Shania sedang membuka bingkisan kado dan hadiah yang didapatnya dari sebagian tamu undangan,barang barang seserahan dari keluarga Syauqi pun belum ada yang dia sentuh.Syauqi memanggil adik iparnya Shakila agar membantu Shania membuka bingkisan bingkisan tersebut.Sedangkan dia sendiri berada diruang tengah sedang berbicara dengan bapak mertuanya.
"Nak Syauqi,tolong bimbing Shania ya? anak itu masih terlalu polos dan manja,dia belum pandai mengurus rumah tangga"
keluh pak Amir kepada menantunya.
"Insya Allah pak....saya akan membimbing
Shania,dia adalah gadis yang baik,dapat menyesuaikan diri dengan cepat"jawab Syauqi meyakinkan mertuanya.
"Oh ya pak,mohon izinnya!besok kami akan berangkat ke Bali untuk beberapa hari,
apakah bapak mau ikut?"ajak Syauqi
"Silahkan nak...!kamu boleh membawanya kemanapun,Shania sudah menjadi milikmu seutuhnya.Maaf,bapak tidak bisa ikut nak!
Shakila masih sekolah dan bapak pun harus mengajar,belum ada hari libur"pak Amir menolak dengan halus ajakan syauqi.
Setelah berbicara dengan pak Amir,Syauqi kembali masuk kekamar,Shania melirik suaminya yang sedang tersenyum dengan wajah bersinar.Mata mereka saling bersitatap mesra untuk beberapa detik,
Shakila yang melihat interaksi keduanya pun berdehem mengagetkan keduanya.
"Ehmm....biasa saja dong!"goda Shakila Shania tampak kikuk dihadapan adiknya yang ceriwis itu,keduanya terdiam malu.
Shania kembali membuka bingkisan yang masih dipegangnya,lalu Syauqi mendekati
dirinya dan membantu kakak beradik itu untuk membuka sebagian bingkisan yang masih terbungkus utuh.Tidak memakan waktu yang terlalu lama,semua bingkisan bingkisan itu sudah terbuka semua dan tertata dengan rapi.Bingkisan tersebut berisi aneka ragam barang,seperti sepatu,
jam tangan,tas,mukena,handuk,selimut,rok dan gaun,baju tidur serta pakaian dalam.
Shania menyuruh Shakila memilih barang yang diinginkannya dari bingkisan itu,yang
langsung disetujui oleh Syauqi.
Shakila memilih jam tangan dan tas untuk dipakainya pada acara perpisahan sekolah
menengah pertama,hatinya sangat senang mendapatkan hadiah dari kakaknya yang baik hati itu.Shakila segera berlalu keluar dari kamar Shania membawa kedua barang tersebut dengan riang gembira.
Syauqi merebahkan kepalanya di pangkuan Shania,tangannya membelai wajah ayu dan
lugu itu dengan mesra.Paras wajah Shania bersemu merah,perlakuan Syauqi membuat jantungnya berdebar tak menentu.
"Shania,besok kita akan pergi ke suatu tempat,bersiaplah!"ucap Syauqi serius
"Mau kemana kak?tanya Shania bingung.
"Ada deh.....rahasia dong!"goda Syauqi
"Kak Syauqi,tidak asyik deh!pakai rahasia segala....!"Shania merajuk
"Kita akan berasyik ria sayang!Bawalah baju secukupnya"Syauqi menjawil hidung Shania yang bangir itu.Syauqi tidak ingin rencana bulan madunya dengan Shania direpotkan dengan barang bawaan,maka
dari itu Syauqi meminta Shania membawa
barang seperlunya.Mereka bisa membeli di Bali nanti jikalau memang masih ada yang diperlukan.Syauqi akan membeli satu buah koper untuk Shania sesampainya mereka di bandara nanti,agar Shania dapat memilih sendiri sesuai dengan seleranya.
Shania menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya itu,meskipun dalam hatinya masih bertanya tanya akan pergi kemana mereka besok pagi.Shania mengambil tiga stel pakaian lengkap dengan kerudungnya,
tiga buah baju tidur,mukena dan sejadah kecil serta underwear set secukupnya saja. Shania juga membawa tiga stel pakaian Syauqi,tiga stel piyama dan kain sarung.
Semua barang tersebut akan dimasukkan kedalam satu koper sedang milik Syauqi.
Syauqi tersenyum memperhatikan Shania yang sibuk menyusun pakaiannya didalam koper,lalu membongkarnya berulangkali. Syauqi membantu istrinya menata pakaian dalam koper itu dan mengajarkan Shania cara yang lebih praktis menyusun pakaian pakaian tersebut,dengan mengggulungnya agar lebih simpel dan terlihat rapi.
Pagi harinya saat matahari mulai terbit dari sebelah timur,Shania dan suaminya bersiap siap setelah menikmati sarapan pagi bersama pak Amir dan juga Shakila.
Sekaligus berpamitan untuk berangkat ke bandara Soekarno Hatta,Pak Didi sudah menunggu mereka dan siap mengantarkan tuannya bersama dengan nyonya muda.
Pak Amir dan Shakila mengantarkan kedua pengantin baru itu hingga masuk kedalam mobil fortuner berwarna hitam metalik.
"Hati hati dijalan ya,nak!bapak titipkan Shania kepadamu"ucap pak Amir sembari menepuk bahu Syauqi.
"InsyaAllah pak.....!"jawab Syauqi.
"Kak.....jangan lupa oleh oleh yang banyak buat aku!"Shakila menimpali
"Iya dek!tenang saja...."balas Shania.
Mobil fortuner itu pun bergerak perlahan meninggalkan pak Amir dan Shakila yang masih berdiri memperhatikan mobil yang ditumpangi anak dan menantunya hingga hilang dari pandangan matanya.Pak Amir membalikkan badannya menuju kedalam rumah setelah menutup pintu pagar,akan tetapi suara nenek Romlah menghentikan langkahnya.Nenek Romlah tergopoh gopoh menghampiri pak Amir,sambil membawa rantang yang berisi makanan.
"Mir...barusan ada mobil siapa?"tanya Nek Romlah penuh selidik.
"Oh itu mobilnya Syauqi bi...." pak Didi yang menjemputnya.
"Loh,memangnya Syauqi mau ke kantor?"
tanya nek Romlah lagi.
"Tidak bi!Syauqi sedang cuti,mereka akan berangkat ke Bali.
"Oh ya?kok mendadak sih,aku tidak tahu"
"Syauqi merencanakan bulan madu disana"
tutur pak Amir.
"Iya,semoga mereka selamat sampai di tujuan dan tidak ada halangan apapun!" Nek Romlah mendoakan keduanya.
"Bibi datang membawakan sarapan buat Shania dan suaminya itu,eh mereka sudah
pergi!"ucap nenek Romlah sedikit kecewa.
"Ya sudah bi....untuk makan siang aku saja!
maafkan,jadi merepotkan!"ucap pak Amir
"Ah!kamu itu seperti dengan siapa saja...
aku ini bibi kamu!"sergah nenek Romlah sambil menepuk pundak pak Amir.
Pak Amir dan nek Romlah masuk kedalam rumah sambil mengobrol,mereka duduk diruangan keluarga.Shakila berpamitan kepada bapak dan neneknya,lalu gadis itu berangkat ke sekolahnya bersama dengan
Laila yang diantar paman Dading dengan sepeda motornya.
"Mir....apa tidak sebaiknya kamu mencari istri lagi untuk menggantikan Halimah mengurus kamu dan Shakila?"pinta nenek Romlah kepada pak Amir setelah mereka hanya berdua didalam rumah.
"Belum tahu bi....rasanya aku ingin hidup sendiri saja dulu!"jawab pak Amir
"Jika Syauqi membawa Shania pindah ke Jakarta,bagaimana Mir?kamu pasti sibuk mengurus rumah ini.Coba kamu pikirkan lagi ucapanku!"tegas nek Romlah lagi.
"Nanti sajalah bi....aku tidak dalam posisi sedang mencari pasangan hidup kok!
Yang aku pikirkan hanya pendidikan dan masa depan Shakila."tegas pak Amir.
"Bagaimana baiknya saja,Mir!"Nek romlah akhirnya mengalah.
Nenek Romlah adalah adik kandung dari kakek Ibrahim ayahnya pak Amir,dia putri bungsu dari lima bersaudara yang semua
laki laki.Nenek Romlah sangat menyayangi Pak Amir seperti menyayangi anak sendiri terutama pada Shania dan Shakila,yang sudah tidak memiliki seorang ibu.
☆☆☆☆☆