"Apa lagi yang kau tunggu, sayang? Kemarilah!" Menepuk dada bidang.
"Sayang, kau kan tahu bahwa aku … " kalimat Amira terhenti disuguhi ekspresi yang tak biasa tersirat dari wajah tampan.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun Louis langsung berpindah menuju sofa. Dia terlihat membaringkan tubuhnya bertumpukan pada kedua lengan. Ekor matanya melirik sekilas. "Tidurlah!"
Jujur, Louis merasa sangat kesal. Setelah seharian bekerja ingin rasanya sesampainya di rumah bermanja - dengan istri tercinta. Sayangnya, Louis pun harus berbesar hati membuang jauh - jauh angannya tersebut.
Huh, sampai kapan sih sayang janin di dalam kandungan mu itu bisa menerimaku. Masa iya untuk bisa memeluk mu saja harus menunggu mu terlelap terlebih dahulu. Keluhnya dalam hati.