Louis terlihat sedang duduk disisi ranjang, mengusap puncak kepala Amira dengan penuh kasih sayang. Tanpa dapat ditutup - tutupi lagi raut wajahnya menyirat api kemarahan sekaligus rasa khawatir berlebih.
"Sayang, please cepat buka mata mu. Rasakan bahwa aku ada disini, bersama mu. Please, buka mata mu dan tataplah aku sayang." Sembari menggenggam erat jemari lentik.
Yoza yang berada di ambang pintu telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri wajah putrinya memucat dengan luka lebam pada lengan sebelah kanan.
"Oh, Amira sayang maafkan, Papa. Tidak seharusnya kau menderita seperti ini sayang. Dan siapa orang yang sudah dengan lancang memperlakukan Putri-ku seperti ini." Lirihnya berpadukan dengan langkah kaki mendekat.
Menyadari suara langkah kaki mendekat, wajah tampan menoleh berpadukan dengan tatapan menajam. Namun, tatapannya seketika melembut ketika disuguhi wajah Yoza yang menyirat kesedihan mendalam.