"Sayang, kenapa harus berjalan mengendap - endap. Kemarilah!" Menepuk ruang kosong disebelahnya. Louis masih saja terlihat fokus pada layar laptop.
"Apa kau sengaja mengganti parfum mu supaya aku tidak mengenali mu, hum?" Berpadukan dengan mengangkat wajahnya. Seketika tersentak hingga tatapannya membeliak sempurna. "Olivia ... " lirihnya dengan rasa tak percaya. "Apa yang kau lakukan di sini, di kamar ku, hah? Beraninya kau memasuki kamar ku tanpa ijin."
"Siapa bilang bahwa aku tidak mendapatkan ijin. Dengarkan aku, Louis. Kedatanganku ke sini, ke kamar mu atas ijin dari Istri-mu yang sangat kau bangga - banggakan itu. Tetapi lihatlah sikapnya. Apa sikapnya ini dibenarkan, hah? Fix, dia tidak mencintai mu. Kalau memang benar bahwa dia mencintai mu maka, tak akan pernah dia ijinkan wanita asing memasuki kamar Suami nya sendiri."
"Sudah selesai bicaranya, hah? Kalau sudah selesai, keluar!" Bentak Louis berpadukan dengan jari telunjuk mengarah ke pintu.