahat Sang Mata Satu. Lalu, kita akan bersama-sama bergerak untuk membumihanguskan Jepang sehingga penduduk yang tersisa adalah penduduk yang tunduk terhadap Lucifer dan Mata Satu. Perlu kalian ketahui bahwa sesuai rencana maka akulah si mata satu itu."
Apakah mungkin dengan penuturan jenderal sendiri meyakinkan bahwa ia adalah Dajjal? Keanehan yang tidak mungkin dipercaya. Dajjal kan datang menurut info dari arah timur tapi masa dari Jepang???
Entahlah semuanya tak dapat kumengerti. Aku hanya termenung mendengarkan penjelasan membosankan ini.
Setelah Jenderal selesai menjelaskan rencananya, aku pun memberikan pertanyaan.
"Bagaimana dengan orang-orang Jepang yang tidak berdosa? Tidak tahu apa-apa. Bukankah memaksa tunduk seseorang dibawah hukum yang mereka tidak tahu itu juga dosa?" tanyaku.
"Hidup itu harus memaksa agar mereka tahu. Karena Manusia itu sejatinya adalah bodoh dan tidak berpengetahuan. Ketika dipaksa maka otak akan berpikir dengan rasa takut sehingga menimbulkan rasa ketidakberdayaan sehingga mereka akan menurut dengan kita." jawab Jenderal Moriyama.
"Jikalau memang ingin persetujuan dari kami, kita akan bawa masalah ini ke Sidang Umum Dewan Keamanan PBB. Kita akan minta negara-negara berkumpul. Kebetulan besok adalah Sidang Umum di New York. Kita akan berangkat hari ini. Bagaimana Jenderal?" tanyaku balik ke Jenderal Moriyama.
"Kami setuju. Kita beres-beres. Kalian ikut kami di Pesawat Pribadi kami." ujar Jenderal.
"Hadirin sekalian direksi MANA atau Laboratorium of Awareness, Hari ini kita akan berkumpul untuk melaksanakan aksi unjuk rasa didepan markas besar tentara Jepang! Kita akan bawa spanduk-spanduk dan mengajak masyarakat untuk turut serta dalam kegiatan unjuk rasa kita! Kita akan coba yakinkan masyarakat akan keberadaan MANA dalam membantu Pemerintah Jepang memberantas gangguan mental dan ideologi kemanusiaan. Kita harus depak Illuminati dari negeri Jepang yang kita cintai seperti kata mendiang Mana Tendou sekaligus founding mother dari MANA:
Kita tidak bisa memberikan semuanya kepada bangsa. Tapi satu kontribusi yang kita lakukan adalah cukup untuk mengabdi pada bangsa!
Dengan ini saya, Hikari Kanbara perwakilan tim MANA memimpin aksi unjuk rasa dengan memulai long march dari Lapangan ini menuju ke Markas Besar Tentara Jepang. Kita berangkat!!!!"
Hikari? Aku melihat dari luar Jendela. Sesuai rencana.
Semua menyambut dengan tepuk tangan dan semboyan "Wake up!"
Wake up! Wake up! Wake up!
"Kami menuntut keadilan! Hentikan perjanjian dengan Amerika Serikat atau selain Tokyo akan menjadi sasaran selanjutnya! Jangan sampai kota lain bernasib sama dengan kota Tokyo kita tercinta ini! Wahai bedebah Jepang sadarlah dari tidur kalian!!!" seru provokator, siapa lagi kalau bukan Hikari.
"Apa-apaan ini Akihito-kun?!" seru Jenderal Moriyama.
Yang lainnya, Nana, Yuuki, dan direksi yang lain memegang spanduk dan berteriak Wake up! sampai tiga kali dengan sekeras mungkin.
"Aku tidak menginginkan apa-apa. Melanjutkan dari keinginan Mana. Hentikan perjanjian dengan Amerika Serikat!" seruku.
Jenderal mengerahkan pasukan. Menambah deret barisan pelindung gerbang.
Aku menodongkan pistol ke Jenderal Moriyama.
"Maaf Jenderal, sudah terlambat, Kantor sudah kami kepung, di sekeliling kantor sudah ada direksi kami. Anda tidak bisa keluar dari sini. Markas ini sedang dijalankan detonator bom."
"Apa?!"
"Tangkap mereka!" seru Jenderal Moriyama.
Terjadi baku tembak antara tim MANA dengan Serdadu Tentara Jepang
DOR! DOR!
"Teruskan perjuangan kami. Maafkan kami... Akihito-kun..."
Souji-senpai... Sakura-senpai...
Ayaka... Harumi... Manami?! Kou?!
Tersisa hanya Nana, Yuuki, dan Hikari serta beberapa puluh direksi seperti sedang berjihad.
DOR!
Aku...
---
Aku dibawa ke dalam pesawat pribadi bermerek Moriyama M-34 Bong 131-800.
Mataku terbuka dan melihat Akihiko disampingku. Jangan bergerak katanya, aku masih kena tembakan, nanti menimbulkan perdarahan.
"Akihito-kun, tahukah kamu mengenai perfect harmony?" tanya Akihiko.
"Apa itu?" tanya balik diriku yang benar-benar heran dengan istilah macam apa ini.
"Kamu lupa. Perfect Harmony adalah ketika semuanya sesuai dengan Kodrat Alam Semesta atau Hukum Alam. Ketika kamu sudah sadar, maka kamu akan menemukan perfect harmony." ujar Akihiko sambil terus memegang erat tanganku.
"Mana sebenarnya pernah bilang ke kamu soal Perfect Harmony tapi kamu lupa Akihito-kun. Mana selalu track apasaja yang dia lakukan kepadamu kepadaku via surat itu." lanjut Akihiko.
Apa?! Mana pernah bilang. Aku seharusnya ingat. Ayo ingat Akihito!
-Flashback: 14 Juni 2022-
Aku dan Mana sedang beres-beres rumah. Lumayan capek. Tak lama, Mana memanggilku.
"Sayang!"
Aku menghampirinya. Lalu, dia peluk aku sambil mengusap mukaku dengan lap muka.
"Kamu berhasil beres-beres hari ini. Lain kali kamu aja ya yang beres rumah. Aku duduk aja. Capek. Males bantuin kamu lagi. Biarin aja kamu capek. Yang penting aku bisa lap keringat di mukamu itu." ujar Mana panjang lebar.
Aku sontak heran dengan perilaku Mana yang aneh ini.
"Kamu dari dulu selalu bilang ini dasar aneh kamu!" seruku.
Mana tertawa sambil memelukku erat.
"Hei jangan terlalu erat! Aku gabisa napas sayang!!" seruku karena tidak bisa bernafas dengan normal.
Akhirnya dilepas. Huft lega juga.
"Sayang?" tanya Mana.
"I-Iya ada apa?" tanyaku.
"Aku ingin suatu saat bumi ini dalam perfect harmony." ujar Mana.
"Kenapa?" tanyaku.
Mana sepertinya serius dengan tatapan matanya yang tajam padaku. Mana...
"Sayang, apakah kamu ingin semua manusia damai tidak ada pertempuran?" tanya Mana.
"Kalau tidak ada pertempuran tidak seru Sayang. Tidak akan ada yang berusaha. Semuanya menerima enaknya saja." jawabku.
Mana memegang tanganku.
"Sayang, apakah kamu ingin semua manusia sesuai kodratnya?" tanya Mana.
"Betul. Itu yang kumau. Tidak terpengaruh oleh kekuasaan. Bersaing sehat. Bertarung sehat." jawabku.
"Menurutmu bagaimana caranya mencapai hal seperti itu di tengah kondisi masyarakat kita yang sesulit ini?" tanya Mana serius.
Tatapannya yang serius membuatku yakin ini bukan sekedar pertanyaan remehan. Ia menatap dengan melasan yang tak seperti biasanya. Aku yakin pasti ada maksud di balik perkataan Mana yang serius ini.
"Aku akan berusaha. Yang jelas memang hal ini harus diselesaikan. Kita harus membuat kesadaran masyarakat menjadi jauh lebih luas. Tidak sempit pemikirannya." jawabku.
Mana tersenyum dan membalas perkataanku dengan tatapan mata tajam.
"Akihito-kun suamiku, Ingatlah bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bahkan Perfect Harmony diciptakan sekarang juga bisa. Hanya saja kamu harus ubah idealismemu. Terkadang apa yang kamu pikirkan tidak mutlak sama seperti yang orang lain inginkan. Carilah Kebenaran Universal." ujar Mana.
"Apa itu Kebenaran Universal?" tanyaku.
"Kebenaran Universal adalah sesuatu kebenaran yang dapat diterima bahkan tumbuhan sekalipun. Kamu tidak boleh hidup hanya sekedar hidup" jawab Mana.
Tatapan mata tajam membuatku jadi yakin. Tapi aku heran, apakah Mana sudah menemukan hal itu?
"Apakah kamu sudah menemukan apa itu perfect harmony seumur hidupmu?" tanyaku.
Mana kemudian mundur sedikit kebelakang. Menyilangkan tangannya dan berkata.
"Sayang, aku belum pernah mendapatkan perfect harmony itu seumur hidupku." jawab Mana.
"Aku pun menginginkan hal itu ketika bersamamu. Aku tidak tahu kenapa tapi kamu sebenarnya bisa." lanjut Mana sambil sedikit memutar ke arah belakang.
Aku melihat Mana mempunyai keinginan yang dalam terhadap Perfect Harmony. Tapi perfect harmony seperti apa? Aku pun tidak paham dengan hal-hal ini. Mana kemudian berbalik menatapku.
"Suamiku, aku sudah percaya kamu bertahun-tahun dan aku yakin kamu pasti bisa." ujar Mana sambil berbalik menatapku dengan penuh percaya diri.
"Aku mau bertanya. Kenapa kau tahu semua ini? Sedangkan kamu juga baru bertemu aku kurang lebih 6 tahun yang lalu?" tanyaku heran.
Mana kemudian sedikit menatap kebawah. Mukanya terlihat serius. Ia pun berbicara padaku.
"Aki, tolong hentikan rencana jahat Illuminati dan Komite 300. Ini adalah permintaanku yang paling besar seumur hidupku. Aku tidak mau warga jepang ikut-ikutan perang dunia ketiga. Terperangkap diantara dua kubu. Aku tidak mau." ujar Mana lugas.
"Kumohon suamiku. Ini mungkin permintaan terbesarku yang terakhir. Jadi kumohon." lanjut Mana.
Tidak mungkin ini bukan tanpa sebab. Pasti ada suatu hal terjadi. Atau nanti. Tapi apa?
"Mana, perfect harmony seperti apa yang kamu inginkan?" tanyaku.
"Perfect Harmony yang kamu inginkan adalah yang aku inginkan." jawab Mana.
Mana kemudian memelukku. Ia terisak memohon kepadaku. Aku kaget. Hanya bisa terdiam.
"Aki, kamu harus tegas menghadapi Komite 300 sepeninggalku nanti." ujar Mana.
"Ngomong macam apa kamu?! Jangan gitulah. Aku juga gamau kamu mati!" jawabku kaget.
Kekagetanku kemudian membuatku lupa bahwa tangan Mana sudah menyentuh pipiku dari beberapa detik yang lalu.
"Aku mohon." pinta Mana.
Aku teringat dengan perkataan mantanku. Iya, Mantanku. Ayaka. Ayaka Takanakazaki.
Ayaka pernah bilang kepadaku ketika kami bertemu di sekitar sekolahnya tahun 2013 yang lalu.
"Aku harap ini yang terakhir ya. Kamu itu punya kelemahan. Kamu itu kurang tegas. Bisa ga sih kamu tegas?!" seru Ayaka.
"Bagaimana tegas?" tanyaku.
"Kamu cari sendiri caranya tapi kamu harus tegas!" ujar Ayaka.
Ayaka pun meninggalkanku sendiri.
Aku kenapa ya jadi flashback terus?! Ah sudahlah. Nah, aku juga teringat lagi dengan perkataan mantanku, Harumi Nakamura.
Aku dan Harumi bertemu di tahun 2013 setelah aku berpisah dengan Ayaka. Aku lama berhubungan dengan Harumi hingga kurang lebih 10 bulan sampai aku bertemu dengan Manami...
Aku berjalan-jalan dengan Harumi pada suatu malam beberapa bulan setelah kejadian itu. Tepatnya November 2013. Masa awal kami berhubungan.
"Aki-kun. Kamu ga istirahat? Nemenin aku terus," tanya Harumi.
"Aku gabisa tidur," jawabku.
Mana tersenyum dan berkata padaku.
"Aki, jangan pernah hidupmu hanya menyenangkan orang lain sehingga kamu melupakan diri sendiri. Akibatnya kamu selalu menjadi tersisihkan oleh hidup. Terkadang kamu harus egois agar kamu bisa diterima disuatu lingkungan. Kamu harus tunjukkan eksistensimu. Aku berjanji akan berusaha keras agar aku bisa diterima di Perguruan Tinggi terbaik dan dapatkan beasiswa serta bahagiakan orangtuaku serta... kamu... Aki-kun," ungkap Harumi.
Aku mendengar dan mencoba memahami perkataan mereka. Tiba-tiba pikiranku melayang dan flashback terjadi. Aku ingat sesuatu. Manami?! Manami!!!!
Iya, Manami Takahi, Tunanganku yang gagal waktu itu. Aku masih ingat momen bersama dia.
Waktu itu kami sedang berada di dalam ruangan. Kami pun mengobrol soal keberlanjutan tulisanku. Dia tiba-tiba bahas hal ini dengan muka yang menyayangkan.
"Aki-kun, kamu itu terlalu mudah percaya dengan orang lain sehingga kamu jadi diperalat oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Kamu itu masih seperti kanak-kanak jadi tidak dianggap dewasa oleh orang tuamu. Bahkan kamu tidak punya power di keluargamu padahal kamu anak satu-satunya laki-laki," ujar Manami.
"Tapi... Kamu masih punya waktu banyak buat berbenah. Terima kasih sudah bersamaku selama ini. Aku bahkan tidak pernah menyangka kita bisa sejauh ini. Aku sayang kamu. Aku sayang kamu apa adanya kamu. Mau kamu bagaimanapun aku tidak benci. Kebahagiaanmu adalah alasanku tetap berada disini," ujar Manami dengan senyum lebar.
Tatapan Manami seolah mengisyaratkan bahwa Manami percaya denganku. Tatapan ini adalah tatapan yang saat ini aku dapatkan dari Mana. Tapi sungguh perpisahan yang menyakitkan. Aku tak bisa lupa...
Aku juga teringat dengan perkataan Adek kelasku, Yuuki Akari. Yuuki... Yuuki...
Aku...
Aku...
Yuuki aku...
Ah!!
Aku tidak apa-apa
Aku baik-baik saja.
Aku dan Yuuki dekat dan memutuskan untuk berhubungan setelah lost contact dari Manami. Suatu hari di tahun 2015, kita bertemu untuk pertama kalinya dan jalan bersama.
Yuuki kemudian berhenti di suatu tempat malam itu. Lapangan kosong. Lalu dia bilang sesuatu kepadaku.
"Kak, kakak harus kuat. Kakak bisa menghadapi semuanya. Jangan pernah pantang menyerah atau bahkan mengeluh. Aku dari kecil sudah biasa diajarkan mandiri maka kakak harus cari sendiri semua caranya!" seru Yuuki.
"Jika kakak memutuskan untuk mengakhiri hidup kakak, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu kak. Camkan itu baik-baik!!" lanjut Yuuki.
Yuuki terlihat mengerutkan alisnya dan mengigit giginya dengan cukup kencang seraya menatap tajam diriku.
"Dan satu lagi, jika kau khianati aku. Aku berjanji aku akan jadi orang yang berbeda dari yang kamu tahu! Ingat itu!" lanjut Yuuki.
Kepalaku!!!!
Ah!!!!!!
Aku tak mau ingat lagi semuanya!!
Tapi aku ingat dengan tanpa sadar. Nana... Nana Zen!
Aku sangat bersalah padamu...
Setelah masalah dengan Yuuki, maka aku pun menjalin hubungan dengan Nana Zen, mahasiswa manajemen yang juga suka bermain taekwondo. Dia juga penulis handal.
Waktu itu kami sedang berjalan bersama, tepatnya pada 13 Agustus 2016. Sore itu, kami berjalan-jalan untuk menyegarkan otak. Kemudian kami berdua berhenti di jembatan. Lalu, tiba-tiba Nana menatapku serius dan bilang kepadaku.
"Aki... Aku benci kamu dengan urusanmu bersama Eiko itu. Kamu tahu? Disaat aku menunggumu kamu malah main mata sama dia. Payah. Kamu lupa?" tanya Nana dengan nada yang sedikit tinggi.
Aku terdiam.
Nana kemudian tersenyum dan berkata
"Aku lebih paham kamu itu siapa Akihito-kun. Aku paham kamu, paham mimpimu, dan ingat aku bukan membatasimu, tapi yang jelas ide yang kamu pikirkan itu suatu logika yang tidak mungkin ada bagi perempuan yang masih normal. Semua perempuan ingin dinomorsatukan. Ingat, kamu harus lindungi aku. Aku adalah teman hidup kamu dan kamu harus lindungi aku. Jikalau nanti akhirnya bukan bersamaku, maka kamu harus lindungi dia," ujar Nana.
Nana...
Hubungan kami walau tidak secara khusus lagi tapi masih tetap baik.
Kepalaku tiba-tiba hilang rasa sakitnya dan aku kembali sadar. Mana masih berada disisiku.
"Aki, ayo kita siap-siap. Kan kita mau belanja di minimarket," ujar Mana.
"Oke kita bergegas," ujarku.
Dan aku ingat, disitulah awal penderitaanku dimulai.
TO BE CONTINUED