Siluet biru menyilau penuh dengan pengharapan sekaligus ketakutan mendalam. Bersamaan dengan itu digenggamnya jemari lentik lalu, dikecupnya dengan penuh perasaan. Ditatapnya kilau hitam dengan tatapan meremang. "Sekali lagi ku katakan dengan setulus hatiku, Amira. Will you marry me baby?"
Satu hal yang Amira tangkap dari suara bariton yang terbiasa mendominasi dengan arogansi. Kini, berubah bergetar. Jemari lentik terlepas dari genggaman, terulur pada rahang kokoh lalu, mengusapnya dengan penuh kelembutan membuat sang pemilik memejam merasakan betapa lembutnya kulit Amira ketika bersentuhan dengannya.
Sungguh, kulit lembut Amira terasa sangat pas bersentuhan dengannya. Ketika kulit dengan kulit saling bersentuhan bagai atmosfer yang siap meledakkan gairah hingga melebur ke setiap aliran darah.
Uh, Amira sayang ... berdekatan dengan mu saja terasa sangat menyiksa tapi, sekarang ini kulit mu yang mulus ini telah menyentuh ku dengan sangat posesif. Desah Louis dalam hati.