Cicil diam menatap layar handphonenya dengan gusar, di layar tersebut tertulis nama Aa Riki, nomer yang belum mampu Cicil hapus. Nomer yang selalu Cicil harapkan meneleponnya dan menanyakan kabarnya.
"Bu.." panggil Tisa dari balik pintu.
"Iya," jawab Cicil sambil mendongkahkan kepalanya dan mendapati Tisa dan Albert. "Oh, hai Albert, makan siang hari ini ?" tanya Cicil.
"Iya, Babe ayo. Kamu mau makan apa ? Sushi ?" tanya Albert sambil masuk kedalam ruangan kerja Cicil dan menutup pintunya setelah Tisa meningalkan mereka berdua di ruangan kerja Cicil.
"Apapun, aku lapar," dusta Cicil sambil menatap Albert hampa.
"Are you oke ?" tanya Albert bingung, kenapa lagi kekasihnya ini, apakah...
"Babe, kamu lemes gini. Kamu hamil ?" tanya Albert tiba-tiba. Pertanyaan Albert membuat Cicil tergelak.
"Ngak, jangan ngaco," ujar Cicil sambil membawa tasnya kemudian berjalan disisi Albert tanpa bersentuhan.
Cicil sama sekali tidak mau bersentuhan terlalu dekat dengan Albert, tidak ada dalam kamusnha untuk bergelantung manja dilengan Albert.
"Gimana kalau kita ke Dokter, kalau kamu hamil aku bisa nikahin kamu 'kan," ujar Albert sambil tersenyum penuh arti. Akhirnya dia bisa menikahi Cicil juga.
"Jangan ngaco, aku minum pil KB Albert, aku ngak sebodoh dan setolol itu," ujar Cicil sambil berjalan didepan Albert.
Albert hanya bisa tersenyum simpul, butuh banyak kesabaran untuk menghadapi Cicil. Untuk mendapatkannya saja Albert harus jumpalitan apalagi untuk mempertahankannya Albert benar-benar harus berusaha mati-matian.
•••
Albert dan Cicil makan direstoran Jepang dengan tenang, Cicil memilik memakan salad salmon dengan saos wijen kesukaannya.
"Gimana tadi, lancar ? Restoran mana yang menang ?" tanya Albert sambil mengelus paha Cicil dibalik meja.
Cicil dengan cepat menepis tangan Albert dengan kesal, otak Albert hanya dipenuhi dengan hal-hal mesum. Cicil sampai muak memenuhi keinginannya untuk melakukan transfusi darah putih. Andai bukan karena perusahaannya membutuhkan sokongan dana dari keluarga Albert mana sudi Cicil berhubungan dengan dirinya.
Cicil dijual ? Oh tentu saja, Papihnya yang gila kedudukan dan harta akan melakukan apa saja untuk mempertahankan perusahaannya. Apa yang bisa dilakukan akan dilakukan sampai tega menjual Cicil. Tidak sepenuhnya menjual hanya meminta Cicil berpacaran dengan Albert. Cicil yang sudah tidak peduli dengan tubuhnya hanya bisa mengiyakan, persetan dengan kebahagiaan, dia sudah tidak percaya akan cinta lagi.
"Ouchh why you so rude, Babes?" ujar Albert sambil mencium tangannya dan menatap Cicil dengan tatapan memuja.
Cicil hanya melengos, bodo amat lah dia mau diangap wanita judes. Dia muak dengan Albert.
"Pak Albert..."
Suara yang sangat Cicil rindukan tiba-tiba terdengar dikuping Cicil. Suara yang pernah menemaninya selama 3 minggu terindah dalam hidupnya.
"Ah Riki, apa kabar. Sedang apa disini ?" tanya Albert pada Riki.
"Baik, Bapak sedang apa disini ?" tanya Riki kemudian mengalihkan pandangannya pada seseorang disamping Albert, mata Riki langsung terkunci pada wanita cantik disebelah Albert.
'Neng Cicil...' batin Riki sambil menatap wanita yang sampai detik ini masih sering menghampirinya didalam mimpi-mimpinya.
"Kenalkan ini Cicil Bouw, pacar saya," ujar Albert sambil merangkul Cicil dengan mesra.
Nyuuttttt.....
Hati Riki langsung seperti tersayat, demi apapun hatinya sakit. Rasanya semesta benar-benar memberikan karma untuknya yang sudah meningalkan Cicil dulu.
"Hai Riki, apa kabar ?" tanya Cicil sambil tersenyum manis mencoba untuk tegar dan berhasil, tidak satupun dari Albert atau Riki yang sadar bahwa Cicil sedang berjuang menahan air matanya.
Cinta sialannya bersama Riki masih Cicil rasakan, cinta manis namun menyakitkan. Riki lelaki kampung sialan dari Citeko yang berbeda status sosial dengannya, Riki lelaki yang mampu membuat Cicil jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, namun dengan kejamnya Riki meningalkannya karena kepengecutannya.
"Hai Cil, kabar baik. Sudah lama yah kita ngak ketemu udah ada hampir 1 tahun, semenjak Iis dan Juan menikah," ujar Riki mengatakan kapan terakhir kali mereka bertemu.
"Iya..."
"Wow, bentar kalian berdua kenal ? Kamu kenal Juan Wijaya mantan tunangan Cicil ?" tanya Albert bingung.
"Iya, kebetulan istri Juan sahabat Adik saya Taca dan Adik saya menikah dengan Adipati Berutti," ujar Riki menjelaskan mengapa Cicil dan dirinya bisa bertemu.
"Wow, dunia sempit yah, bener ngak Babe ?" tanya Albert sambil mencium pipi Cicil cepat.
Nyutttttt
'Sialan kenapa lagi ini, sakit banget...!' maki Riki didalam hati. Astaga, hatinya benar-benar sakit melihat kemesraan Cicil dan Albert. Rasanya ingin sekali Riki menarik Cicil dari sana dan memeluknya denga erat.
"Iya sempit banget," jawab Cicil pendek sambil menyuapkan salmonnya kedalam mulutnya.
"Ah, duduk dulu Riki, aku kekamar mandi dulu yah, Babe," ujar Albert sambil beranjak dari duduknya meninggalkan Cicil dan Riki.
Setelah kepergian Albert, Cicil melihat Riki dengan tatapan tajam, seandainya tatapan Cicil bisa membunuh, mungkin saat ini Riki tinggal nama.
"Sehat, Neng ?" tanya Riki pada Cicil, Riki memanggil Cicil dengan panggilan kesayangannya dulu.
"Sehat, masih hidup walau kesiksa," jawab Cicil ketus sambil menyuapkan kembali salmonnya.
"Kesiksa gimana, Neng ?" tanya Riki bingung, dilihat dari sudut manapun Cicil saat ini tidak ada tersiksa-tersiksanya sama sekali. Cicil tampak sehat walafiat, tidak ada kekurangan apapun.
"Apa urusannya sama kamu ? Emang kamu peduli ?" tanya Cicil ketus, semenjak Cicil ditingalkan oleh Riki, Cicil berubah menjadi wanita yang ketus dan judes.
"Maaf..."
"Maaf terus, emang kamu tau salah kamu apa ? Udahlah udah setahun juga, udah lalu. Ngak udah diomongin," ujar Cicil sambil melempar sendoknya.
"Setahun, 2 bulan 10 hari..." ujar Riki demi apapun Riki mengingat dengan jelas sudah berapa lama mereka berpisah.
Cicil langsung menatap Riki, ada rasa kaget saat mengetahui bahwa Riki masih mengingat semuanya.
"Maaf, Maaf Aa terlalu pengecut untuk memperjuangkan kamu, Cil. Maaf Aa terlalu takut untuk masuk kedunia kamu yang penuh kemewahan. Maaf..."
Cicil diam ada rasa kesal didadanya, rasanya dia ingin mengebrak meja dan menampar Riki dengan tangannya.
"Aku cuman ngak mau kamu sengsara, kamu dari lahir sudah bergelimang harta. Kalau kamu sama aku, aku ngak bakal mampu untuk memenuhi kebutuhan kamu. Kamu terlalu sempurna buat aku, Cil" ujar Riki sambil menatap manik mata coklat Cicil.
Cicil langsung membalas menatap mata Riki, "Kamu pengecut Riki Trina..!?"
Cicil langsung beranjak dari duduknya kemudian mengambil tas dan pergi meninggalkan Riki yang hanya bisa menatap Cicil dengan tatapan hampa.
•••
Hai, perkenalkan saya Kaka gallon.
Moga semua suka dengan karya saya yah...
Untuk lebih kenal dengan Kaka gallon silahkan add instagram Kaka Gallon
storyby_gallon
Maaf kalau ada typo, selamat membaca dan jangan lupa komen 😘