Rasa sakit pada kakinya yang baru saja dijahit tak setara dengan luka hati akibat tuduhan yang sama sekali tidak berdasar. Tak pernah Amira sangka bahwa kepergiannya dari apartement bisa berakibat buruk pada hubungan pernikahan bersama lelaki yang sangat dia cintai dengan sangat dalam.
Manik hitam memejam coba berdamai dengan rasa sakit yang kian menyayat atas rasa tak percaya yang Louis layangkan padanya. "Kenapa kau tak bisa mempercayaiku meskipun hanya sedikit saja? Kenapa?" Tanya Amira entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian di dalam ruangnya.
Amira tampak menatap kosong ke arah jendela. Berteman kesunyian di dalam kesendirian semakin menenggelamkan Amira Anindita Tanzel, ke dalam jurang kegelapan berselimut duri pesakitan.
Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam lamunan yang jelas suara bariton yang sudah tidak asing tampak menggelitik pendengaran. Amira langsung menolehkan wajahnya. "Ada apa, Nick? Katakan!"
"Ini, ponsel Anda, Mrs. Amira."