Chereads / Anti Procrastination System / Chapter 4 - Penyesalan 30 Tahun

Chapter 4 - Penyesalan 30 Tahun

[Misi baru]

[Misi : Serap ingatan dari masa depan]

[Kesulitan : Sulit]

[Deskripsi : Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, APS telah memutuskan Host untuk menyerap penuh ingatan dari masa depan dengan resiko kehilangan jati diri Host yang sekarang]

[Hadiah :

Jika Host berhasil menyerap ingatan tanpa kehilangan jati diri, Host akan mendapatkan Skill - Water Magic, 1.000.000 AP.

Jika Host berhasil menyerap ingatan tetapi kepribadian Host bercampur dengan masa depan, Host akan mendapatkan Skill - Stable Mental, 1.000 AP]

[Hukuman : Host akan kehilangan APS, Angel akan dihapus.]

[Kondisi yang menyebabkan kegagalan misi : Host mati, Host menjadi gila karena dampak penyerapan ingatan masa depan gagal]

'Penyerapan bisa gagal? dan aku bisa mati dalam proses ini?' tanya Jun

[Benar, kemungkinannya kecil karena Host telah menggunakan Brain Enhancement untuk meningkatkan kemampuan otak. Akan tetapi hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja, walaupun Host memiliki otak yang mampu menerima ingatan tersebut belum tentu Host memiliki kapasitas mental untuk menerima informasi yang Host dapatkan, dari sanalah penyebab Host bisa kehilangan akal sehat dan menolak realita yang belum pasti terjadi]

'Berapa lama proses ini berlangsung? Aku masih memiliki hal yang perlu dilakukan di dunia nyata.'

[Di luar sana hanya sekejap atau beberapa detik karena semua yang dialami disini berada di dalam pikiran Host yang membuat persepsi waktu berbeda dengan di dunia nyata. Akan tetapi Host tetap merasakan bahwa puluhan tahun telah berlalu karena harus mengalami ingatan tersebut]

'Oke… Menjalankan hidup puluhan tahun dalam sekejap mata huh? Angel, mulai proses penyerapan.'

[Baiklah, memulai proses penyerapan…]

***

16 Oktober, 2029

Ibu Kota

Seorang pria sedang duduk di ruang kerjanya sambil menatap monitor komputernya, pria tersebut terlihat berumur 40 tahun tetapi ia hanya berumur 30 tahun hari ini.

"Aku belum tidur selama 3 hari hanya untuk memperbaiki kesalahan orang lain…" kata pria itu sambil berjalan menuju kamar mandi.

Pria itu mencuci mukanya dan menatap wajahnya yang pucat, matanya yang merah, lingkaran hitam dibawah matanya lewat sebuah cermin.

"Haduh, tak terasa sekarang sudah hari ulang tahunku. Sekarang tahun 2029 berarti aku berumur 30 tahun, tetapi wajah itu tak terlihat seperti orang yang berumur 30 tahun." keluh pria itu sambil berjalan kembali ke ruang kerjanya.

"Aku belum bertemu orang tuaku beberapa tahun ini, apakah mereka bisa memaafkanku atas apa yang telah kulakukan?"

Pria itu adalah Jun di masa depan, karena pola hidup yang tidak sehat dan seringnya meninggalkan tidur ia menjadi seperti ini sekarang. Ia duduk di kursinya sambil membuka album foto keluarganya di komputer.

"5 Tahun… Rasanya baru kemarin Elvina pergi, padahal dia sudah sembuh dari infeksi virus berbahaya itu tetapi tubuhnya sudah menerima kerusakan yang cukup parah. Pneumonia…"

***

Tahun 2024

Saat itu Jun sedang bekerja di perusahaan swasta sebagai programmer, tiba-tiba ia mendapat panggilan telepon dari kakaknya Nadia.

"Halo? Jun, kamu lagi di kantor?" tanya Nadia.

"Iya, ada apa? Aku lagi kerja kak, ga bisa nanti ngobrolnya?"

"Ga bisa Jun… Ini tentang Elvina…" jawab Nadia dengan nada sedih

"Kenapa? ada biaya tambahan dari rumah sakit?"

"Enggak, kamu tenang ya.. Tadi jam 2 Elvina meninggal."

"...."

"Halo? Jun?"

"Kenapa? Bukannya kata dokter pengobatan El lancar dan keadaan dia sudah membaik?"

"Iya, terakhir kabarnya seperti itu. Memang Elvina sudah baikan tentang pneumonianya, walaupun penyakit itu sudah hilang dan dia sedang masa pemulihan, tiba-tiba dia meninggal. Kata dokter kerusakan di paru-parunya sudah parah walaupun penyakitnya sudah tiada, kerusakannya tidak bisa dipulihkan begitu saja dan seharusnya tidak separah ini sampai nyawa Elvina terancam."

"Oke, sekarang aku akan kesana. Terus kakak udah hubungi ibu sama bapak?"

"Aku udah minta Mas untuk hubungi ibu dan bapak, dan aku langsung telepon kamu."

Jun mematikan teleponnya dan bergegas keluar dari kantor, tak lupa juga ia mengabari atasannya tentang hal ini.

***

Tahun 2025

Jun sekarang berada di rumah orang tuanya, duduk di depan tv mengenakan kaos dan celana pendek.

"Sampai kapan kamu mau seperti ini Jun? Elvina tidak ingin melihatmu terpuruk atas kematiannya" kata Ibunya Jun sambil mengelus pundak anaknya.

"Kenapa? Ada masalah dengan yang sekarang aku lakukan? Aku ga membebankan keuangan Ibu kan dengan ada disini? Tagihan bulanan aku yang bayar, kebutuhan bulanan aku juga yang bayar, ada masalah apa Bu?" tanya Jun dengan raut wajah kesal

"Bukan masalah uang, tapi ibu sama bapak kasihan melihat kamu seperti ini. Kamu jarang makan, cuma di rumah aja dan sekalinya keluar hanya mengunjungi pemakaman Elvina… Ibu sama bapak gamau kamu terpuruk seperti ini dan pastinya Elvina juga ga suka melihat kondisi Kakak tersayangnya seperti ini, kurus, kerjanya cuma dirumah ga ngapa-ngapain." Jawab Ibu dengan wajah yang sedih, lalu Ibu memeluk anaknya dengan erat dan berkata.

"Kamu masih muda, jangan sia-siakan waktu kamu. Kalo kamu peduli sama Elvina, kembali lagi seperti dirimu yang dulu jangan seperti ini, berubah demi Elvina nak…"

Jun hanya menatap Ibunya tanpa merespon omongannya, dalam setahun ini dia masih kesulitan untuk menerima bahwa adik kesayangannya telah tiada. Semua memori tentang Elvina selalu berputar di dalam otaknya dalam satu tahun ini, mulai mereka kecil sampai terakhir ia menemani Elvina di rumah sakit.

Malam harinya Jun mengemas barang-barang miliknya sementara orang tuanya telah tertidur, ia keluar dari kamarnya dan menaruh surat di meja dan bergegas keluar rumah untuk pergi ke tempat yang jauh, Ibu Kota.

Keesokan harinya Ibu melihat kamar yang sebelumnya ditempati Jun kosong tanpa barang-barang miliknya, "Jun? Dimana kamu?" panggil Ibu sambil melihat ke ruangan lainnya hingga ia sampai di meja dimana Jun meninggalkan suratnya.

[Terimakasih Ibu, bapak atas pencerahannya. Setelah memikirkan kembali apa yang selama ini kulakukan ternyata cukup memalukan juga, aku bukan lagi sosok kakak yang diidolakan oleh El dengan keadaanku yang sekarang ini. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke Ibu Kota, aku telah mentransfer sebagian besar tabunganku ke rekening bapak dan jangan khawatir aku masih punya cukup uang untuk beberapa bulan hidup disana. Aku telah mengganti nomor teleponku, aku masih butuh waktu sendirian di tempat yang jauh sambil mencari pekerjaan baru, jangan cari aku dulu. Terimakasih, dari Jun]

Tetesan air mata jatuh dari wajah Ibu setelah membaca surat dari putranya, diantara anggota keluarganya Jun paling dekat Elvina. Sosok putri bungsunya merupakan penghubung seluruh anggota keluarga, ia merupakan gadis yang ceria dan pandai bersosialisasi. Kematian Elvina memukul Jun paling kencang daripada anggota keluarganya yang lain, bukan berarti keluarganya tidak peduli dengan Elvina tetapi orang yang sering menemani Jun adalah Elvina dan kehidupan Jun berputar dengan Elvina sebagai pusatnya, hanya Elvina yang bisa merubah keputusan Jun dan merubah karakternya untuk menjadi yang lebih baik.

***

16 Oktober 2029

4 Tahun Jun telah berada di Ibu Kota, perlahan-lahan ia naik jabatan terus menerus. Posisinya bisa puncak dari profesinya sebagai orang yang berkecimpung di dunia pemrograman, walaupun ia sudah berusaha berubah kembali menjadi dirinya yang dulu sebagai sosok idola Elvina tetap saja hidupnya masih tak berwarna. Jabatan ia punya, harta pun tidak bisa dibilang sedikit, kematian Elvina masih meninggalkan luka yang tak bisa disembuhkan dengan waktu sekalipun, Jun tak pernah memandang adiknya lebih dari seorang adik. Memang sosok Elvina merupakan cahaya di kehidupannya, jika cahaya di kehidupannya telah tiada maka ia telah kehilangan jalan dalam kehidupannya.

Jun telah melakukan apapun yang ia bisa untuk kembali menjadi normal, dia sudah berkonsultasi pada ahli tentang kesehatan mentalnya dan mengikuti saran untuk mencari pasangan hidupnya tetap saja tidak ada perubahan. Wanita seumurannya beberapa sudah pernah ia pacari tetapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena pertengkaran yang dialaminya, wanita yang lebih tua darinya juga sama walaupun kategori tersebut lebih lama bertahan dalam hubungan dengannya, semuanya berakhir sama.

"Pathetic" ujar Jun sebelum mengakhiri hidupnya.

Sebelum itu ia telah mentransfer semua hartanya ke orang tuanya, Jun merasa hidupnya sudah tidak memiliki arti. Dia telah berusaha sekuat mungkin untuk kembali seperti semula, hasilnya nol tanpa ada perubahan sedikitpun. Berkali-kali ia memiliki hubungan dengan wanita seumuran ataupun yang lebih tua, tak sekalipun ia melakukan hal yang pria lain pasti lakukan.

Dengan penuh penyesalan, rasa pahit dan keengganan Jun mengakhiri hidupnya di umur 30 tahun sebagai bujangan tanpa pasangan.

***

Tahun 2021

Seorang pemuda mahasiswa suatu universitas telah menyelesaikan wisudanya, pemuda itu memiliki tubuh yang gemuk dan tinggi, wajahnya yang pahit membuatnya lebih menonjol di kerumunan pemuda-pemuda lain yang merayakan kelulusan mereka, pemuda itu tidak berfoto atau kumpul-kumpul dengan teman lainnya melainkan dia langsung berjalan keluar area wisuda dan menemui keluarganya.

'Haah, ampas banget lulus IPK pas-pasan. Gara-gara tingkat 1-3 malas-malasan dan dikejar waktu untuk menyelesaikan skripsi di tingkat 4, sialan banget dah' pikir Jun, pemuda tadi yang berwajah pahit dan tidak bergabung dengan temannya yang merayakan kelulusan mereka.

"Kak! Selamat udah wisuda ya!" teriak seorang gadis cantik yang terlihat mirip wajahnya dengan Jun, gadis itu ialah Elvina.

"Hehe, iya dong walaupun IPK kakak ga bagus-bagus banget tapi kakak punya skill yang dicari-cari. Gimana kalo kakak traktir makan kesukaan kamu, El?" jawab Jun tersenyum sambil mencubit pipi adik kesayangannya.

"Eh? Seriusan nih? Jangan nyesel ya, Elvina abisin duit kakak nanti hehe"

"Siapa takut, sekarang restoran sudah kembali normal semenjak bulan lalu. Dan sekalian merayakan kesembuhan kamu dari virus pandemi, terus Ibu, Bapak dan Kak Nadia kemana?" tanya Jun

"Ada kok di parkiran, tapi Kak Nadia pulang duluan ngurus anaknya" jawab Elvina sambil menggandeng kakaknya ke parkiran.

"Gimana nih sarjana baru?" ledek Ibu yang melihat Jun mengenakan toga.

"Hehe, lumayan Bu udah selesai" jawab Jun

"Yaudah, kita langsung pulang kan? Kamu ga foto-foto sama temen-temen?" tanya Bapak

"Eh, jangan langsung pulang. Kakak udah janji traktir Elvina makan sepuasnya! Lagian kakak ga pernah suka acara kumpul-kumpul gitu sama temennya, ga usah ditanya pak!" saut Elvina sambil menarik kakaknya untuk masuk mobil.

"Ga usah tarik-tarik El, kakak kan udah janji masa ga traktir sih santai aja kali" kata Jun sambil masuk ke mobil.