Namanya juga menunggu sang kekasih dalam pemeriksaaan. Ya, sudah pasti dibuat berdetak tak karuan. Amira terus saja berjalan mondar mandir dengan bersedekap dada didepan ruangan yang masih saja menutup rapat. Ekor matanya berkali - kali melirik dan berharap pintu segera terbuka. Namun, harapannya terhempas jauh karena hingga beberapa menit pintu masih saja menutup rapat
Sementara seseorang yang berada didalam sana dibuat cemas, gelisah, dan juga takut yang menyergap perasaannya secara bersamaan. Louis merasa tidak bisa tenang dengan pemeriksaannya kali ini. Satu hal yang dia harapkan bahwa setelah perban ini dibuka, mata sebelah kiri akan bisa melihat lagi secara normal.
Rasa takut semakin menghimpit ketika helai demi helai mulai terbuka. Ketegangan tampak jelas menyelimuti wajahnya hingga berkali - kali juga Dr. Andin menyarankannya untuk lebih rileks.
Kini, semua helai sudah terbuka dan hanya menyisakan kapas. "Sudah siap?"