Ken memang tidak dikenali karena keadaannya yang mabuk serta rambut dan pakaian yang berantakan. Di tambah lagi dengan wajah yang memar karena pukulan laki – laki yang membela gadis tadi. Memang laki – laki tadi langsung memukul Ken tanpa melihat dulu siapa yang menjatuhkan adiknya.
"Gleg..."
Dengan susah payah ia menelan salivanya. Semua orang yang berada di club tersebut tertunduk takut, tak terkecuali orang yang pertama kali memukul, gadis penggoda dan pemilik club tersebut.
Ken dengan segera menghempaskan dua orang laki – laki yang memegang kedua tangannya. "Sudah ku katakana tadi. Kalian memang sudah bosan hidup."
Pemilik club berlari mendekati Ken. "Tuan Ken," tegur pemilik club tersebut. Kemudian beralih pada Zae, "Sekertaris Zae." Wajahnya menunduk pucat. "Maafkan atas keteledoran kami."
Zae yang memapah Ken hanya diam. Dia menunggu jawaban dari Ken. "Segera urus penutupan club ini dan dia.." Ken menujuk gadis yang menggodanya. "Dia.. Dia... Dia.. Dia dan Dia. Urus semua, mereka sudah bosan hidup di bumi." Ucap Ken menunjuk orang – orang yang memukulnya dengan mata yang sudah hampir menutup karena mabuk berat dan pukulan oleh orang – orang tersebut.
Ken segera melepaskan tangannya dari Zae. Ia berjalan keluar sendirian, orang – orang yang dilewati oleh Ken pun menunduk ketakutan, sekaligus tuduk hormat.
Zae paham betul apa yang harus ia lakukan. Meskipun sang pemilik club berlutut memohon meminta agar tidak menutup clubnya namun Zae tak bergeming. Apalagi tikus – tikus curut yang memukul Ken termasuk gadis yang menggodanya langsung di urus oleh para pengawal yang dibawa Zae dari rumah tadi.
Zae segera menyusul Ken yang sudah berada di samping kursi kemudi. Matanya terpejam, dia memang benar-benar sedang mabuk berat.
"Apa yang kau lakukan Ken ?" tanya Zae sambil memasangkan safety belt Ken.
"Aku tidak suka dengan gadis penggoda. Aku tidak sudi disentuh olehnya." Jawab Ken dengan kedua matanya yang tertutup sempurna.
"Lalu kenapa kau harus memukulnya ? Kau jangan bikin masalah Ken." Tegur Zae kembali tanpa menatap Ken. Dia memilih fokus dengan kemudinya agar lekas sampai di mansion.
"Dia yang memukulku ? Dimana salahku ? Wanita jalangg." Ken masih saja mengumpat.
"Aku sudah katakan berkali-kali padamu, jangan pergi ke club sendirian. Itu akan merusak citramu, kau tahu bagaimana nantinya kalau tadi ada yang mengambil gambarmu dan masalahmu tadi akan menjadi pemberitaan ??"
Ken tidak bergeming. Dia sudah tertidur pulas. Zae lagi-lagi dibuat pusing olehnya. Belum masalah Lisa dan sekarang ditambah lagi dengan masalah Ken yang seakan tidak ada habisnya.
Di mansion milik Ken, Lisa masih terjaga. Ada sedikit perasaan menyesal karena sudah berbuat kasar kepada Ken, namun di sisi lain dia juga tidak mau ternodai oleh laki-laki Casanova tresebut.
Berulang kali Lisa mondar-mandir menunggu kehadiran Ken. Sesekali merebahkan tubuhnya ke sofa, namun sudah hampir tengah malam Ken tak kunjung datang.
Rumah sudah sepi, tidak ada yang berjaga selain para pengawal dan security. Kepala pelayan Rusli, paman Li juga ikut berjaga menunggu kehadiran Tuannya. Duduk di ruang tamu, sesekali kepalanya hampir terjatuh karena kantuk yang menganggu.
Klakson mobil berbunyi. Paman Li bergegas bangun dan membuka matanya dengan sempurna. Membuka matanya sempurna dan siap membukakan pintu untuk Tuannya tersebut.
"Selamat Malam Tuan ?" tegur pama Li pada Ken yang berjalan sambil dipapah oleh Zae.
Paman Li langsung mengambil posisi di sebelah kanan membantu Zae memapah Tuannya. "Sekretaris Zae, ada apa dengan Tuan Ken ?" Tanya paman Li cemas.
"Dia mabuk dan dipukuli orang." Jawab Zae santai.
"Astaga, memangnya kemana pengawal Jony. Kenapa tidak ikut dengannya ?" Tanya paman Li lagi, tapi Zae hanya menaikkan bahunya tanda tidak tahu.
Mereka menaiki lift ke lantai tiga dan mengetuk kamarnya. Tak lama Lisa yang masih terjaga itu membukakan pintu mereka.
"Paman Li, Zae. Ada apa dengan Tuan?" Tanya Lisa yang sama juga ikut panik.
Zae tidak menjawab dan langsung merebahkan Ken di ranjang empuknya. "Paman mari keluar, sudah ada istrinya. Biar dia yang mengurus Ken." Ajak Zae pada paman Li.
"Tapi Zae.." Lisa berusaha menolaknya.
"Jadilah istri yang taat pada suami." Ucapan Zae yang langsung dapat membungkam Lisa.
Mereka benar-benar pergi meninggalkan Lisa dan Ken di dalam kamar mewah dan luas itu. Ini semua sengaja dilakukan oleh Zae agar Lisa bisa mengubah sikap Ken tersebut.
Lisa berjalan mendekati Ken yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Dia duduk di tepian ranjang dan menatap lekat wajah Ken. Wajahnya babak belur sementara tubuhnya bau alkohol, serta bau beberapa jenis parfum wanita.
"Dasar laki-laki Casanova. Kau sungguh menjijikan." Ucap kesal Lisa.
Tak selang lama pintu kamar tersebut kembali terketuk. Paman Li datang membawa kotak es batu untuk mengompres Ken.
"Ini untuk mengompres luka Tuan, Nona." Paman Li menyodorkan es batu dalam baskom tersebut.
Lisa menerimanya. "Terimakasih paman," tersenyum. "Apa aku bisa meminta tolong?" tanya Lisa lagi.
Paman Li mengangguk dan tersenyum. "Apa Nona, saya pasti akan membantu sebisa mungkin."
"Tolong gantikan pakaian Tuan Ken." Lirih Lisa.
"Baik Nona," paman Li mengangguk dan menundukkan kepalanya. Dengan cekatan ia mengambil salah satu piyama yang ada di walk in closet dan segera menggantikan Ken pakaian.
Lisa memalingkan wajahnya agar matanya yang suci tersebut tidak ternodai. Tak perlu menunggu lama, Ken sudah berganti dengan piyama. Paman Li sangat cekatan karena memang sering melakukannya.
"Sudah Nona," Lisa membalikkan tubuhnya dan sekilas melirik Ken yang sudah berpakaian sempurna. "Lain kali Nona harus menghafalkan letak-letak pakaian Tuan dan harus bisa menggantikan pakaian Tuan. Karena ini adalah terakhir kalinya saya membantu Nona." Ucap paman Li.
"Tapi paman, saya.." ucapan Lisa langsung dihentikan oleh paman Li.
"Maaf Nona, ini sudah malam. Tugas saya sudah selesai, saya akan permisi untuk berisirahat." Tanpa menunggu jawaban dari Lisa, paman Li segera keluar, tak lupa menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat.
Lisa masih tidak habis pikir dengan sumua ini. Semua orang menyuruhnya melayani Ken, padahal Lisa sangat membencinya.
Perlahan Lisa mengompres luka-luka di wajah Ken. Sambil sesekali menggerutu kesal. "Kau ini laki-laki menyusahkan dan tidak tahu diri. Dasar pria Casanova." Lirih Lisa.
Ken sebenarnya mendengarkannya tapi dia tidak membuka matanya dan tersenyum smirk tanpa sepengetahuan Lisa.
"Akan ku pastikan kau menyesal karena sudah menolakku." Batin Ken.
Flash Back On
Zae sengaja meninggalkan Lisa dan Ken agar Lisa merawatnya. Dia turun ke lantai dua melalui tangga bersama dengan paman Li. Sebelum ia masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua, dia sempat berpesan kepada paman Li.
"Paman, biarkan Lisa yang merawat dan melayani Ken. Jangan lagi membantu Lisa, selain membawakan makanan ke kamar." Ucap Zae.
"Baik sekretaris Zae," paman Li menunduk sebagai rasa hormat.
"Ambilkan es batu untuk mengompres Ken dan ingat ini adalah terakhir kalinya paman membantu Lisa. Kalau paman sudah paham aku akan beristirahat."
"Baik saya paham. Selamat malam sekretaris Zae."
Paman Li menunggu Zae masuk ke kamarnya dan setelah benar – benar masuk ia ke dapur untuk mengambilkan es batu kepada Lisa.
Flash back off.
Bersambung